3

1025 Kata
Hanya beristirahat sebentar Alvin yang masih belum benar-benar mendapatkan kepuasan kembali melanjutkan aksinya dengan cepat, ia membalik Angela dan kembali memasuki diri Angela. Ia kembali membungkuk dan menikmati puncak kembar Angela yang kenyal dan lezat. "Paman pelan sedikit," desah Angela saat merasakan perasaan berbeda dari perlakuan Alvin kali ini. Melihat Angela kembali menikmati kegiatan mereka Alvin kembali bermain dan menghentak lebih dalam dan yang telah terbenam seluruhnya di tubuh Angela. Segera ruangan yang awalnya tadi mulai sepi kembali berganti penuh irama dan melodi musik kesenangan. Alvin bergerak maju mundur dengan ritme cepat, ia bahkan mendesah nikmat saat miliknya menyentuh dinding paling akhir Angela. "Kau cantik Angela, tidak sia-sia aku merawatmu selama ini. Akhirnya kau bisa membalas budi pada Pamanmu ini," ujar Alvin mendongak nikmat. "Hmm ... Paman! Aku rasa aku ingin pipis lagi," ujar Angela sembari meremas sprei dengan kuat. Alvin melihat wajah Angela, dia tersenyum kemudian mencium bibir Angela kembali. Wajar saja Angela tidak bisa menahannya Alvin terlalu buas dan tak mengenal lelah. "Tahan sebentar sayang! Paman juga ingin keluar," bisiknya pelan di telinga Angela. Alvin terus memacu dan bergerak cepat, dia bahkan mendongak menikmati hentakan demi hentakan dari gerakan yang dilakukannya saat ini. Tubuh Angela bahkan terdorong ke depan dengan kuat. Beruntung, Alvin menahannya dengan kuat. Alvin meninggalkan jejak cintanya di tubuh Angela satu-persatu. Tubuh cantik Angela dipenuhi jejak ungu dan merah akibat ulah buas Alvin yang seperti tak pernah puas Alvin kembali bergerak cepat saat miliknya kembali berkedut dan membesar. Ritme gerakannya semakin menjadi-jadi seolah ingin menyatu dengan tubuh kecil Angela. "Nampaknya paman akan keluar kembali sayang," bisiknya perlahan sembari meremas buah d**a Angela, nafasnya semakin bertambah berat tak beraturan. "Sayang!" teriak alvin keras saat ia mencapai puncaknya. Cairan putih milik Alvin menerobos keluar dan melewati pahanya setelah mengisi Angela dengan penuh tanpa meninggalkan ruang yang tersisa. Angela berusaha mengatur nafasnya yang cepat dan tak beraturan, ia melirik pada Alvin yang berbaring di sebelahnya. "Aku sudah memberikannya pada Paman maka Paman harus menepati janji. Paman tidak akan meninggalkan aku bahkan jika wanita itu datang sekalipun?" tanya Angela memicing. "Paman janji tidak akan meninggalkan dirimu. Bukankah selama ini paman yang menjaga dan melindungi kamu semenjak orangtua kamu meninggalkan kita!" ujarnya perlahan , ia mencium kening Angela dengan sayang. "Aku takut sendirian Paman! Aku takut tidak ada yang akan menginginkan aku lagi. Aku takut jika Paman mengusir diriku dari sini." Suara Angela makin mengecil, jujur dia takut kehilangan orang yang disayanginya lagi. Alvin hanya tersenyum sembari membelai rambut Angela, Angela yang kelelahan pun akhirnya tertidur di dalam pelukkan Alvin. Alvin menatap wajah lelah Angela, wajah yang dulu kecil dan bisa diaturnya sesuka hati. Yang akan mengikuti apa saja yang ia perintahkan. Wajah yang dulu selalu diperintahnya sesuka hati, wajah kecil yang dulu akan menuruti semua yang diinginkannya. Wajah ini wajah yang selalu membuatnya merasakan sesuatu. Alvin kembali mengingat kejadian waktu itu, kejadian ketika dia datang melihat lokasi tempat kakaknya dan sang istri kecelakaan. Angela kecil berdiri di tepi jalan dengan tangisan tanpa henti, sedangkan mobil yang ditumpangi kakak dan kakak iparnya sudah tak bisa dikenali lagi akibat ditabrak oleh kereta api. Di sana ada truk yang menabrak mobil kakaknya hingga tersangkut di rel kereta api dan yang mengakibatkan mobil kakaknya tidak bisa dihidupkan lagi karena mengalami kematian mesin. Angela kecil mengalami luka di bagian kening, tangan dan kakinya mungkin dikarenakan goresan kaca yang pecah akibat tabrakan truk. Angela memeluk sebuah boneka dengan erat sembari melihat kiri dan kanan memanggil papa dan mamanya dengan suara keras yang tidak terkendali. "Papa hiks hiks Mama," teriak Angela kecil, saat melihat papanya yang terluka parah dan mamanya yang sudah tak bisa dikenali lagi. Angela ingin mendekat namun dia takut saat melihat kedua orangtuanya yang berdarah banyak sekali. "Sebenarnya yang laki-laki sudah terlempar keluar tadi Tuan tapi karena istri dan anaknya masih berada di dalam mobil dia kembali lagi untuk mencoba mengeluarkan istrinya dan anaknya." Salah satu warga yang melihat kejadian mencoba memberi tahu. "Iya Tuan, istrinya menyerahkan anak kecil itu ke tangan suaminya. Dia membawa anak itu ke sana dan menyuruhnya menunggu. Tapi saat ia hendak menyelamatkan istrinya kereta api datang ia terhempas lagi terkena mobil yang terseret oleh kereta api itu Tuan," jelas seorang warga lagi yang juga mencoba ikut membantu papa Angela. Alvin hanya diam tak bicara, matanya memerah sembari menatap Angela yang masih berdiri di samping mayat mamanya yang sudah ditutupi kain putih. Angela kecil menangis terisak keras sembari memeluk boneka kesayangannya yang tadi juga ikut diselamatkan oleh papanya. "Angela takut sayang?" tanya Alvin berusaha menahan kemarahan yang terasa menggebu-gebu di hatinya. Angela kecil mengangguk, ia tak merasa curiga sedikitpun pada Alvin. Alvin menyerahkan Angela pada pengasuh Angela, mereka pergi menyusul kakaknya yang telah dibawa pergi oleh ambulance. Sesampai di rumah sakit Alvin bertanya pada bagian administrasi dimana kakaknya dirawat. "Vin kakak ti-ti-t-tip-kan Angela pa-da-a-a-mu. Ja-j-ja-ga Angela d-d-de-ngan baik." Kakak Alvin berbicara terputus-putus. Nafasnya terdengar hilang timbul dengan sesak yang jelas. "A-a-a-pa-pun ya-ng ter-ja-ja-di ja-ja-jan-gan bi-bi-biar-kan o-o-ora-ng la-la-lain me-re-re-butnya da-da-da-ri-mu. Ja-j-ga da-dan li-li-lin-du-du-ngi di-dia." Pesannya sebelum menghembuskan nafas dan memejamkan mata untuk selamanya. Dia menggenggam tangan Alvin erat sembari mencoba melihat ke belakang berharap bisa bertemu dengan Angela. Sayang Angela kecil dibawa keruangan lain untuk diobati dan mendapat perawatan. Meski luka yang dialami Angela tidak besar namun darah masih ke luar dari tubuh kecilnya yang tidak bertenaga. Di ruang itu Angela masih terus menangis sembari berusaha mencari papa dan mamanya. Angela menangis terisak sembari menolak lukanya diobati. "Angela mau Papa dan Mama, Angela enggak mau yang lain!" Angela kecil terus berteriak keras tidak mau menerima apa saja yang dilakukan perawat padanya. "Iya, nanti kita ke tempat Papa dan Mama Angela ya, sekarang obati dulu luka Angela ya Sayang!" Pengasuh Angela berusaha membujuk Angela yang terus menangis dan meronta. Angela mencoba melihat wajah pengasuh dan perawat yang ada di ruang itu dengan seksama. Angela kecil nampak ragu apakah itu benar atau tidak.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN