2

1689 Kata
Ditoilet Sekolah. Prana dan Jonatan melakukan hukuman mereka dari Jesi, membersihkan toilet dengan pel dikedua tangan mereka. Jonatan terus saja bergumam tidak jelas sejak tadi dan hal itu membuat Prana merasa kesal. Ia benar-benar jengkel dengan lelaki aneh yang sedang mengoceh itu.   "oh Pran, bagaimana ceritanya kau bisa bertemu dengan kak Sindy?" tanya Jonatan yang merasa penasaran dengan pertemuan keduanya orang itu.   "biasa saja" balas Prana malas sambil terus mengepel toilet tanpa menoleh kearah Jonatan sedikitpun.   "hei, bagaimana bisa biasa saja. Kau tahu dia itu gadis cupu, lho!" protes Jonatan yang merasa tidak terima dengan jawaban Prana. "....aku dengar dia juga tidak disukai oleh banyak siswa/i disini meskipun dia pintar” tambah Jonatan sambil berhenti mengepel dan melihat punggung Prana dengan dagu yang dia tupukan ditangan yang memegang gagang pel. Prana hanya mendengar perkataan Jonatan tanpa berniat merespon. “ayolah ceritakan padaku” rengek Jonatan ketika Prana mengabaikannya.   "kau cerewet sekali ya" kesal Prana sambil melihat kearah Jonatan dengan ekspresi tatapan tajam.   Flash back 20.00 wib. Prana merasa bosan berada di rumah sendirian. Ia memilih untuk pergi berjalan-jalan. Jangan tanya tentang orang tua Prana karena mereka sangat sibuk. Meskipun begitu mereka masih sempat sarapan bersama dan orang tua Prana yang selalu memperhatikan tumbuh kembang anaknya dengan baik dari kebanyakan orang tua lainnya yang mengabaikan tumbuh kembang anaknya. Hal itulah yang membuat Prana tidak pernah protes dengan orang tuanya. Meskipun ada perasaan kesal karena mereka jarang berkumpul, tapi Prana memakluminya dengan baik dan mengerti tentang orang tuanya. Lama ia berjalan sampai keluar kompleks perumahan elit tempat ia tinggal. Prana merasa haus dan memutuskan untuk singgah disalah satu toserba yang ada didaerah tersebut. Ia mengambil satu botol minuman kemasan dan kemudian berjalan kearah kasir. Lalu lelaki tampan itu meletakkan minumannya diatas meja kasir dan menunggu penjaga kasir wanita memeriksa harganya.   "7.800 ribu" jawab wanita itu setelah mengecek harganya.   "ini" Prana memberikan uang padanya dan menunggu kembaliannya. Prana merasa wanita itu masih muda dan merasa ada sesuatu yang aneh dengan wanita atau gadis tersebut. Prana memperhatikan kacamata yang gadis itu pakai.   “ini kembaliannya” gadis itu memberikan kembaliannya kepada Prana.   “oh iya” kata Prana sambil mengambil kembaliannya. “emm boleh aku bertanya sesuatu?” tanya Prana kemudian.   “silahkan”   “kacamata yang kau gunakan…itu bukan minus, kan?” Mendengar pertanyaan dari Prana membuat gadis kasir itu membolakan matanya sambil melihat Prana, terkejut. “apa aku benar?” tanya Prana ketika melihat gadis itu tampak terkejut.   “bukan urusanmu, ini minuman anda…terimakasih sudah datang” gadis itu memberikan minuman Prana dan berharap agar lelaki tampan itu pergi.   “baiklah..maafkan aku” Prana pun memutuskan untuk pergi dari toserba itu dan kembali berjalan mencari tempat untuk istirahat. Ia tidak bodoh untuk mengenali kacamata minus dan tidak minus dan kacamata yang gadis itu gunakan adalah kacamata biasa. Prana jadi penasaran.   ♣   21.00 wib. Waktu kerja Sindy sudah habis dan waktunya ia pulang ke rumah. Gadis manis berkacamata itu berjalan sedirian digelapnya malam. Bersyukurlah rumahnya tidak jauh dari tempatnya bekerja dan hanya berjarak tiga gang saja.     Prana yang duduk dibangku tak jauh dari toserba tadi itupun melihat Sindy berjalan sendirian digelapnya malam. “gadis itu” gumam Prana. Lalu berdiri dari duduknya dan mengikuti gadis itu dari belakang dengan jarak yang lumayan jauh.   Mereka sampai di rumah yang Prana yakini adalah rumah gadis itu. Prana berdiri didepan rumah itu dan melihat gadis itu masuk kedalam rumah. Sebenarnya Prana ingin pergi dari depan rumah itu sebelum pintu rumah itu terbuka dan memperlihatkan seorang lelaki paruh baya dan dibelakangnya ada sindy dengan pakaian yang menurut Prana itu bukan pakaian yang pas untuk seorang gadis. Bahkan ia juga melihat Sindy tidak memakai kacamatanya. Hal itu membuatnya berspekulasi bahwa apa yang ia pikirkan tadi itu benar adanya.   “jadi benar dugaanku” gumamnya. Flash back off.   Prana menyelesaikan ceritanya dan melanjutkan mengepel toilet.   “menurutmu mereka akan pergi kemana dengan pakaian itu?” tanya Jonatan yang mendengarkan cerita Prana tadi.   “entahlah, tapi disana kak Sindy terlihta berbeda” jawab Prana mengingat kejadian dua hari lalu.   “aku jadi ikut penasaran”   “kenapa kau jadi penasaran juga?”   “entahlah, tapi aku pikir kita harus mencari tahu informasi tentang kak Sindy itu”   “kenapa kau yang jadi bersemangat?”   “aku kan hanya ingin membantu pendekatan temanku ini” kata Jonatan sambil merangkul pundak Prana yang langsung ditepis oleh lelaki tampan itu.   “sudahlah, ayo kita lanjutkan mengepelnya” kata Prana, menyuruh Jo untuk melanjutkan pekerjaannya sebelum Jesi datang dan memerikasa mereka.   ✰   Dua hari sudah berlalu dan MOS sudah selesai dilaksanakan. Saat ini adalah jam istirahat dimana semua siswa/I berhamburan keluar kelas untuk pergi ke kantin. termasuk Prana dan Jonatan.   "hei bro apa yang mengganggumu?" tanya Jonatan yang merasa aneh dengan Prana.   "tidak ada" jawab Prana cepat sambil mengambil makanan bagiannya.   "huh, kau berbohong tuan Kim" kata Jo memanggil marga Prana. Lelaki tampan yang dipanggil marganya itupun memutar bola matanya malas dan tidak mau menjawab Jonatan. "apa kau sedang mencari kak Sindy?!" tebak Jonatan.   “siapa?” tanya Prana, pura-pura tidak tahu apa yang dimaksud oleh Jonatan. Lelaki aneh yang mendengar pertanyaan Prana itupun menatapnya dengan sebal. "jika kau tahu, kenapa tanya" kesal Prana kemudian ketika melihat wajah kesal Jonatan.   "oh" singkat jelas dan padat dari seorang Jonatan yang membuat Prana geram dan mendaratkan sendoknya didahi Jonatan. "yak! Sakit tahu" protes Jo kepada Prana.   "setelah kau tahu jawabanku kau hanya bilang ‘oh’ memangnya tak ada yang lain apa?" marah Prana.   "ya-.."   "eemm Prana" potong seorang gadis yang membuat kedua lelaki itu menoleh kepada gadis tersebut. Gadis itu menjadi malu ketika ditatap oleh Prana.   “iya” jawab Prana.   “ini untukmu” gadis itu memberikan bingkisan kepada Prana dengan menunduk, tak berani menatap wajah lelaki tampan itu.   "apa ini, Re?" tanya Prana pada Re gadis yang bernama lengkap Renata itu.   "hanya coklat" balasnya dengan tersenyum kearah Prana.   "oh terimakasih Re" balas Prana sambil tersenyum juga kepada Renata dan membuat gadis cantik itu semakin senang dibuatnya. Setelah bingkisannya diterima oleh Prana, Renata pergi dari meja tersebut.   "huh sang pangeran" kata Jonatan setelah kepergian Renata dari hadapan mereka.   Sekedar informasi bahwa Prana menjadi pangeran sekolah sejak dua hari yang lalu. Banyak siswi yang menyukainya dan sering memberinya hadiah. Prana yang mendapat perlakuan seperti itu hanya biasa saja dan dengan baiknya ia menerima semua bingkisan yang diberikan padanya. Jangan tanya kenapa Prana menjadi pangeran sekolah tingkat 1, itu karena Prana memliki tubuh tinggi, tampan, hidung mancung, d**a yang bidang, dan memiliki otot yang sedikit menonjol dibeberapa bagian. Ia juga memiliki senyum kelinci yang menggemaskan dimata semua gadis jadi tak ayal jika ia dijadikan pangeran sekolah diangkatannya. Oh lelaki tampan itu juga pintar. Ia selalu mendapat ranking 5 besar ketika masih SMP dulu.   ✰   Sindy pov. Istirahat telah berlalu, aku kembali kedalam kelas setelah berkutat dengan buku yang ada di perpustakaan. Aku memang terbiasa menyendiri ketika istirahat tiba. Aku biasa pergi ke perpustakaan atau taman belakang sekolah yang hanya ada beberapa siswa saja disana. Aku berjalan di koridor sekolah sendirian.   "Sindy!" teriak seseorang yang membuatku menoleh kearah suara tersebut.   "Aldi" kataku ketika tahu siapa yang memanggilku.   "boleh aku jalan denganmu menuju kelas?" tanyanya padaku yang langsung aku jawab dengan anggukan kepala. Kita berdua berjalan beriringan dengan diam.   "kenapa menatapku seperti itu?" tanyaku ketika merasa bahwa Aldi sedang menatapku.   "tidak kok….hanya terlihat cantik" pujinya yang membuatku agak merasa tidak nyaman. Aku memilih tidak menanggapinya karena aku tahu jika Aldi memiliki perasaan padaku dan sudah beberapa kali mengatakannya padaku, tapi aku menolaknya. Namun hal itu tidak membuatnya berhenti mendekatiku. Hal itu membuatku merasa tidak nyaman karena setiap siswi yang menyukainya menatapku dengan kebencian. Asal kalian tahu, Aldi itu adalah pangeran sekolah tingkat 2 yang memiliki banyak penggemar karena wajahnya yang tampan, tinggi dan hidung yang mancung. Selain itu ia juga pintar dan selalu mendapatkan ranking. Jika kalian bertanya kenapa aku menolaknya? itu karena aku merasa tidak pantas untuknya bahkan untuk lelaki lain. Aku ini gadis yang hina bahkan aku sudah ternodai diusiakku yang masih muda. Karena itulah aku menjaga jarak dengan laki-laki yang ingin dekat denganku termasuk Aldi. Jika saja hidupku tidak berantakan sejak kematian bibiku mungkin aku tidak akan melakukan hal ini, tapi semua itu sudah terjadi. Pamanku yang ditinggal pergi oleh bibi, membuatnya merasa frustasi dan seakan-akan menyalahkanku. Ia menjadi berubah 180 derajat kepadaku dan mulai memperlakukanku dengan tidak baik.   ♠   14.30 wib. Aku sampai ditempat kerjaku, aku langsung mengganti pakaianku dan mulai bekerja. Aku bekerja paruh waktu menjadi penjaga kasir disebuah toserba yang tidak jauh dari rumah pamanku. Aku bekerja untuk memenuhi uang jajanku karena aku tidak mau menerima uang dari pamanku. Jika kalian bertanya kenapa? itu karena dia mendapatkan uang yang tidak halal setelah dipecat dari perusahaan satu minggu setelah kematian bibi. Ia juga membawaku kesebuah club malam dan memintaku untuk melayani lelaki hidung belang. Aku hanya menurut dengan pamanku itu karena tidak mau beliau marah padaku dan menghukumku habis-habisan. Sindy pov end.   ♠   21.30 wib. Sindy pulang ke rumah tidak seperti biasanya. Biasanya ia pulang pukul 21.00, tapi hari ini ia harus menata barang-barang yang sedikit berantakan ditoserba jadi ia pulang agak terlambat. Sampainya di rumah, Sindy disambut oleh pamannya-Alan. Jangan tanya apakah pamannya tidak curiga dengan kepulangan Sindy yang larut itu karena Sindy beralasan jika ia belajar diperpustakaan.   "kau telat hari ini" kata Alan sambil berdiri dari duduknya dan membuat Sindy terkejut.   "maafkan aku, paman” kata Sindy dengan menundukkan kepalanya. "em kalau begitu aku pergi mandi dulu, paman"   "bagaimana kalau kita mandi bersama?" tawar Alan sambil mendekat kearah Sindy. Alan langsung meraih pinggang Sindy. Alan mulai melepas tas sekolah Sindy dan meletakkannya sembarangan dilantai. Alan dengan sigap menggendong Sindy ala bridal menuju kearah kamar mandi. Sindy hanya pasrah ketika pamannya membawanya ke kamar mandi. Ia sudah tidak punya tenaga untuk memberontak karena sudah terkuras habis saat dia kerja tadi. Sampainya di kamar mandi, Alan munurunkan Sindy dan langsung melepas kacamata dan kancing seragam atas yang Sindy kenakan dengan perlahan, sesekali ia juga menyentuh d**a berisi Sindy yang masih terbalut bra berwarna hitamnya dan membuat gadis cantik itu merasa sedikit merasa aneh menjalar diseluruh tubuhnya. Alan mulai melakukan apa yang ingin ia lakukan pada Sindy.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN