Chapter 9: Women in Red

919 Kata
Suara dentuman musik terdengar begitu nyaring hingga membuat semua orang yang berada di ruangan itu mulai bersorak senang dengan segelas minuman di tangan nya berusaha menghilangkan stress masing-masing, orang orang mulai turun ke dance floor dan menggoyangkan tubuh mereka mengikuti irama lagu. Begitu pun dengan seorang wanita yang tampak mencolok dengan dress merah menyala nya yang tengah asik menari, tidak ada sedikitpun beban yang terlihat pada nya, ia tertawa dan menari tanpa memperdulikan para pria yang mulai datang menggoda nya. Alana berjalan menuju meja bar, terduduk dengan satu gelas vodka yang langsung di teguk habis membiarkan cairan bening itu membakar tenggorokan nya. "One more bottle, please!" Pesan Alana pada seorang bartender yang ada. "Silahkan nona," ucap bartender itu sambil memberikan satu botol vodka padanya, ya Alana sangat menyukai minuman bening itu sejak beberapa waktu lalu. Sambil menenteng botol minuman di tangannya Alana kembali berjalan memasuki lantai dansa saat lagu kembali di putar, dengan lihai ia kembali menggoyangkan tubuhnya. Hembusan halus di lehernya dan tangan seorang pria yang memeluk pinggang nya dari pinggang membuat Alana mengerutkan dahinya tidak suka, jika hal itu terjadi dalam keadaan waras ia pasti akan langsung melayangkan satu tinjuan kepada pria b******k itu. Tapi sayang nya kini ia sedang berada di zona 'gila' dan malam ini ia akan menghabiskan waktu nya dengan bersenang senang. Alana memutar tubuhnya dan melingkarkan tangannya pada leher pria itu, samar samar ia bisa melihat wajah pria di depannya, rahang tegas, mata tajam, bibir yang- ouh rasanya ingin sekali ia mencicipinya saat ini juga, sepertinya akal nya benar-benar telah hilang saat ini. Tapi tunggu! Alana mengerutkan dahi saat pria di depannya tersenyum miring menatapnya. Senyum itu.. Alana membulatkan matanya kaget, dan langsung mendorong d**a bidang pria di depannya, tapi bukannya terlepas pelukan di pinggangnya justru semakin mengerat. Alana mendesah frustasi saat merasakan badannya terasa terbakar ketika berada di pelukan pria di depannya ini. "Lama tidak bertemu, baby." Bisiknya tepat di telinga Alana membuat darahnya berdesir merasakan getaran aneh pada tubuhnya. "Lepaskan Michael!" Teriak Alana teredam oleh kerasnya bunyi musik yang ada. Pria bernama Michael itu melonggarkan pelukannya, menatapnya tepat di manik mata Alana membuat wanita itu menelan saliva-nya dengan susah payah. "Aku mencari mu kemana-mana sayang, kau hampir membuat ku gila." Michael memajukan wajahnya berniat mencium bibir nya, tapi dengan sekuat tenaga Alana mendorong d**a Michael walaupun kekuatan nya tidak sepadan dengan pria itu membuat nya sedikit kesusahan. Tinggal beberapa senti lagi hingga bibir itu akan mendarat sempurna di bibirnya, tapi sebelum itu terjadi sebuah tangan menarik tangannya dengan kasar membuat pelukan Michael terlepas begitu saja. Baru saja Alana ingin berbalik dan mengucapkan kata terimakasih tapi tiba-tiba matanya kembali membulat  saat ia merasakan ada sebuah benda kenyal menyentuh bibirnya.  Sialan! Pria yang baru saja ia duga telah menyelamatkannya kini malah menciumnya dengan liar membuat Alana sedikit kerepotan karena tidak bisa mengimbanginya dalam keadaan setengah sadar. Alana dapat mendengar sekilas suara geraman Michael di belakangnya sebelum pria itu berjalan pergi, membuat nya sedikit bernafas lega karena telah berhasil membuat nya pergi. Tapi tentu saja tidak sepenuhnya. Pria di depannya ini tiba-tiba melepaskan ciumannya dan tanpa sadar Alana mendesah kecewa karena harus kehilangan kesenangan nya, tapi itu tidak bertahan lama sampai ia dapat melihat wajah pria yang baru saja menciumnya tanpa permisi. Mata itu, senyum itu, dan ekspresi  menyebalkan yang membuatnya selalu naik darah sendiri, pria yang menjadi alasannya berada di tempat ini dengan semua kesialan yang ia dapatkan. Siapa lagi jika bukan William Smith. Cih, mendengarnya namanya saja sudah membuat Alana ingin muntah di buatnya. "Kau lagi!" ***** Entah apa yang membawanya ketempat seperti ini, salah satu club yang berada di pusat kota New York. Tidak terlalu besar tapi cukup pantas untuk bisa di datangi oleh billionaire tampan seperti nya. Sebenarnya Liam bisa saja datang ke club langganannya, tapi entah kenapa saat ia melewati tempat ini tiba-tiba saja dirinya sudah berada di dalam sini dengan segelas wine di tangannya. Keadaan club malam ini tidak terlalu ramai, membuatnya mungkin akan menghabiskan waktu yang cukup lama disini.  Setidaknya ia tidak perlu meladeni para wanita yang selalu mengganggu ketenangan nya. Mata Liam menyusuri setiap penjuru ruangan sambil sesekali menyesap wine-nya berharap menemukan hal yang menarik untuk dilihat, tapi nyatanya ia tidak mendapatkan apapun yang bisa membuat nya terhibur. Setiap kali matanya beralih dari satu tempat ketempat lain, yang ia lihat hanyalah para wanita yang sedang tersenyum menggoda kepadanya. Sungguh membosankan! Ia butuh sesuatu yang baru, untuk pertama kalinya dalam sehari ia belum meniduri satupun wanita hari ini. Sungguh sebuah kebanggaan. Baru saja Liam akan beranjak dari tempatnya, ia tak sengaja mendengar suara yang begitu familiar di telinganya dari seorang wanita yang duduk tak jauh darinya. "One more bottle, please!" Ucap seorang wanita dengan dress berwarna merah terang yang cukup mencolok, rambut coklat nya terurai membuat penampilan nya terlihat cukup menggoda. "Silakan nona,"  Ucap sang bartender memberikan satu botol vodka yang langsung di minum begitu saja oleh wanita itu. Liam menatap tertarik saat wanita di depannya berjalan dengan langkah sempoyong menuju lantai dansa, ada apa dengannya? Penampilannya benar-benar kacau dari terakhir kali ia melihatnya. Tanpa sadar Liam kembali duduk di tempatnya dengan senyum miring yang menghiasi wajahnya, matanya seolah terkunci mengikuti setiap gerak gerik wanita itu. "One more glass wine, please," ucap Liam tanpa mengalihkan pandangannya sedikitpun. Ia tersenyum miring menatap objek di depan nya, sepertinya malam ini akan menjadi malam yang sangat panjang dalam hidupnya. Liam akan sedikit bersenang senang malam ini, mengusir rasa penat yang di sebabkan oleh wanita gila yang sedang menari di depan sana. Alana Johnson, Wellcome to my world. TO BE CONTINUED
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN