Pagi ini, Sindy bangun dengan mata sedikit sembab akibat menangis tadi malam. Ia beranjak dari kasur dan berjalan menuju kamar mandi dengan menahan sakit pada bagian bawahnya. Sampai didalam kamar mandi, ia langsung melepas pakaiannya dan melihat betapa banyaknya jejak yang ditinggalkan sang paman pada tubuh putihnya. Sindy hanya menghela nafas kasar dan tidak memperdulikan tanda itu dengan mandi dibawah shower.
Tak lama Sindy selesai mandi dan keluar dari kamar mandi dengan seragam lengkap. Meskipun ia masih merasa sakit diarea bawahnya, tapi tetap saja ia harus pergi ke sekolah. Ia merias wajahnya dengan biasa saja dan tak lupa memakai kacamatanya sebelum keluar dari kamar. Sebenarnya Sindy itu tidak begitu culun, bahkan dulu ia tidak memakai kacamata dan ia juga tidak mengalami gangguan mata sedikitpun alias normal, tapi sejak kejadian dimana pamannya membobol lubangnya semua itu berubah dan Sindy mulai mendandani dirinya seperti gadis culun dan kutu buku agar tidak ada yang menyukainya. Hal itu terbukti dari banyaknya siswa/I yang tidak menyuainya di sekolah meskipun ada beberapa yang mendekatinya, seperti Jesi dan Aldi.
Sindy berjalan keluar dari kamarnya dan menuju dapur. Gadis manis berkacamata itu kemudian membuka kulkas untuk mengambil roti. Ia-pun memakan roti itu sambil berjalan keluar dari rumah pamannya.
♣
Sindy sampai di sekolah dan sekolah itu masih tampak sepi karena hari masih sangat pagi. Gadis berkacamata bulat itu memang selalu berangkat pagi untuk menghindari pamannya dan juga menghindari tatapan tidak suka dari siswa/i yang melihatnya. Sindy menikmati suasana koridor sekolah yang sepi dan ia sedikit bersenandung kecil untuk meramaikan suasana yang sunyi itu. Ia juga terkadang meringis ketika merasakan bagian bawahnya nyeri. Tak lama ia-pun sampai di kelas dan Sindy langsung berjalan kearah tempat duduknya yang ada dibarisan kedua kolom kedua dekat jendela. Ia duduh dan mengeluarkan buku komik yang selalu ia bawa untuk mengisi rasa bosannya. Ia menikmati kelasnya yang masih sepi karena tidak ada siswa/i yang menatapnya dengan tidak suka atau dengan terang-terangan membicarakannya.
♣
06.30 wib.
Sekolah mulai ramai dengan para murid yang berhamburan masuk kedalam gedung sekolah. Termasuk sebuah mobil berwarna merah mengkilap itu masuk kedalam gedung sekolah dan memarkirkannya kederetan mobil yang ada. Para murid yang penasaran dengan sang pemilik mobil itupun berhenti berjalan dan berjajar rapi untuk melihat siapa orangnya. Tak hanya itu mereka juga berbisik-bisik satu sama lain.
Prana dan Jonatan keluar dari mobil milik Prana yang sudah terparkir rapi dijajaran mobil yang ada. Semua murid yang berjajar itupun berteriak histeris ketika tahu siapa sang pemilik mobil merah tersebut. Mereka tidak menyangka jika Prana akan membawa mobil ke sekolah. Hal itu membuatnya semakin terlihat keren dimata para siswi yang melihatnya. Dengan itu makin banyak gadis yang tergila-gila padanya.
Kedua lelaki itu berjalan dengan santai. Jonatan menebar senyumnya dan sedikit melambaikan tangan kepada para gadis yang memanggilnya sedangkan Prana terlihat cuek dan terus berjalan sambil memasukkan tangannya kesaku celana seragamnya. Sungguh sangat tampan dan keren.
"ooh, KAK JESIIIIIIII!" teriak Jo ketika melihat siluet Jesi didepannya yang membuat Prana menutup telinganya kerena teriakan itu. Jonatan pun berlari kearah Jesi yang membuat gedis itu menatap Jonatan jengah karena tidak suka diganggu oleh lelaki aneh tersebut.
"Yak! Jangan ganggu aku" ketus Jesi.
"alah kak, aku hanya ingin mengantar kakak ke kelas saja, boleh ya?" melas Jonatan sambil memohon kepada Jesi dan membuat Jesi meninggalkan lelaki aneh itu, tapi bukan Jonatan namanya kalau ia berhenti disitu saja, ia mengikuti Jesi dengan sedikit berlari dan meninggalkan Prana dibelakang sendirian.
"seandainya aku jadi kak Jesi udah ku tendang tuh anak" monolog Prana ketika melihat sifat Jonatan yang benar-benar bodoh menurutnya. Ia kemudian berjalan kembali menuju kelasnya dan tetap bersifat cuek dengan sekitar.
♣
Kelas 11-A.
Sindy masih dalam posisi membaca bukunya ketika suasana kelas mulai ramai. Ia mulai merasa terganggu dengan suara keramaian itu dan mulai pergi dari kelas dengan diam. Ia berjalan menuju taman belakang sekolah sambil membawa komik yang tadi ia baca. Sekarang ia berada ditaman belakang sekolah dan duduk dibawah pohon besar dengan melanjutkan membaca komiknya.
♣
Setelah meletakkan tasnya di kelas, Prana memilih keluar dari kelas karena ia tidak suka mendengar ocehan para gadis yang ada dikelsanya tentang dirinya. Meskipun Prana tampak menerima hadiah pemberian mereka, tapi Prana lebih suka jika mereka diam dan tidak berisik. Lelaki tampan itu berjalan dikoridor sekolah yang ramai akan para murid yang berlalu lalang dengan santai dan masih mengabaikan tatapan memuja para gadis padanya. Tak lama Prana sampai ditaman belakang sekolah, ia berjalan menuju pohon besar dan berniat untuk duduk disana.
"oh kak Sindy" kata Prana terkejut ketika melihat Sindy yang ada dibalik pohon yang ia pilih untuk ia jadikan sandaran dirinya. Sindy yang mendengar namanya dipanggil itupun menoleh dan terkejut ketika ia melihat Prana yang berdiri disampingnya.
"oh ka-u" gugup Sindy entah karena apa ia tak tahu. Pasalanya setelah masa orientasi Sindy tidak lagi bertemu dengan Prana. Hal itu tidak masalah untuknya. Bahkan gadis manis berkacamata itu berharap agar tidak bertemu dengan Prana seterusnya, tapi sekarang apa? mereka malah bertemu dikeadaan yang seperti ini. Hal itu membuat Sindy menjadi gugup.
"boleh aku duduk disebelahmu?" tanya Prana setelah mereka terdiam cukup lama.
"si-lahkan saja" jawab Sindy memperbolehkan Prana duduk disampingnya dengan ia yang sedikit bergeser dari tempatnya semula. Dengan izin dari Sindy, Prana pun duduk disebelah gadis manis berkacamata itu. Setelah Prana duduk tidak ada lagi percakapan yang terjadi diantara mereka. Keduanya malah sibuk dengan kegiatan masing-masing. Sindy yang tetap membaca komiknya sedangkan Prana memaikan ponselnya.
Sindy sih merasa biasa-biasa saja dengan hal itu karena ia sudah terbiasa dengan suasana hening seperti ini jadi tidak masalah untuknya. Tapi, bagi Prana itu masalah karena sudah beberapa hari ia tidak bertemu dengan Sindy dan mereka bertemu lagi. Menurut Prana ini kesempatan untuknya.
"eemm kak, kenapa kakak ada disini sendirian?" tanya Prana memecah keheningan mereka. Sindy yang mendengar pertanyaan tersebut itupun mengalihkan pandangannya dari komik kewajah Prana.
"tidak apa hanya ingin" balas Sindy singkat.
"apa kakak selalu sendirian?" tanya Prana lagi.
"ya begitulah" jawab Sindy singkat sambil menatap komiknya kembali.
"ke-"
"SINDY!" ucapan Prana terpotong oleh hadirnya seorang lelaki yang langsung duduk disebelah Sindy dan mengabaikan Prana yang ada disana, menatapnya.
"kenapa kau kesini Aldi?" tanya Sindy pada Aldi, lelaki yang memanggil Sidny tadi dan merusak suasana, menurut Prana.
"tidak, aku hanya mencarimu”
“kenapa?”
“karena aku ingin melihatmu dipagi hari”
Tidak ada jawaban dari Sindy.
Kriiiiing.
Dan bel masukpun berdering.
"ah belnya sudah berbunyi ayo kita pergi ke kelas Sin…" ajak Aldi yang langsung berdiri dan menarik Sindy pergi dari taman belakang sekolah dan meninggalkan Prana disana sendirian sambil melihat kepergian mereka. Prana tampak tidak suka ketika melihat lelaki yang ia ketahui namanya Aldi itu menarik Sindy pergi begitu saja. Setelah beberapa saat kemudian, Prana mulai berjalan santai menuju kelasnya sambil memasukkan tangannya disaku celana seragamnya seperti biasa.
♣
Setelah berkutat dengan alat tulis dan mendengarkan guru menjelaskan semua murid berhamburan keluar dari kelas masing-masing karena jam itirahat sudah dimulai. Sindy lagi-lagi berjalan dikoridor menuju ke perpustakaan. Sampainya disana, gadis manis berkacamata itupun masuk kedalam perpustakaan dengan tersenyum kepada si penjaga perpus. Lalu ia duduk seperti biasa ditempat biasa didalam perpustakaan dengan buku yang ia ambil dari rak dan membuka buku tersebut dan mulai mengerjakan tugasnya.
Penjaga perpustakaan yang melihat Sindy datang ke perpustakaan lagi itupun menggelengkan kepalanya.
"apakah dia tidak mengisi perutnya?" pertanyaan itu selalu bertengger manis dikepalanya. Ia khawatir dengan keadaan Sindy yang tidak meluangkan waktunya untuk makan siang meskipun sedikit. Biasanya ia memberikan sebungkus roti kepada Sindy, tapi hari ini ia tidak membawa makanan sedikitpun jadi tidak bisa memberikan makan siang untuk Sindy. Ia terus menatap Sindy, takut-takut terjadi sesuatu kepada gadis berkacamata itu.
Sindy sangat fokus mengerjakan tugasnya, bahkan ia hampir menyelesaikan tugas yang baru saja ia dapatkan tadi. Ya Sindy sering mengerjakan tugasnya di perpustakaan sekolah. Selain untuk menghindari pembullyan dari murid lain, ia juga merasa tenang berada di perpustakaan. Tak hanya itu, tapi tentu saja ia tidak bisa mengerjakan tugasnya di rumah atau ditempat kerja karena ia tidak akan bisa fokus melakukannya karena ramai dan pamannya yang selalu mengganggunya tiap malam.
Kruuyyyuuukkkk.
Tiba-tiba perut gadis berkacamata itu berbunyi dan ia baru sadar jika tadi pagi hanya memakan satu roti saja. Sindy tidak peduli dengan itu dan melanjutkan pekerjaannya, sampai-
Bugh.