BAB 3

1007 Kata
Rambut ikal hitam panjang, diikat ke kiri, menutupi sebagian punggung wanita yang sibuk menyiapkan kimchi dari bahan-bahan seperti lobak, sawi, dan sayuran lainnya. Sore ini udara di Bogor begitu bersahabat sehingga chef sepertinya akan fokus membuat kimchi sederhana buatan tangan gadis Indonesia seperti dirinya. Telinganya ditutupi oleh sebuah benda yang tidak lain adalah Airpod berwarna ungu, yang merupakan benda favoritnya dan menemaninya setiap kali membuat kimchi seperti sekarang. Tangannya mencampurkan bumbu merah ke dalam mangkuk besar berisi irisan sayuran yang telah ia siapkan sebelumnya. Sambil bersenandung, ia terus mengaduk bumbu dan mengoleskannya pada setiap bagian sayuran di dalamnya. "Keisya!" teriak salah seorang wanita. Namun, wanita bernama asli Keisya itu tampaknya tidak mempermasalahkannya dan hanya terus mengaduk-aduk lalu mengoleskan bumbu kimchi secara merata ke setiap bagian sayuran, terutama sayuran monster dengan radang di setiap daunnya. "Keisya!" dia menelepon lagi. Bahkan, Keisya mendengarnya karena volume lagu yang didengarnya cukup rendah. Namun dia pura-pura tidak mendengarnya dan memutuskan untuk menyanyikan kembali lagu yang sedang dia dengarkan. "Jeonhae! Jeonhae!" Kata Keisya menirukan lagu BTS boy group K-Pop favoritnya. Seolah memanggil kesabaran wanita pembuat kimchi, wanita yang berteriak-teriak dari kamar lain itu akhirnya mendatangi Keisya dengan celemek diikatkan di depan tubuhnya, lalu meletakkan tangannya di pinggang Keisya. . "Ya Tuhan! Anak itu harus berpura-pura tidak bisa mendengar lagi!" teriak wanita itu. Wanita paruh baya itu lalu menarik kabel earphone berwarna ungu yang menggantung dan langsung menoleh ke arah Keisya dengan wajah galak. "Oh! Ada apa, Bu? Bukankah Ibu yang memintaku membuat kimchi? Sekarang bagaimana?" protes Keisha. Wanita yang dia panggil ibu menggelengkan kepalanya tak percaya ketika dia melihat bahwa putri satu-satunya, yang sekarang sudah dewasa, bisa menyalahkannya. "Itu bagus untukmu! Kamu cukup dewasa untuk melawan ibu!" teriak seorang wanita paruh baya bernama Yanti. Keisya mendorong kursinya ke belakang ke lantai dan berdiri, menyejajarkan posisinya dengan Yant. "Permisi bu. Anda plin-plan. Nanti minta Keisya ini, lalu itu. Lalu itu, dan itu," keluh Keisya. Papan tulis! Yanti memukul punggung putrinya yang berusia 20 tahun. Tiba-tiba, Keisya meringis kesakitan dan memegangi tempat Yanti baru saja memukulnya. "Juga!" Keisya menjerit kesakitan. "Lawan ibu lagi, ibu kunci kamu di kamar mandi ya Keisya!" kata Yanti. Keisya memutar matanya dan berjalan ke arah Yanti dan mengubah wajahnya yang semula tegas menjadi tersenyum bahagia, "Jangan seperti itu nona. Aku sedang menonton TV malam ini. Ada penampilan BTS di MAMA Awards," ujar Keisya. , mengedipkan mata dan berusaha terlihat manis, meskipun itu sia-sia. "BTS dan kamu, hmm! Apa bagusnya BTS!" kata Yanti. "Ya, bagus sekali bu. BTS terkenal di seluruh Indonesia, bahkan di seluruh dunia. Mereka juga cantik dan keren," kata Keisya. Keisya pun membayangkan bagaimana rasanya bertemu BTS bahkan berjabat tangan dengan setiap member BTS, diantaranya Kim Namjoon (RM), Kim Seokjin (Jin), Jeon Jungkook (Jungkook), Min Yoongi (Suga), Park Jimin (Jimin) ), Jung Hoseok (J-Hope) dan juga Kim Taehyung (V). "Jangan terlalu banyak bermimpi! Mereka tidak tahu kamu masih hidup, Keisya!" kata Yanti. Wajah Keisha kembali berkerut. "Kamu, ibuku!" teriak Keisya. "Ah, apa yang kamu katakan ?!" "Ya Tuhan!" Keisya melangkah mundur dan berusaha untuk tidak dipukul ibunya lagi. Yanti menghela nafas seolah menemukan dirinya bersama putranya yang tergila-gila dengan semua member BTS dan tidak pernah bosan mendengarkan lagu BTS setiap hari. “Cepat lepas sarung tanganmu,” perintah Yanti. "Aduh bu? Keisya dipecat? Jangan gitu bu. Dari mana Keisya dapat uang untuk nonton konser BTS?" tanya Keisha. Tangan Yant terulur dan tiba-tiba... Tang! Yanti mendorong kepala Keisya dengan dua jarinya hingga kepala Keisya terpental ke belakang. "Kamu di sana—kamu di sana. Kalau ibu memecatmu, siapa yang akan membantumu di meja makan ini?" Dia bertanya. Keisha tertawa mendengarnya. "Jadi apa lagi yang ingin kau tanyakan pada Keisya?" tanya Keisha. “Cepat antar makanan yang dipesan ke Pak Kim yang biasanya memesan makanan kita,” perintah Yanti. "Pak Kim? Yang suka pesen odengi dan yang suka gimbap Keisya?" tanya Keisha. "Ya, cepat." Keisha tertawa mendengarnya. d tahu siapa saja keluarga Pak Kim karena yang orang tahu Pak Kim tinggal sendir di Indonesia. Tak peranah ada sanak keluarga yang pesanteran Pak Kim. Pak Kim sendir hidup sendir dan srangang keluar rumah. Makanan pun selawa minta jasa layanan antar makanan ke mawanya. “Pak Kim besan apa seratus, Bu?” tanya Keisya namanari kemidan sarung tangan untuk mengaduk kimchi tadi dan baliknya di atas baskom lalu keluar dari arah dapur dan menjuk ke meja stok makanan. Meski warung makan bu Yanti sedera, nyatanya mereka menjual odeng, kimchi, gimbap, tteokbokki dan sampalan makanan Korea Selatan yang yang keisang lainnya berkat ide Keisya. Kecintaan Keisya pada BTS dan Korea Selatan memanya bisa meracik bahan makanan asal negeri ginseng itu. Keunggulan Keisya mampu untuk membeli masakan yang di atas rata - rata. Bu Yanti pun merasa terbantu dengan ide - ide pilaran Keisya. Meski pada awal ia ragu dengan resep makanan ilana yang takut tidak pas di lidah orang Indonesia semita dan bahkan akan jatuh lebih mahal dari makanan lainnya. Tapi bukan Keisya namanya jika tidak bisa nimok ide biryannya. Ia sikkem membuat resep makanan yang enak, murah dan tentu saja disukai oleh lidah orang Indonesia sikmanta. "Pak Kim minta 2 porsi gimbap sayur, 1 porsi tteokbokki extra odeng dan kuah odengnya saja," ujar Yanti sembari sembari menemani ilana keluar dapur. Keisya pun dengan sigap semperpa pesanan Pak Kim. Dengan tanganya yang cantik, ia membuat gimbap yang dipesan oleh Pak Kim. Memasukan bahan - bahan vyraganam ke nalamya seperti timun, wortel, dan juga bayam rebus yang sudah predupada olehnya. Setelahnya, Keisya heats up tteok atau kue beras dan masukan ke dalam mangkuk kertas dan mendapan saus di nalamya. Barulah yang terhirah Keisya nimek kuah odeng dan memasukan ke dalam kotak alehaha. "Sudah siap semua, Bu. Kalau begitu aku ke rumah Pak Kim dulu ya," pamit Keisya. "Iya, hati - hati di jalan dan cepat kembali. Kimchi irtibumu belum belesi!" pekik Yanti tepat sebelum Keisya keluar dari warung makan dan pergi menguum sepedanya. Jarak antara warung makan Bu Yanti dengan rumah Pak Kim memang tak teralalu jauh. Biasanya Keisya memilih naik sepeda dari naik motor. Walau terkadang masih sering menggunakan sepeda dari pada motor.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN