[2] A Mistake

1924 Kata
Lilyana ditarik secara tiba-tiba oleh kekasihnya Holland Grey atau yang kerap dipanggil dengan nama Grey, setelah ia ketahuan sebagai pencuri. Grey langsung menarik paksa Lilyana dan mengajaknya kabur dari gedung pengadilan. Setelah merasa cukup jauh mereka berlari, Grey dan Lily pun berhenti di sebuah swalayan kecil. Grey lagi-lagi menarik lengan Lily secara tiba-tiba agar masuk ke dalam toko swalayan tersebut. Mereka membeli dua botol air mineral dan duduk di sebuah kursi yang memang disediakan untuk para pengunjung toko swalayan tersebut. “Hah, hampir saja,” ujar Lily sembari menghembuskan napasnya kasar. Grey meraih botol minuman milik Lily dan membukanya, lalu mengembalikannya lagi pada Lily, “Telat satu detik, mungkin kau sudah dibawa ke kantor polisi,” sahut Grey. Lily berdecak kesal lalu menenggak air mineral yang sudah dibukakan oleh kekasihnya tadi. “Aku benci kenapa ponsel milik wanita itu harus berdering.” Lily merogoh saku jaketnya dan mengeluarkan ponsel dengan logo apel tergigit dengan sebuah dompet berwarna hitam dengan garis hijau merah sebagai ciri khas merknya. “Hanya ini?” tanya Grey. “Ya, hanya ini,” jawab Lily ketus. “Padahal kita sudah merencanakannya dengan baik. Tapi ternyata bekerja tanpa Ava sangat sulit.” “Kapan dia akan kembali cuti? Apa dia sangat betah berada di kampung halamannya?” tanya Lily sembari mengotak-atik ponsel hasil curiannya. “Seharusnya satu minggu lagi dia kembali. Mungkin jika ada Ava, pekerjaan kita akan jauh lebih mudah dan lebih terkendali,” jawab Grey. “Anggap saja kita hanya mengambil kesempatan kecil.” Grey membenarkan posisi duduknya dan menatap wajah Lily. “Apa selama persidangan tidak ada orang-orang yang memakai barang mewah? Padahal setahuku pasangan yang baru saja bercerai itu adalah seorang pemilik perusahaan besar. Seharusnya orang-orang yang hadir di persidangan mereka pun adalah orang kaya raya,” jelas Grey sembari menelaah setiap sudut wajah Lily. Lily meletakkan ponsel hasil curiannya dan menatap Grey, “Aku terlambat masuk ke persidangan jadi terpaksa aku duduk di kursi paling depan. Aku duduk di sebelah seorang pria dengan pakaian rapi. Aku berusaha merogoh sakunya namun ia tidak membawa dompet ataupun ponsel. Padahal jam tangan dan jas ia gunakan tampak mahal.” “Dia hanya pandai bergaya,” ejek Grey setelah mendengar penjelasan dari Lily tentang seorang pria dengan pakaian mewah namun tak memiliki apapun. Grey meraih dompet yang dipegang oleh Lily dan melihat isinya. Disana hanya ada uang tunai 500 dollar dengan beberapa kartu atm. “Apa kita akan memiliki waktu untuk membobol kartu atm ini setelah Ava datang nanti? Tentu saja kita tidak akan bisa melakukannya tanpa Ava,” tanya Lily saat melihat beberapa kartu atm yang dikeluarkan dari dalam dompet milik wanita yang ia curi tadi. “Kita coba saja nanti,” jawab Grey. Tanpa mereka sadari, seorang pria dengan setelan jas dan jam tangan mewah seperti yang dibicarakan Lily tadi sedang menatap tajam ke arah mereka dari luar toko swalayan. Segaris senyuman terukir di wajah pria tampan itu. ***** Eros kembali menjajakan kakinya ke sebuah rumah dengan aksen mewah dan luas bak sebuah istana. Hiasan berwarna emas tampak menghiasi seluruh ruangan yang dilengkapi dengan pencahayaan yang elegan. Kali ini ia tak mengenakan jas setelan seperti tadi siang, ia sudah kembali ke wujud semulanya yakni seorang cupid yang tak akan nampak di mata t*******g seorang manusia normal. Ia masuk ke dalam rumah itu lebih jauh lagi dan menemukan sebuah kamar tidur yang sangat luas seperti sebuah minimarket di tepi jalan. Eros memasuki ruangan itu dan kini melihat dua orang manusia yang bercengkrama di atas tempat tidur berukuran king size itu. “Maafkan aku,” ucap sang pria sembari memegangi lengan wanitanya. Sedangkan sang wanita yang kini sedang digenggam hangat oleh pria di sampingnya hanya menganggukan kepalanya perlahan. Air mata sebening kristal mengalir di pipi wanita itu. Eros tersenyum penuh kemenangan. Setiap misi cupid hanya akan ditandai dengan dua macam jenis penanda jika misi nya berhasil, yaitu air mata suci yang mengalir sebening kristal atau aura berwarna merah jingga yang secara tiba-tiba akan muncul dari kedua manusia. Namun jika gagal, kedua tanda tersebut tidak akan muncul meski sang cupid telah menunggu selama beberapa hari. Eros memundurkan langkahan kakinya, ia pun keluar dari rumah itu. Ia menatap ke rumah yang baru saja ia masuki sesaat lalu meninggalkan rumah mewah itu. “Hei!” Tiba-tiba saja Eros mendengarkan suara teriakan seorang wanita yang tak jauh dari tempat ia berdiri. Suara langkahan kaki berlari pun dengan cepat menghampiri posisi Eros berdiri. “Kau!” ucap wanita dengan mata setengah terpejam sembari menunjuk wajah Eros. “Kau wanita yang tadi menabrakku bukan?” tanya Eros dengan nada dinginnya. Tapi tunggu sebentar. Eros menyadari sesuatu… Wanita itu bisa melihatnya? Eros pun membelalakan matanya dan melihat wanita yang sepertinya mabuk. Eros melihat dirinya sendiri dari atas ke bawah, ia sudah sangat yakin seharusnya tidak seorang manusia pun bisa melihat dirinya. “A-apa kau tahu? Hari ini adalah hari tersialku! Aku menabrakmu secara tidak sengaja dan ketahuan mencuri. Tapi tadi aku bisa melihat bahwa kau tersenyum di luar toko swalayan. K-kau pasti menertawakan tindakan bodohku, kan?!” ujar Lily dengan nada tegas sembari menunjuk wajah Eros hingga telunjuknya menyentuh hidung mancung Eros. Eros dengan cepat menepis tangan Lily dengan kasar. “Kau mabuk, sebaiknya kau pulang manusia bodoh,” jawab Eros lalu mulai berjalan meninggalkan Lily. Namun sepertinya tidak mudah bagi Lily untuk melepaskan sosok Eros. Ia menahan lengan si cupid dengan semangat dan menggenggamnya. “Hey! K-kau mengejekku ya?! Apa maksudmu manusia bodoh? Memangnya kau siapa? Kau kan juga manusia!” pekik Lily. Eros mengerenyitkan dahinya dan menepis tangan Lily lagi. Ia berpikir jika Lily mungkin bisa melihatnya akibat pengaruh alkohol yang wanita itu minum. “Lily!” panggil seorang pria yang berada di ujung jalan. Eros sudah langsung bisa mengenali siapa orang yang memanggil Lily, itu adalah kekasihnya, Grey. Grey berlari menghampiri Lily dan menopang tubuh Lily yang mulai sempoyongan. “Bagaimana bisa kau tiba disini sendirian, sayang?” tanya Grey kepada Lily. “Aku sedang berbicara dengan pria di hadapanku!” jawab Lily sembari menunjuk ke depan wajah Eros. Grey melihat kemana jari Lily menunjuk namun ia tak melihat apapun. Grey meringis, “Apa yang kau maksud Lily? Jangan bercanda! Ayo kita pulang, aku rasa kamu sudah mabuk berat.” Grey segera menggendong tubuh Lily di punggungnya dan berjalan meninggalkan Eros yang masih terpaku. “Ternyata pria itu tidak bisa melihatku,” gumam Eros sembari melihat punggung Lily yang perlahan menjauh dari tempatnya. ***** Eros beserta beberapa cupid yang lain telah mendaratkan diri di Gunung Olympus. Beberapa dari mereka telah menjalankan misi dengan baik, namun masih ada dua cupid di antaranya yang gagal dalam misi mereka. Mereka Kembali membentuk sebuah lingkaran dan menunggu kehadiran cupid yang lain. Setelah mereka berkumpulm Afrodit akan datang dan menyapa atas kembalinya mereka. Aeson baru saja tiba beberapa saat setelah Eros tiba. Ia melihat ke arah Eros dan tersenyum penuh kemenangan. Eros yang menyadari bahwa Aeson sedang menatapnya pun langsung mengerenyitkan dahi, seolah bertanya ada apa. Tampaknya dewa itu mengerti dengan mimik wajah Eros, ia pun membuka suaranya sembali menatap anak kesayangan Afrodit itu. “Rekor waktu keberhasilanku hanya berbeda 0,1 detik dari milikmu,” ujar Aeson bangga. Eros tak bergeming, ia masih menatap Aeson dengan wajah datar. “Ah aku hanya bercerita karena merasa senang,” ujar Aeson lagi. “Tapi sepertinya ada sebuah kesalahan dalam misimu kali ini, Eros?” sambung Aeson yang sukses membuat dewa lain kini menolehkan pandangan mereka kepada Eros. Eros melihat sisi kanan dan kiri nya, ia bisa merasakan seluruh mata tertuju padanya. “Apa?” tanya Eros. “Seorang manusia perempuan tiba-tiba saja bisa melihatmu di saat kau sedang berada dalam wujud aslimu bukan? Dan yang lebih mengherankan, dia mengingat wajahmu,” jawab Aeson. Eros teringat akan kejadian itu beberapa saat yang lalu dan dia menyadari apa yang diucapkan oleh dewa bertubuh kurus itu. Saat ia pergi ke rumah targetnya, ia sudah yakin bahwa penyamarannya sebagai seorang manusia yang bisa dilihat oleh manusia lainnya sudah ia matikan, sehingga sosoknya hanya bisa dilihat oleh beberapa jenis hewan tertentu serta para dewa yang lainnya. Namun… kenapa secara tiba-tiba Lily bisa melihatnya dan bahkan mengingat wajah Eros? Apakah Lily melihat wajah asli seorang Eros? Dewa memang memiliki kemampuan untuk memanipulasi visualnya pada manusia. Mereka bisa berubah menjadi seorang anak kecil yang lugu hingga seorang manusia paruh baya yang rentan. Terlebih setiap manusia tidak pernah memiliki pandangan visual yang sama terhadap seorang dewa. Sebagian orang mungkin akan melihat Eros sebagai seorang kakek yang kesulitan untuk berjalan, namun tak jarang yang melihat Eros sebagai seorang anak kecil yang membawa mainan di tangannya. Tapi, jika Lily masih mengingatnya, bukankah itu berarti Lily bisa melihat sosok Eros yang asli? “Betulkah itu, Eros?” tanya seorang dewi yang baru saja tiba. Eros pun segera tersadar dari pikirannya. Kini ia terpaku menatap sosok dewi kecantikan itu. “Aku tidak yakin,” jawab Eros ragu. Afrodit berdiri di hadapan para dewa. Entah sejak kapan dia sudah berdiri di sana dan apakah ia mendengar seluruh percakapan antara Aeson dan Eros atau tidak. Afrodit pun melangkahkan kakinya mendekati Eros. Ia menarik sehelai rambut dan melepaskannya di udara. Secercah cahaya muncul, menampilkan adegan dimana Lily yang mengenali Eros dalam keadaan mabuk bahkan bisa menyentuh Eros dengan mudah. Afrodit bahkan menyadari, jika Eros sempat mengikuti wanita itu dan tersenyum. Padahal selama ribuan tahun Eros tak pernah tersenyum pada manusia yang pernah ia temui. Afrodit memundurkan langkahnya dan menjentikkan jarinya untuk melihat hasil dari tugas para dewa cinta yang sudah mereka jalani. “Terima kasih sudah menjalankan tugas ini dengan baik,” ujar Afrodit. Para dewa tersenyum, kecuali Eros. Ia menyadari bahwa ia telah membuat sebuah kesalahan kali ini. Satu persatu dewa cinta itu kembali ke tempat tinggal mereka. Hingga hanya menyisakan Eros dan Afrodit di sana. Afrodit mengerti dengan rasa bersalah yang dirasakan oleh Eros. Apalagi selama ini Eros tak pernah membuat kesalahan apapun dan otomatis ini adalah kesalahan pertamanya sebagai dewa. Afrodit berjalan menghampiri Eros dan menyentuh bagian d**a kiri milik Eros. “Kau tahu ini apa?” tanya Afrodit pada Eros. Eros yang tidak mengetahui jawaban itu langsung menggelengkan kepalanya. “Jika di manusia, ini adalah sebuah jantung namun karena kita adalah seorang dewa dan dewi, ini hanyalah sebuah hiasan belaka. Namun benda ini bisa berubah menjadi jantung ketika seorang dewa memiliki sebuah perasaan seperti yang dirasakan oleh manusia,” jelas Afrodit. Afrodit tampak memutar benda berbentuk jantung itu lalu memperbesarnya di hadapan Eros. Sebuah aliran berwarna merah dengan ukuran sangat kecil mengalir di dalam sana. “Kau sama sekali tidak membuat kesalahan anakku. Tapi entah mengapa, kau jatuh cinta pada seorang manusia,” sambung Afrodit. Mata Eros terbelalak. “Mana mungkin. Itu hal yang sangat mustahil,” jawab Eros cepat guna menepis persepsi yang diberikan oleh Afrodit. “Kau mungkin merasa sudah terbiasa menutup seluruh jendela, tapi karena kau sudah terlalu nyaman pada posisimu, kau tidak menyadari bahwa ada jendela lain yang masih terbuka.” “Aku tidak mengerti. Aku tidak mungkin memiliki perasaan seperti manusia,” ujar Eros lagi. “Kalau begitu, aku akan membuatmu mengerti dengan perasaanmu. Kau mungkin mengelak atas apa yang kau rasakan, tapi perasaanmu akan semakin terpancar jika kau terus menolaknya,” jelas Afrodit. Afrodit memundurkan langkahan kakinya dari hadapan Eros. Ia tersenyum kepada Eros dan menghilang. Eros terduduk di hamparan luas Gunung Olympus. Ia memegangi d**a kirinya dan ia meyakinkan dirinya bahwa ia tidak akan, tidak mau dan tidak pernah memiliki perasaan seorang manusia. Ia pun mencoba menghapus memori tentang Lily dari benaknya. Namun, semakin besar usaha yang ia lakukan, semakin jelas sosok Lily dalam benaknya. “Aaaarrghhhh!!” Eros berteriak. “Aku benci manusia!”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN