1
07.00 wib.
SMA Jakarta, terlihat ramai oleh siswa/i yang berbaris dilapangan sekolah tersebut. Ya sekolah itu hari ini menyambut kedatangan murid baru dan hari ini menjadi hari pertama bagi murid baru untuk melakukan MOS (Masa Orientasi Siswa). Terlepas dari siswa/i baru itu, seorang gadis dengan wajah manis, pipi agak tembem, memiliki senyum bulan sabit yang tampak indah jika tidak ada benda bulat berlensa tebal yang bertengger manis dihidungnya. Ya, gadis manis itu memakai kacamata dan penampilannya juga seperti seorang kutu buku. Gadis manis itu tidak memiliki teman dekat sama sekali karena semua siswa/I menjauh darinya dan tidak menyukainya.
“SINDY!”
Tiba-tiba terdengar suara teriakan yang membuat gadis manis itu menghentikan langkahnya dan menoleh kearah suara tersebut yang ternyata dikoridor sisi lain ia berjalan.
Gadis yang bernama Sindy atau gadis manis yang sedang kita bicarakan tadi itu menunggu dengan sabar siperiak namanyan.
“hah” orang yang tadi memanggilnya itupun terengah-engah didepan Sindy sambil membungkuk dengan memegang lututnya karena lelah berlari kesana kemari.
“ada apa kak?” tanya Sindy yang mengenal siapa gadis yang sedang mengatur nafasnya itu.
“begini Sin hah” gadis itu berbicara dengan masih terengah-engah.
“hari ini bantu aku membimbing murid baru ya!” lanjut gadis itu sambil mengepalkan kedua tangannya didepan d**a, memohon kepada Sindy agar mau membantunya hari ini.
“tapi, kak Je-“
“ah ayolah Sin, temanku tidak masuk hari ini…aku tidak mau sendirian” kata gadis yang dipanggil Je oleh Sindy tadi. Nama gadis itu adalah Jesi. Mereka berdua tidak seberapa dekat sih, hanya saja Jesi terkadang menghampiri atau menemani Sindy saat jam istirahatnat berlangsung karena Jesi tidak peduli dengan penampilan Sindy, terlepas dari gadis manis itu sering dielu-elukan oleh para guru. Jesi tidak peduli dengan hal itu, yang ia inginkan hanya mengobrol dengan gadis manis yang menurutnya memiliki sesuatu yang ia rahasiakan atau misterius didalam diri gadis manis berkacamata bulat itu. Meskipun Jesi sangat penasaran dengan Sindy, tapi tidak ada niatan sama sekali dari gadis itu untuk mencari tahu lebih lanjut dari kehidupan Sindy jika gadis manis itu sendiri yang mengatakannya padanya.
“baiklah…akan aku bantu” jawab Sindy yang membuat Jesi senang.
“terimakasih, Sin” kata Jesi sambil menarik Sindy kearah lapangan sekolah dan mengajaknya baris dibarisan kakak kelas yang akan membimbing murid baru hari ini karena sebentar lagi upacara akan dimulai dan tidak ada waktu untuk Sindy meletakkan tasnya, jadi gadis manis itu tetap memakai tasnya dipunggung.
Sebenarnya Sindy tidak suka dengan keadaan seperti ini, bahkan dia bukan anggota osis. Ia tidak mau menjadi semakin mencolok dan membuat semua siswa/i semakin tidak menyukainya. Meskipun banyak guru yang menyokongnya untuk menjadi anggota osis, tapi gadis berkacamata itu tidak mau melakukannya. Ia lebih memilih menghabiskan waktu istirahat di perpustakaan dan tempat yang tenang dimana tidak ada orang lain yang bisa mengganggunya. Ya, gadis manis berkacamata bulat itu lebih suka menyendiri daripada mengikutsertakan dirinya dalam lingkaran kegiatan sekolah. Jika bukan karena Jesi yang memohon padanya, Sindy tidak akan mau melakukan hal semacam ini untuk menyambut murid baru di sekolahnya.
Ngomong-ngomong Sindy sekarang berada ditingkat 2 dan sedangkan Jesi ada ditingkat 3. Sebab itulah tadi gadis manis itu memanggil Jesi dengan sebutan kakak.
♠
Disisi lain dibarisan murid baru ada seorang lelaki yang memandang kearah barisan kakak kelas yang akan membimbing murid baru hari ini. Lelaki itu melihat kearah Sindy berada. Meskipun ia berdiri ditengah-tengah barisan hal itu tidak membatasi pendangannya dari Sindy sedikitpun. Nama lelaki itu adalah Pranata Kim. Lelaki blesteran yang memiliki wajah tampan, mata sipit, hidung agak mancung, dan memiliki tinggi badan 170cm. Ia terus memandang Sindy sampai panggilan dari seseorang disebelahnya saja tidak ia dengar. Lelaki itu mendekat kearah Prana.
“hey sebenarnya apa yang kau lihat?” tanya lelaki yang ada disebelahnya itu dengan suara yang sangat pelan agar kakak kelas yang ada dibelakang barisan tidak mendengarnya. Prana yang merasa terganggu itupun menoleh dan melihat lelaki yang mengganggu dirinya itu dengan tatapan tajam.
“aku memanggilmu sejak tadi” bukannya takut, lelaki itu malah terkekeh melihat ekspresi Prana “…apa kau sedang melihat gadis yang berkacamata itu?” tanya lelaki itu lagi sambil melihat kearah Sindy yang tadi ditatap oleh Prana. Lelaki tampan itu ikut melihat kearah Sindy lagi tanpa menjawwab pertanyaan lelaki aneh disebelahnya.
“aku diabaikan ya” gumam lelaki itu lagi ketika diabaikan oleh Prana “padahal aku tahu gadis itu” lanjutnya yang membuat Prana menoleh kearahnya.
“ah aku dengar dia gadis cupu di sekolah ini sih” kata lelaki itu lagi ketika Prana menatapnya seperti ingin tahu siapa gadis itu.
“begitu ya” Prana menganggukkan kepalanya sambil melihat Sindy lagi untuk yang kesekian kalinya. Memang benar sih gadis itu terlihat paling rapi diantara yang lain dan jangan lupakan kacamata yang bertengger manis dihidung gadis manis itu. Bahkan tatanan rambutnya pun sangat simpel dan tidak ada make up yang menghiasi wajahnya putih mulusnya. Sangat sederhana, menurut Prana dan hal itu membuat Prana penasaran.
“kau tertarik padanya, ya?” tanya lelaki itu lagi ketika melihat Prana tidak mengalihkan tatapannya sedikitpun.
“bukan urusanmu!” jawab Prana dingin karena memang dasarnya dia lelaki yang dingin dan tidak peduli dengan sekitarnya sedikitpun.
“hmmm…ngomong-ngomong namaku Jonatan, kau?”
“Prana” singkat jelas dan padat dari seorang Prana untuk pertanyaan lelaki yang diketahui namanya adalah Jonatan itu.
Setelah percakapan yang cukup panjang dan menjengkelkan bagi Prana, akhirnya Jonatan berhenti bicara dan kembali keposisinya semula.
♦
Kelas 1-C.
Jesi dan Sindy memasuki kelas yang sudah terisi penuh oleh murid baru. Termasuk Prana yang berada dikelas tersebut bersama dengan Jonatan. Mereka berdua duduk bersama dibangku samping jendela. Awalnya Prana tidak mau duduk bersebelahan dengan lelaki aneh itu, tapi dasarnya Jo, lelaki yang aneh dan suka seenaknya sendiri jadi lelaki itu langsung duduk saja disamping Prana tanpa persetujuan sang pemilik bangku dan Prana yang tidak suka keributan itupun memilih diam dan mengabaikan lelaki aneh yang ada disampingnya.
"pagi semuaaaa" sapa Jesi ramah kepada siswa/i yang ada dikelas tersebut.
"pagi" balas mereka serentak kecuali Prana dan Jo karena Jonatan fokus melihat Jesi yang merupakan gadis tipenya.
"perkenalkan namaku Jesi…aku berada ditingkat akhir sekarang dan disebelahku ini.." kenalnya pada murid baru yang ada dikelas tersebut dan menyuruh Sindy untuk memperkenalkan dirinya sendiri.
"hai, namaku Sindy Aulia....aku berada ditingkat dua, salam kenal" ucap Sindy dengan suara yang agak pelan yang masih dapat didengar oleh semua murid baru. Setelah Sindy memperkenalkan diri, kelas seketika menjadi agak ramai karena mereka sedang berbisik-bisik tentang Sindy.
Prana yang sudah melihat Sindy sejak gadis itu masuk kedalam kelasnya itupun terus menatap gadis berkacamata itu dengan diam dan ia tidak peduli dengan bisikan teman-temannya tentang gadis berkacamata itu.
"aku baru ingat dia" tanpa sadar Prana bergumam dan membuat Jonatan yang duduk disebelahnya itupun menoleh kearahnya. Padahal lelaki itu sedang melihat Jesi dengan penuh minat. Kemudian lelaki aneh itu mendekat kearah Prana.
"kau mengenalnya?" tanya Jo sambil berbisik didekat Prana.
"tidak, aku hanya pernah melihatnya saja" jawab Prana dengan suara lirih juga.
"apa kau tertarik dengannya, bro?" goda Jonatan.
"yak! kau gila ya mana mungkin aku menyukainya" bantah Prana dengan nada yang agak keras hingga membuat semua penghuni kelas tersebut menoleh kearahnya termasuk Jesi dan Sindy. Jesi yang mendengar itu merasa kesal.
"kalian berdua maju kedepan!!" perintah Jesi dengan suara tegas.
Dengan pasrah kedua lelaki itu berjalan kedepan kelas dengan wajah yang menyesal.
"apa yang kalian berdua bicarakan?" tanya Jesi ketika dua lelaki itu sudah berada didepannya.
"emz i-itu ka-kak-"
"yah kak jangan galak-galak nanti cantiknya hilang loh" potong Jonatan yang malah menggoda Jesi dan memotong ucapan Prana, tapi bukan senyuman yang lelaki aneh itu dapatkan, malah delikan mata yang menyeramkan dari Jesi yang langsung membuat Jonatan agak menciut.
"itu kak, kami hanya membicarakan soal kak Sindy" akhirnya Jonatan mengatakan apa yang tadi mereka berdua bicarakan kepada Jesi karena tatapan gadis itu sangat menakutkan bagi Jonatan. Prana yang mendengar perkataan Jonatan itupun ganti menatapa Jonatan dengan tajam dan hal itu membuat Jonatan menciut untuk kedua kalinya. Sedangkan Sindy yang mendengar namanya disebut itupun melihat kearah Jonatan dan Prana dengan penuh tanda tanya.
"a-aku, kenapa?" tanya Sindy pada akhirnya.
"ya kak....Prana bilang dia pernah bertemu denganmu" kata Jonatan yang lagi-lagi membuat Prana menatapnya tajam. Sindy yang mendengar itu melihat kearah Prana dengan seksama.
"oh kau yang waktu itu" ucap Sindy kemudian dan membuat semua murid terkejut mendengar ucapannya. Prana hanya mengangguk sebagai respon dari perkataan tersebut.
"sudahlah kalian dihukum membersihkan toilet sekarang!" perintah Jesi dan menyudahi semuanya. Bahkan ketika Jonotan ingin protes, Jesi pun tidak mendengarkannya dan menyuruh lelaki itu mematuhi perintahnya. Seketika kelas menjadi diam dan tidak ada lagi yang berbisik-bisik satu sama lain karena ucapan tegas dari Jesi.