2

1106 Kata
"Buka matamu sayang!" perintah Alvin dengan senyuman lembut di bibirnya. Angela kembali lagi ke dunia nyata setelah mendengar suara Alvin yang memanggilnya dengan lembut. "Aku malu Paman, kau menatapnya terlalu lama," jawab Angela cepat dengan pipi yang merona malu. "Saat melepasnya tadi kenapa kau tak malu!" Alvin tersenyum kecil saat ia berhasil melihat bagaimana bentuk sempurna dari keindahan surga dunia itu. Hal itu sukses membuat Angela bergerak dengan tak nyaman dan gelisah. Satu tangannya mencengkram sprei tempat tidur dan satu lagi memegang rambut Alvin yang sedang asik sendiri. "Paman .... rasanya kenapa begitu aneh?" tanya Angela perlahan dengan iringan melodi lembut yang begitu indah memasuki gendang telinga. Alvin menegakkan tubuhnya agar bisa kembali bisa melihat wajah cantik Angela yang memerah. Alvin menatap Angela yang sedang balik menatapnya dengan mata berair yang penuh harap dan gelisah. "Kau sayang pada Pamankan? Kau tidak ingin Paman menikah dengan orang lain maka kebutuhan Paman ini harus menjadi tanggung jawabmu," Alvin tersenyum devil memandang gadis muda 21 tahun di depannya. "Tapi paman harus janji tidak akan meninggalkan aku sama seperti papa dan mamaku," ujar Angela pasrah, wajahnya kembali sedih dan terluka. "Hmmm, jika Paman senang dengan pelayananmu, maka Paman tidak akan mencari orang lain." Alvin menatap Angela sembari mengusap dengan lembut pipi putih merona Angela. "Ish," ringgisan Angela terdengar saat merasakan perih dan sakit yang menyerang bagian tersembunyi miliknya. Melihat raut kesakitan di wajah Angela, Alvin berhenti mendorong lebih dalam. Dengan cepat ia melancarkan ciuman dan membelai titik-titik sensitif yang bisa membuat Angela terbuai. Melihat Angela telah mulai menikmati kegiatan yang mereka lakukan dengan cepat Alvin menghentak lebih dalam. Angela memekik perlahan bahkan matanya berlinang menahan perih dengan cepat Alvin menciumi seluruh wajah Angela berharap ia untuk tenang dan rileks. "Masih sakit?" tanyanya lagi berusaha mencairkan suasana. Angela menganggukkan kepalanya dengan cepat, rasa perih makin menjadi tak kala Alvin bergerak meski pelan. Alvin menghentikan gerakannya, dia menciumi Angela berharap bisa menghilangkan rasa sakit yang dirasakan oleh Angela. Lama kelamaan rasa sakit yang awalnya serasa membelah tubuhnya berganti dengan rasa nikmat yang membuai. Angela akhirnya menikmati belaian dan hentakan yang disuguhkan oleh Alvin padanya. Alvin tersenyum ketika melihat kenikmatan yang dirasakan oleh Angela. Dia menghentak dan menghujani Angela secepat mungkin. Suara rintihan kesakitan yang tadi dirasakan oleh Angela berganti dengan rintihan kesenangan, pekikan dan teriakan kesenangan sahut menyahut di dalam kamar itu. Angela meremas sprei dengan kuat menahan rangsangan demi rangsangan yang diberikan oleh Alvin. Lama mereka terbuai dalam pekatnya malam yang tak berujung hingga akhirnya milik Angela mulai memberi tanda dengan bahwa ia akan mencapai puncaknya dan mengeluarkan lahar panas yang membakar apa saja yang dilaluinya. Merasakan kedutan pada milik Angela yang semakin meremas miliknya membuat Alvin semakin mempercepat gerakannya. Suara lenguhan panjang terdengar keras, Alvin mendongak sembari menikmati ledakan keras dalam pencapaian dirinya menikmati kesenangan. Ia nampak begitu menikmati dan juga nampak begitu puas akhirnya setelah lama membujuk dan menggoda Angela akhirnya sekarang ia bisa mendapatkan apa yang diinginkannya. Sedari dulu ia selalu menemani Angela yang selalu takut dan berteriak histeris jika malam telah datang, apalagi ketika petir dan kilat sambar menyambar menjadi satu. Angela kecil yang mengalami trauma dan ketakutan akibat kecelakaan yang dialaminya sering memilih tidur bersama Alvin pada akhirnya, semua disebabkan oleh Alvin satu-satunya orang terdekat yang ia miliki. Itulah sebabnya bagi Angela sudah biasa jika Alvin melihat dan memandikannya. Bahkan hal biasa baginya jika Alvin melihatnya berganti pakaian. Seiring waktu sudah biasa bagi Angela jika Alvin membelai dan meraba sekujur tubuhnya. Bahkan terkadang mereka akan tidur tanpa pakaian. Menurut Alvin apa yang mereka lakukan adalah hal biasa yang dilakukan oleh paman dan keponakannya. Itulah yang menyebabkan Alvin leluasa menyentuh dan mempermainkan Angela. Angela yang tidak memiliki orang lain sebagai tempat bergantung menjadi terlalu bersandar pada Alvin hingga hal itu dimanfaatkan Alvin sebaik mungkin. Alvin merecoki Angela dengan segala macam kemewahan dan barang-barang bermerek. Tujuannya tidak lain dan tidak bukan hanya untuk membuat Angela bergantung dan berpegang teguh pada dirinya. Flashback On Angela yang masih duduk di bangku SMP pulang ke rumah dengan wajah yang cemberut. Di sekolah tadi dia dimaki dan dihina oleh teman-teman sekelasnya karena terlalu manja. "Wajah Nona kenapa?" tanya seorang pelayan wanita saat melihat wajah murung Angela yang melangkah masuk ke dalam rumah. "Mbak Ratna! Apakah aku terlalu manja?" tanya Angela langsung saat melihat pelayan wanita itu sudah berada didekatnya. Angela memperbaiki posisi duduknya dan menghadap langsung ke arah Mbak Ratna yang masih terlihat muda tersebut. "Siapa yang mengatakan Anda terlalu manja? Anda bisa mengatakan itu pada Tuan Alvin begitu Tuan mendengar itu dia pasti akan menyelesaikan masalah, Nona!" Mbak Ratna tersenyum sembari menatap wajah cantik Angela. "Teman sekelasku, dia anak paling kaya di sekolah katanya." Angela berbicara dengan mimik wajah menyedihkan. "Memangnya apa saja yang dia lakukan pada, Nona?" tanya Mbak Ratna penasaran. Pasalnya jika sudah keterlaluan dia akan langsung mengatakan itu semua pada kepala pelayan. "Dia mengurungku di toilet, dia bahkan melempar diriku dengan bola basket. Tadi dia membuang makan siangku di kantin. Dia mengatakan aku terlalu manja, ini dan itu selalu ditolong orang lain." Angela mengadu dengan suara menyedihkan. "Siapa nama teman sekelas nona itu?" tanya Mbak Ratna terlihat gemas dan juga gatal ingin memukuli orang itu. Maklum saja Mbak Ratna sudah merawat Angela sedari Angela masih kecil. "Angel Pieters, dia hampir memiliki nama yang sama denganku. Kelihatannya dia tidak suka aku memakai nama yang sama dengannya itu sebabnya, dia menyuruh teman-temannya untuk ikut menyakiti diriku." Angela mengeluh lagi sembari menyembunyikan wajahnya dibalik bantal sofa. "Nona tunggu saja sebentar, besok saat Nona ke sekolah dia tidak akan mengganggu Nona lagi." Pelayan itu pergi setelah mengatakan semua itu. Angela yang mendengar itu merasa tenang dan damai, dia sudah lelah untuk bertengkar dan diganggu setiap harinya. "Kepala pelayan! Kepala pelayan!" teriak Ratna sembari berlari ke bagian belakang rumah. "Ada apa Ratna?" "Nona Angela dilecehkan oleh salah satu anak perempuan lain di sekolah." Ratna mengadu pada kepala pelayan dengan wajah menyedihkan. "Siapa nama orangnya?" tanya kepala pelayan dengan wajah datar. "Angel Pieters kepala pelayan." Ratna menjawab dengan cepat. "Aku akan mengatakan pada Tuan Alvin nanti, kau kerjakan saja pekerjaanmu yang lain!" perintah kepala pelayan dengan lambaian tangan. Seperti yang dikatakan esoknya Angel dan dua temannya tidak terlihat di sekolah. "Apa kau tahu? Semalam ada berita yang mengejutkan yang aku dengar dari mulut orangtuaku." Seorang siswa berbisik pada siswi lain di kantin sekolah saat Angela berbelanja. "Berita apa?" tanya yang lain penasaran. "Orangtua Angel Pieters mengalami musibah, seluruh perusahaan mereka diserang dan akhirnya jatuh miskin begitu pula dengan kedua temannya." "Apa yang terjadi?" tanya yang lain heran. "Entahlah, mereka menghilang dalam semalam dan tidak ada yang mengetahui keberadaan mereka saat ini." Begitulah cara Alvin menyelesaikan masalah untuk Angela. Flashback off
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN