Bab 5. Tidak Menghubungi

1223 Kata
"Tidak pernah kusangka kau serendah ini, Rey Danendra," bisik Fay dengan rahang mengeras, di dalam taksi yang membawanya ke bandara. Ya, Fay sudah memutuskan akan kembali ke kota kelahirannya, Bali. Karena ia tidak memiliki satu keluarga pun di Jakarta, yang merupakan kota tempat tinggal Rey dan selama tiga tahun ini juga menjadi kota kedua yang ia anggap sebagai kampung halamannya. Awalnya, Fay sedikit berharap dengan datang ke Ibukota ia bisa melamar kerja di sebuah Perusahaan ternama. Namun, alih-alih setuju, Rey justru memintanya untuk terus berada di rumah. Sekarang ia baru mengerti mengapa mantan suaminya itu mengurungnya selama tiga tahun ini. "Cih, wanita kampung? Apa kau pikir dengan hidup di Jakarta kau jauh lebih hebat dariku?" gerutu Fay gemas. Meski hatinya diliputi kemarahan, sialnya Fay tidak bisa menampik bahwa ia pernah mencintai seorang Rey Danendra. Dan apa yang telah mantan suaminya itu lakukan semalam padanya, benar-benar telah melukai jiwa dan raganya. Selama ini, apa yang tidak ia mengerti dari semua sikap kasar Rey padanya? Tapi demi cintanya pada mantan suaminya itu, juga janji yang harus ia penuhi kepada almarhum kedua orang tuanya, Fay rela menahan sakit hatinya lagi dan lagi. Tidak dinafkahi lahir? Bagi Fay tidak masalah, karena ia juga masih memiliki tabungan dari hasil menyewakan rumah peninggalan kedua orang tuanya. Tidur di kamar yang terpisah sejak mereka memutuskan untuk menikah, Fay juga masih mencoba untuk mengerti mungkin Rey yang terpaksa harus meninggalkan kekasihnya demi menikahinya—memerlukan sedikit waktu agar bisa melupakan kekasihnya terlebih dahulu. Tapi yang terjadi apa? Mantan suaminya itu justru tetap melanjutkan hubungannya dengan kekasihnya yang masih Rey pekerjakan sebagai sekretarisnya di Perusahaan yang dipimpin oleh mantan suaminya itu. "Kau terlalu bodoh, Fay Abimana!" Fay mengumpat pelan saat ia merasakan kelopak matanya terasa panas oleh kemarahan dan rasa sakit hati. Bohong jika ia katakan ia tidak terluka dan tidak terpuruk! Saat ini dunianya sudah jungkir balik, mimpinya untuk hidup bersama Rey seakan baru saja dihantam oleh bom yang menghancurkan kota Nagasaki dan Hiroshima. Andai mentalnya lemah, andai ia tidak memiliki keinginan untuk membalas perbuatan Rey padanya suatu hari nanti, bisa saja ia melakukan sesuatu yang akan membuatnya berakhir di rumah sakit, atau ... di bawah tanah. Bagaimana tidak? Pria itu sudah menghancurkan hatinya, memberikan mahkotanya yang selama ini telah ia jaga kepada pria lain. 'Dia sama sekali tidak pantas untuk menerima cintamu! Sudah lama kau menyadari hal ini, tapi kau tetap saja keras kepala,' kritik hatinya. 'Dan sekarang, kau akan menangis demi pria seperti itu? Hapus air matamu, Fay!' Dengan kasar Fay menyapu setitik bulir bening yang terlanjur turun di sudut matanya yang mulai berembun. "b******n kau, Rey. Aku pasti akan mengembalikan sakit yang kurasakan sekarang padamu. Dan aku berjanji, akan membuatmu merasakan kesakitan yang lebih sakit dari yang telah kau lakukan padaku," lirihnya, sambil menggigit keras bibirnya. *** Pukul 2 siang, dua orang pria tampak melangkah tegap menuju pintu masuk sebuah Kafe. Setelan mewah berwarna hitam pekat, dikenakan oleh salah seorang pria itu. Pria ini tidak menghiasi kemejanya dengan dasi, melainkan sengaja membuka dua kancing paling atas kemejanya hanya demi memperlihatkan kalung berlian mungil yang menghiasi lehernya. Liontin yang terdapat pada kalung ini berbentuk huruf L dan bertahtakan berlian di setiap sudutnya. Sementara pria yang satu lagi, terlihat sangat rapi. Namun dari segi kualitas, bahan pakaian yang dipakai oleh pria ini jauh di bawah pria pertama tadi. "Jerome, apakah wanita itu sudah menghubungimu?" lontar pria bersetelan hitam itu. Bersamaan dengan itu, ia menurunkan kacamata hitam yang bertengger di hidungnya yang tinggi. Memperlihatkan alisnya yang tebal dan rapi serta warna mata hijau emerald dengan warna coklat cerah mengitari bagian luar lingkaran irisnya yang hitam. "Apakah maksud Tuan adalah wanita yang telah melayani Tuan semalam?" tukas pria yang dipanggil Jerome itu. Pria pertama mengangguk tegas, tetapi tidak mengatakan apapun. Ia hanya membiarkan pria yang baru saja bertanya padanya itu membantunya membukakan pintu Kafe untuknya. Setelah masuk ke dalam Kafe, pria bernama Jerome itu pun berbicara terlebih dahulu pada pelayan Kafe dengan menggunakan bahasa Indonesia yang sangat lancar. Well, selain bertugas sebagai Asisten dari pria bersetelan hitam itu, nyatanya pria bernama Jerome ini juga adalah seorang penerjemah yang akan selalu dibawa oleh pria itu untuk menemaninya dalam melakukan perjalanan bisnis. "Kami datang untuk menemui Tuan Rey Danendra," ujar Jerome, menjelaskan maksud kedatangannya bersama atasannya pada pelayan Kafe yang ia ajak bicara. Pelayan itu mengangguk mengerti, lalu mengajak Jerome bersama sang atasan menuju ke sebuah tempat terbuka. "Jadi dia belum menghubungimu sama sekali? Apakah menurutnya permainanku semalam sangat buruk?" pria yang mengenakan setelan hitam kembali membuka mulutnya pada sang Asisten. Jerome hanya tersenyum tipis, "Rasanya itu tidak mungkin, Tuan Lucas. Bukankah selama ini beberapa wanita yang pernah berkencan dengan Tuan tidak ada satupun yang pernah mengeluh terhadap keterampilan Tuan di atas ranjang?" ujarnya memberi pendapat. "Kalau begitu, mengapa wanita itu belum menghubungimu? Tidak sadarkah dia seberapa berharganya cincin milikku yang telah kuberikan padanya?" pria yang disebut Tuan Lucas oleh Jerome itu, terlihat gusar. Bibirnya mengerut, dan tatapan matanya yang tajam seakan berkilat gemas. "Atau ... mungkinkah dia marah padaku karena telah meninggalkannya di kamar hotel sendiri?" Jerome hampir tergelak mendengar ocehan sang atasan yang tampak gelisah. Apalagi ini pertama kalinya ia melihat seorang Lucas La Treimoille begitu terganggu oleh seorang wanita. "Jika Tuan merasa sangat penasaran padanya, bagaimana jika Tuan menanyakannya langsung nanti pada suaminya, Mr. Rey Danendra?" usulnya. Lucas sontak menghentikan langkahnya saat mendengar usulan tersebut dan langsung menoleh pada sang Asisten. "Apa yang ingin kau katakan, Jerome? Mengapa kau mengingatkanku tentang statusnya?! Apa kau tahu jika semalam wanita itu masih virgin ketika tidur denganku? Dan dia telah menjadi istri pria itu selama tiga tahun. Ckk!" Lucas mendecakkan lidahnya dengan sebal. "Mungkinkah Rey Danendra ini memiliki gangguan s****l hingga tidak bisa menyentuh istrinya sama sekali?" Jerome juga memiliki pikiran yang sama dengan sang atasan, meski ia belum pernah melihat wajah wanita yang telah ditiduri oleh atasannya itu secara langsung. Tapi melihat dari cara Lucas memperhatikan wanita itu, ia yakin kalau wanita itu benar-benar menarik. Setidaknya, ia tahu bagaimana standar Lucas dalam menilai seorang wanita selama ia menjadi bawahan pria ini. "Menurut informasi yang kudapatkan tentang calon rekan bisnis kita itu, sepertinya Mr. Rey masih berhubungan dengan kekasihnya. Tapi yang membuatku tidak habis pikir, Tuan. Suami mana yang akan begitu tega menyerahkan istrinya sendiri demi melayani calon rekan bisnisnya? Selain itu, menurut Tuan bukankah Nyonya Fay Abimana itu terlihat seperti diberi obat agar kehilangan akal sehatnya?" "Hmm," sahut Lucas singkat sambil melemparkan tatapannya ke depan, ke arah seorang pria yang telah memiliki janji bertemu dengannya di tempat ini. Pria itu tampak tersenyum lembut pada wanita yang sedang menemani dirinya. "Semalam dia memang sedikit liar dan membuatku hampir kewalahan, tapi dia jauh lebih baik dari wanita itu." Ia lalu menggerakkan dagunya, menunjuk ke arah sepasang kekasih yang terlihat sangat nyaman mengumbar kemesraan mereka di tempat umum. Jerome ikut memperhatikan apa yang sedang diperhatikan oleh sang atasan. "Aku harap dia sadar kalau semalam dia telah dipergunakan demi ambisi suaminya itu dan pergi meninggalkan pria itu," gerutu Lucas menambahkan. "Jika itu benar-benar terjadi, apa yang akan Tuan lakukan?" Jerome melirik atasannya dan menatap Lucas dengan wajah penasaran. "Apa? Oh, shitt!" wajah Lucas sontak berdekik seakan baru mengingat sesuatu. "Semalam aku lupa untuk menggunakan pengaman padanya. Dan jika melihat dari sejarah panjang keluargaku terlebih Ayah yang memiliki gen dominan, apa menurutmu kelak wanita itu akan hamil gara-gara percintaan kami semalam?" desisnya, sembari menatap Jerome dengan raut khawatir.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN