Chapter 8: Showdown

964 Kata
"Apa ini Alana!" Teriak Mason memenuhi setiap penjuru ruangan. Marlin yang melihat suami nya di penuhi dengan amarah berusaha menenangkan nya, tapi itu tentu saja tidak berpengaruh banyak. Mason melemparkan sebuah koran kepadanya, terlihat di sana sebuah potret dimana seorang wanita yang tak lain dirinya sedang menjambak rambut pria yang tak lain adalah si arrogant Liam. "Alana ayah tanya sekali lagi apa itu?" Terkesan datar tapi penuh penekanan di setiap katanya. Alana melirik sekilas Ayahnya yang sedang menatap tajam dirinya sebelum kembali sibuk dengan kuku kuku nya.  "Koran," jawabnya acuh. Mason menarik nafas dalam-dalam, berhadapan dengan putri nya yang sama sama keras kepala seperti nya memang akan menyita banyak tenaga, ia memijit pelipisnya yang terasa berdenyut. "Putri tunggal Mr. Johnson terlibat perkelahian dengan billionaire muda, William Smith?" Mason membaca tulisan kapital yang berada di koran tersebut dengan wajah meminta penjelasan. "Hmm," gumam Alana tanpa berniat menanggapi semua itu. "Alana ayah tidak sedang bermain-main, ayah mengirim mu ke sana untuk menggantikan posisi ayah bukan untuk mempermalukan keluarga kita." Alana melirik tajam ayahnya. "Aku tidak akan memukul orang bila orang itu bersikap sopan kepada ku."  Mason menggeleng kepala lelah. "Melihat tingkah mu yang seperti ini Ayah yakin kamulah yang mulai pertengkaran itu duluan." Alana menatap tak percaya kearah ayahnya, tangannya mengepal penuh amarah. Ia memejamkan matanya sesaat berusaha menenangkan dirinya. "Kamu tidak tau berapa besar kerugian yang ayah dapat karena dirimu," Satu. "Tidak tau betapa sulitnya untuk bekerja sama dengan perusahaan Mr. Smith! Kau tidak tau lelahnya Ayah bekerja pagi dan malam untuk mendapatkan proyek ini Alana!"  Dua. "Apa kata orang di luar sana saat mendengar berita ini, reputasi ayah bisa hancur karena kamu!" Tiga. Cukup, sudah cukup ia diam. Persetan dengan hubungan darah antara dirinya dan pria ini, ia benar-benar tidak tahan! Sret. Bunyi nyaring dari kursi yang di geser dengan cepat membuat gesekan bunyi yang cukup keras, Alana bangkit dari posisinya dan menatap dingin pria di depannya. "Ayah juga tidak pernah tahu bagaimana rasanya menjadi aku! Hidup seperti sebuah boneka yang tidak bisa hidup dengan tenang!" "Apa ayah tau pria b******k itu telah mempermalukan ku di depan semua orang, dengan sombongnya dia merendahkan ku, sedang kan yang ayah tau hanya uang uang dan uang!"  Alana mengusap kasar pipinya yang mulai basah ia benci keadaan seperti ini. Padahal ia sudah berjanji untuk tidak menangis lagi di depan pria ini. "Alana ayah tidak bermaksud seperti itu ayah hanya–" Alana menggeleng kan kepalanya kuat. "Ayah memang tidak tahu apa apa, andai saja ibu masih hidup dia pasti akan mendukung ku." "Alana denger kan dulu ayah," Mason berjalan mendekati Alana bermaksud ingin memeluk putrinya  dan meminta maaf atas segalanya. Tapi beru saja tangannya menyentuh pundak Alana. Alana langsung menepis kasar tangan Mason lalu berlari pergi meninggalkan ruang kerjanya. Tapi langkah nya terhenti di tengah jalan lalu berbalik menatap tajam wanita yang menatap sendu dirinya, dasar ular. "Andai ayah tidak egois dan menikahi wanita itu kita masih bisa hidup bahagia bersama." Ucap Alana dingin. "Alana.." bisik Merlin merasa bersalah. Mason menatap punggung putrinya yang sudah menghilang di balik pintu dengan tatapan terluka, apa yang sudah ia lakukanselama ini? Dia pikir Alana akan bahagia ketika ia menikah lagi. Ia pikir Alana butuh teman untuk menutupi rasa sedihnya karena ia tidak bisa selalu menemani putrinya saat Alana bersedih. Tapi semua yang ia pikirkan salah, dirinya terlalu egois sampai tidak mempedulikan perasaan putrinya. Mason benar benar menyesali perbuatanny "Maafkan ayah sayang, *** Albert menggeram marah, menatap tajam putranya yang tampak nya tidak pernah jera akan kesalahanny "Lagi dan lagi "Terus berbuat ulah untuk yang kesekian kalinya, memutuskan kontak kerja dengan seenaknya lalu berbicara kasar dengan putri Mr. Johnson, benar-benar membuat malu orang tua! Sebenarnya apa yang salah ketika aku mendidik mu William?!" Albert menggebrak meja menatap marah kearah William, usapan tangan Monica bahkan sudah tidak dapat membuat emosinya mered Albert benar benar marah, marah karena gagal mendidik putrany "Kau berjalan dengan puluhan perempuan, ayah masih diam, berjudi mabuk dan melanggar semua peraturan yang ada Ayah masih juga diam. "Tapi menghina seorang wanita? Ayah sungguh tidak habis pikir dengan cara berfikir mu!" Ucap Albert menatap tajam putra ny Liam memutar bola matanya malas, Ayahnya ini benar-benar drama bertingkah layaknya dirinya sudah berbuat kesalahan yang sangat fatal dalam hidupny "Ayah mau kamu minta maaf pada putri Mr. Johnson Liam membulatkan matanya tidak percaya akan apa yang di ucapkan Ayahnya ini. Minta maaf? Cih, Liam tidak sudi! Seorang William Simth minta maaf? Lelucon yang benar-benar gil "Aku tidak mau, "William!" Geram Albert menggeretakkan gigi giginy "Bukan aku yang salah dia yang memulai sendiri!" Bela Liam tak terim Albert memijat pelepisnya yang sudah berkedut, benar benar pusing mengatur putranya yang sangat keras kepal Albert tidak tau William itu memiliki sifat keras kepala dan sifat Arogan itu dari mana. Karena dulu Albert bukanlah pria yang arogan seperti anaknya it Monica? Tidak mungkin perempuan itu jauh dari kata arogan, istrinya itu benar benar sangat ramah dan murah senyum kepada siapapun dan sikapnya itu yang mampu membuatnya jatuh hati kepadany "Ayah tidak memiliki pilihan Liam, William mengerutkann dahi tak mengerti dengan apa yang Ayahnya kataka "Minta maaf atau kau akan kehilangan semua fasilitas yang ayah berikan, termasuk perusahaan yang sekarang kau pimpin. "Dan jangan lupa dapatkan kembali kontak itu," tambah Albert membulat kan keputusan nya, tidak ada penolakan sama sekal Liam membulatkan matanya tak percaya, ayahnya ini benar benar sudah gila! Menyita semua fasilitas yang ia miliki? Yang benar saja Ia menggeram marah, rahangnya mengeras wajahnya memerah dan tatapannya? Jangan di tanya dia seperti orang kesetanan saat in "Baik aku akan minta maaf, puas?!" Decak Liam sini Albert ternyum menan "Ya, ayah puas! Ia menatap tajam Albert sebelum beranjak pergi dari rumahnya dengan langkah besar. Liam membutuhkan sesuatu untuk meredam emosinya! Awas saja kau Alana, akan ku buat kau menyesali semua perbuatan mu itu! TO BE CONTINUED
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN