Bab 4. Kesedihan Tak Berujung

1216 Kata
Suara dering telepon pada jam 10 pagi membangunkan Fay yang lemas dari tidur lelapnya. Dengan otak yang belum bisa berpikir sempurna ia meraih gagang telepon dari atas nakas dan menjawab panggilan itu. Mengacuhkan nyeri yang menghantam area bawah perutnya. "Nyonya Fay Abimana? Anda sudah bangun?" "Y-ya, ada apa?" sahut Fay dengan suara khas orang baru bangun tidur, sambil mencoba menutupi tubuhnya. Bersamaan dengan itu, Fay berusaha mengingat kembali apa saja yang telah ia lakukan semalam hingga ia berpenampilan polos pagi ini dengan beberapa kissmark tampak menodai kulit tubuhnya yang putih dan bersih. "Begini, Nyonya. Kamar yang Nyonya tempati sekarang hanya disewa untuk satu malam dan akan berakhir pada jam 12 siang ini. Kami hanya ingin mengkonfirmasikan hal ini pada Nyonya, atau ... Nyonya ingin memperpanjang kamarnya sehari lagi?" "Tidak! Aku akan segera pergi, terima kasih." Fay segera mengembalikan telepon hotel itu pada tempatnya. Saat ia melakukan hal itu, tatapannya jatuh pada jari telunjuk tangan kanannya, di mana sebuah cincin yang tak ia kenali tersemat di sana. Fay menarik tangannya mendekati wajahnya untuk mengamati cincin tersebut. Sebuah cincin emas pria dengan inisial huruf "L" yang terukir indah dan bertaburkan berlian di atasnya. 'Cincin siapa ini? Apakah semalam aku telah mencuri cincin seseorang tanpa sadar?' Di saat ia tengah berpikir keras, sudut mata Fay menangkap bayangan sebuah note yang tergeletak di atas nakas tak jauh dari pesawat telepon hotel. Note itu berasa tulisan tangan yang indah. Fay meraihnya untuk membaca isi note tersebut. "Bahasa Prancis?" Fay mengerutkan keningnya, dan mendesis tertahan sesaat ketika rasa nyeri kembali ia rasakan di area bagian bawah perutnya. "Ssh! Bukankah ini seharusnya adalah kamar yang telah dipersiapkan Rey untukku beristirahat? Lalu apa ini? Mengapa aku bisa menghabiskan malam dengan seorang pria asing di kamar ini?" Fay melirik kertas note yang berada di genggaman tangannya dan membaca kembali isi note tersebut. [Selamat pagi, Cantik. Maaf aku tidak bisa menemanimu lebih lama lagi. Kau terlihat sangat kelelahan setelah pergulatan kita semalam, karena itu aku tidak ingin membangunkanmu. Kau bisa memanggilku Mr. L, dan kuharap kau akan menghubungiku jika terjadi sesuatu padamu setelah hubungan cinta satu malam kita ini. Oh ya, aku sengaja tidak memberimu uang. Aku pikir kau bukan wanita bayaran, oleh sebab itu aku meninggalkan cincinku padamu. Jadi jika kau membutuhkan sesuatu, kau bisa mencariku dengan menghubungi nomor ponsel yang tertera di kertas ini. Cium hangat penuh gairah, Mr. L.] Sebagai sarjana sastra dengan nilai cumlaude dan menguasai lima bahasa asing termasuk bahasa Prancis, sama sekali tidak sulit bagi Fay untuk mengerti isi note yang sengaja ditinggalkan untuknya. Namun membaca isi note itu, ia merasa bahwa ia mungkin saja telah tanpa sadar meninggalkan kamar yang dipersiapkan Rey untuknya dan tak sengaja bertemu dengan Mr. L ini yang memanfaatkan mabuknya untuk menidurinya. Dan yang lebih aneh lagi, bagaimana karyawan hotel ini mengetahui namanya? Pertanyaan itu akhirnya terjawab ketika Fay menemukan dompetnya tergeletak di atas nakas, di luar tas tangan yang ia bawa semalam. Dengan cepat Fay memeriksa isinya, takut jika ATM-nya atau sedikit uang yang ia miliki di dalam dompetnya menghilang meski itu rasanya tidak mungkin. Fay juga memeriksa ponselnya dan mendapati bahwa Rey telah menghubunginya berkali-kali pagi ini. Takut dengan kemarahan Rey, ia pun bergegas turun dari ranjang untuk membersihkan tubuhnya. Fay memperhatikan sprei hotel yang memiliki noda darah kecil saat ia memunguti pakaiannya yang tergeletak di pinggir ranjang. Hatinya terasa sakit melihat noda itu yang menandakan bahwa ia telah kehilangan mahkotanya bersama pria yang tak ia kenal. Namun, saat ini ia tidak bisa merenungi rasa sakitnya itu. Ia harus segera pulang karena sangat takut pada apapun yang bisa Rey lakukan padanya. Di bawah kucuran air hangat yang membasahi tubuhnya, Fay hanya bisa menangis terisak sambil menggosok keras tubuhnya. Berusaha menghilangkan sisa-sisa bau parfum pria yang menempel di tubuhnya. Ia bahkan menggosok lebih keras di bagian kulitnya yang memiliki kissmark yang telah ditinggalkan oleh pria yang telah melakukan hubungan satu malam dengannya tadi malam, walau ia tahu noda itu akan terus berada di sana. "Ayah, Ibu, apa yang telah kulakukan?" isaknya pelan sambil menengadahkan wajahnya ke atas. Berharap air yang mengguyurnya mampu menghapus air matanya yang terus turun tanpa henti membasahi wajahnya. "Aku tidak tahu apa yang akan terjadi setelah ini. Dan jika aku tidak bisa menunaikan janjiku pada Ayah dan Ibu, kuharap Ayah dan Ibu mau memaafkan anakmu ini." *** "Akhirnya kau pulang juga, huh? Apa pria yang telah menghabiskan waktunya bersamamu semalam sangat memuaskan hingga kau lupa pulang dan lupa bahwa kau masih istri seseorang?" Kata-kata sinis Rey menyambut Fay saat ia tiba di rumah. Saat ini, suaminya itu tengah duduk di sofa. Tak jauh dari kaki Rey, tampak dua tas besar yang Fay kenali sebagai tas miliknya yang telah ia bawa ke rumah ini saat Rey mengundangnya untuk menikah dengan pria ini demi menunaikan wasiat kedua orang tuanya juga wasiat ayah Rey. Sesaat kemudian Rey beranjak dari sofa sambil membawa sebuah map, melangkah menghampiri Fay yang tengah termangu memikirkan kalimat yang baru saja dilontarkan oleh suaminya itu padanya. Menyadarkannya bahwa semalam Rey telah menjebaknya, itu mengapa Rey baru menghubunginya pagi ini. Yang artinya juga Rey tidak pernah menjemputnya di kamar hotel seperti janji suaminya ini semalam padanya. "Bagaimana permainan pria itu? Melihat kau pulang sangat siang, mungkinkah kau memang menyukai s*x yang sedikit gila?" Fay sontak mengangkat wajahnya, membalas tatapan Rey yang tertuju padanya dengan tajam. "Jadi semua yang telah terjadi padaku semalam adalah rencanamu?" Fay menatap sang suami sambil menyipitkan matanya. Rey tampak menyunggingkan seraut senyum licik, lalu menyerahkan map yang dipegang oleh suaminya itu padanya. "Sekarang aku memiliki alasan untuk bercerai denganmu. Dan kau juga tidak bisa melaporkan perbuatanku tadi malam karena aku memiliki banyak photo sebagai bukti bahwa kau sangat menikmati percintaan satu malammu bersama pria yang telah menyentuh tubuhmu itu semalam. Apa kau tahu? Photo-photo itu terlihat sangat menjijikkan!" Fay mengepalkan kedua tangannya dengan sangat keras hingga buku-buku tangannya terlihat memutih. Hanya sesaat, dan ia langsung merampas map yang telah disodorkan Rey padanya. Ia bahkan tak segan untuk menahan air matanya agar tidak turun di hadapan Rey meski hatinya terluka dan hancur, meski sekujur tubuhnya masih menyisakan rasa sakit akibat jebakan yang telah dibuat oleh suaminya ini untuknya. "Ini tawaranku, selama kau menanda tangani surat perceraian ini, aku berjanji apa yang kau lakukan semalam tidak akan tersebar ke luar sana. Namamu akan tetap bersih." Rey menunjuk ke arah map yang belum sempat Fay buka. "Selain itu aku juga akan memberikan uang sebagai kompensasi padamu." "Tidak perlu! Aku tidak membutuhkan uangmu," sahut Fay cepat, lalu mengambil bolpoin yang disodorkan Rey padanya. Dengan wajah dingin, ia menanda tangani isi map dari Rey kemudian mengembalikannya pada sang suami yang menerimanya sembari tersenyum sumringah. Fay merasa miris melihat tingkah suaminya itu. "Apakah dengan ini artinya kita telah resmi bercerai?" celetuknya geram. Rey menganggukkan kepalanya, "Karena kita sudah bercerai, mulai sekarang kau harus pergi meninggalkan rumah ini." "Aku tahu," sambut Fay. "Bukankah untuk itu kau telah bersusah payah mempersiapkan semua barang bawaanku, 'kan? Dan satu lagi, kau benar, Rey. Permainan pria yang telah kau persiapkan untukku semalam—benar-benar sangat luar biasa. Jadi, aku ucapkan terima kasih untuk hadiah perceraian ini. Selamat tinggal!" tanpa memperlihatkan kesedihannya, Fay melangkah mengambil kedua tas baju miliknya. Dan dengan dagu terangkat naik, ia pergi meninggalkan rumah Rey diiringi tatapan kesal dari sang empunya rumah. "Dasar cewek gila, ternyata wanita sialan ini menyukai s*x yang sangat aneh!"
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN