Part 2

1663 Kata
AKU DIJUAL KAKAK KU AUTHOR _______ "Perkenalkan nama ku Raina Annisah kalian bisa memanggil ku Raina,Ana atau Nisah. Usia ku baru saja 19 tahun, aku tinggal di Jln. kenanga dekat pom bensin belok kiri. Aku lulusan dari SMA MANDIRI dan untuk jurusan sekarang saya dari fakultas ekonomi terimakasih." Jelas Raina memperkenalkan diri di hadapan semua anggota Ospek. Prok prok prok "Ok Rina cukup perkenalannya silahkan kembali ke barisan." perintah salah satu senior OSPEK. Raina kembali duduk menyesuaikan diri dengan barisan dan kelompok nya, Senyum nya terus saja mengembang membayangkan hidup baru akan segera di mulai, Rina sama sekali tidak pernah membayangkan dirinya bisa melanjutkan Sekolah, di tengah penolakan Dinda Kakak nya. "Raina." Panggil Ayu sahabat Raina yang baru saja berkenalan ketika ospek berlangsung, Raina dan Ayu berbeda kelompok meski begitu Raina dan Ayu masih tetap bisa bersama. "Oh yah hari ini kan ospek terakhir gimana kalau kita cari kedai es krim?" Ajak Ayu seraya tersenyum manis kepada Raina. Raina nampak berfikir sejenak, sejujurnya Raina mau menerima ajakan Ayu, tapi Raina takut kakak nya Dinda akan marah kalau tahu adik nya pulang telat. Dinda tidak suka bila Raina lebih sibuk keluyuran di luar sementara Dinda kerja. "Maaf Ay tapi aku ngga bisa, aku harus pulang." Tolak Raina halus. Ayu mengulum senyuman tulus "Iya sudah tidak apa-apa lain kali saja" ujarnya tak kalah lembut dari Raina. Ayu gadis yang baik, berkepribadian lembut cenderung ramah dan sopan. Wajah nya cantik sesuai dengan namanya, kulitnya putih mulus dan juga dia dari keluarga yang berkecukupan. Raina tersenyum lega melihat Ayu sahabatnya tidak menunjukkan reaksi marah atau kecewa dia bahkan tersenyum. "Ok semuanya terimakasih kalian sudah setia mengikuti ospek hari ini. Dengan ini saya selaku ketua panitia menyatakan ospek selesai." Ucap ketua panitia. Raina pulang dengan membawa kantung plastik berisi makanan setelah sebelum nya Raina berpamitan terlebih dahulu pada Ayu. Raina menyempatkan diri untuk mampir kesalah satu rumah makan, membeli makanan untuk nya dan Dinda. "Kak Dinda pasti suka. Aku sengaja membelikan makanan untuk nya." Gumam Raina sumringah. Raina sedikit bersenandung kecil menyanyikan lagu kesukaan nya dengan Dinda, meski hubungan Raina dan Dinda tidak terlalu baik tapi sesekali mereka senang bernyanyi bersama. Semenjak kepergian orang tua, Dinda dan Raina jarang bersama dan mengobrol seperti dulu. Dinda yang memilih untuk menghindari Raina karena Dinda sibuk mengurus pekerjaan dan Raina yang memang lebih banyak menghabiskan waktu di rumah sehingga jarang bisa berbicara dengan Dinda. Tubuh Raina mematung di pinggir jalan lagu yang semula dinyanyikan nya mulai berhenti, tertelan kembali ketika ada tangan kekar yang berhasil membungkam mulut nya. matanya perlahan menutup ketika aroma kuat yang berhasil membuat seluruh urat syaraf nya melemas dan semuanya gelap. Raina tidak tau ada apa dengan tubuh nya yang mendadak melemas, tubuh nya terasa kosong dan melayang. Joe tersenyum penuh kemenangan melihat tubuh Raina jatuh di pelukan nya. Joe membawa tubuh Raina yang sudah pingsan menuju wisma milik Dinda dan rencananya disana lah Dinda akan menjual Raina. Joe merasa puas dengan hasil kerja nya kali ini, membuat gadis polos seperti Raina jatuh pingsan sangat lah mudah tidak sesulit yang ia bayangkan. Joe memandang wajah Raina lekat-lekat, wajah cantik tanpa Make up dan tanpa pewarna bibir membuat Raina sangat lah cantik alami bila di pandang. Raina dan Dinda memang saudara yang benar-benar cantik, Raina cantik natural dan Dinda benar-benar cantik dengan Make up tebal nya. Sesampainya di wisma Joe membawa tubuh Raina masuk kedalam wisma yang sudah di tunggu Dinda di dalam. "Bagus Joe. Kerjaan lo sungguh bagus." Puji Dinda pada Joe rekan kerjanya yang sudah lama bekerja pada Dinda. Joe meletakan tubuh Raina di atas sofa merah yang ada di ruang kerja Dinda. "Sip Din. Nih ade lo udah lemes ternyata ade lo cantik juga Din hanya saja dia sedikit pendek dan wajahnya pucat tanpa make up." Ucap Joe sambil duduk di sofa tempat Raina di rebahkan. Tangan jahil Joe meraba wajah Raina membuat Dinda harus berulang kali membentak Joe agar tidak menyentuh adik nya. "Joe singkirin tangan lo!" bentak Dinda. Kedua tangan Dinda saling bersidekap "Dia memang cantik tapi sayang tidak berguna, lo tau Joe berapa lembar rupiah yang udah gue keluarin untuk nih anak. Tapi nih anak cuma bisa sekolah sekolah dan sekolah nggak ada guna nya. sekali berguna mesti gue paksa" jelas Dinda. Entah mengapa tidak ada raut wajah sedih di mata Dinda, justru ia terlihat kejam dan biasa saja. Dinda tidak merasa berat menjual Raina karena bagaimana pun wisma ini jauh lebih penting dari pada adik nya Raina. Dinda rela menjual Raina asal wisma ini selamat, karena bagaimana pun wisma ini tempat usaha Dinda satu-satu nya dan sangat jauh lebih penting dari apa pun. "Nenek lampir kapan akan datang?" tanya Dinda pada Joe. "Malam ini. Oh yah Din lo ngga kasihan dia ade lo Din?" tanya Joe memastikan keseriusan bos nya. "Ngga!.Buat apa gue hidup sama nih anak kalau cuma ngabisin duit gue doang lebih baik gue jual lumayan duitnya" jawab Dinda yakin tanpa memperdulikan nasib adik kandung nya. "Serah lo aja deh Din. yang jelas gue udah kasih kesempatan buat lo mundur." Tegas Joe yang merasa Dinda benar-benar sudah yakin, Joe tidak tau sebenarnya apa yang ada di pikiran Dinda namun keputusan Dinda kali ini memang benar-benar sudah yakin dan tidak bisa di rubah lagi. "Dia cuma nyusahin Joe. Jadi buat apa gue ngasuh dia kalau nggak ada gunanya." Ujar Dinda semakin yakin. Entah setan apa yang membuat Dinda seperti iblis raja tega yang tanpa rasa belas kasih menjual adik kandung nya. "Aaw...Akkh sakit." Jerit Raina tangan nya mencengkram kuat kepalnya seakan menahan rasa sakit yang tengah menyerang kepalanya. "Aku dimana?" Tanya nya serak, ia melihat ada Dinda dan Joe yang berdiri tepat di hadapan nya. "Hay manis sudah bagun? Gimana tidurnya nyenyak?" tanya Dinda. Bola matanya menatap adik nya geram, tangan nya terulur mencengkram rahang Raina kuat-kuat "Aw sakit Mba." Rintih Raina, kedua tangan Raina mencengkram sofa yang tengah ia duduki. "Sakit? Oh kasian." ujar Dinda acuh. "Diam. Ingat tutup mulut mu kalau kau tak mau mati!" Ancam Joe. Joe mencengkram lengan Raina kuat membuat nya sama sekali tak bisa bergerak. Raina tidak tau lagi apa yang harus ia lakukan, rahang nya di cengkram Dinda kuat dan lengan nya pun sama di cengkram Joe, membuat Raina benar-benar tidak bisa berbuat apa-apa. Raina berusaha membuka mata lebar-lebar, menatap Dinda dan Joe secara bergantian. Raina tidak tau ada apa dengan Dinda sehingga marah dan mencengkram nya kuat. Dinda tidak pernah sekasar ini pada Raina, namun kali ini tatapan Dina dan tangan Dinda membuat Raina sadar betapa marah nya Dinda saat ini. "Apa maksud Mba? Raina nggak ngerti Mba?" Raina heran apa maksud perkataan kakak nya. Ia berusaha meronta dari cengkeraman Joe namun nihil cengkraman Joe sangat kuat membuat Raina seakan terkurung. "Diam!" bentak Dinda tajam. "Adik ku yang malang kakak akan menjual mu sabar lah sebentar, tunggu pembeli mu sebentar lagi datang!" Raina menatap heran sekaligus tidak percaya dengan apa yang baru saja Ia dengar. Raina yakin Dinda hanya bercanda karena bagaimana pun kondisi nya Dinda dan Raina saudara satu-satu nya. Dinda tidak mungkin menjual Raina karena Raina adik satu-satu nya Dinda, dan Raina pun sangat yakin kalau ini hanya lelucon semata. "Mba bercanda kan?. Katakan Mba, kalau Mba Dinda hanya bercanda!" Lirih Raina dengan suara hampir habis. "Sayang nya itu kenyataan Nona Raina!" Sahut Joe membuat Raina memejamkan kedua mata nya merasakan rasa sakit yang menghantam hulu hati nya. Raina menggeleng masih tidak percaya, meski di dalam hati nya ia merasa sakit karena jawaban dari Joe, namun Raina tidak percaya sebelum Dinda sendiri yang mengatakan nya. "Mba." "Iya. Hapus air mata mu Raina. Jangan membuat pembeli kecewa!" Ucap Dinda yakin. Raina hanya mempu menitihkan air mata ketika jawaban Iya itu Raina dapat langsung dari Dinda kakak kandung nya. Raina tidak tau apa salah nya sehingga Dinda kakak yang paling Ia sayangi rela menjual Adik satu-satu nya. "Raina nggak mau!" Tolak ku yakin. "Sial!. Pokok nya mau tidak mau kamu harus mau Dek ingat ini demi 500 juta Mba tidak mau uang sebanyak itu lenyap hanya kerena penolakan mu!" Sengit Dinda dengan suara keras. Dinda tidak mau di tolak dan Dinda tidak menerima penolakan. Tangis Raina semakin pecah mendengar dirinya di jual hanya karena uang. Uang yang bahkan tidak ada artinya dari pada ikatan tali persaudaraan. "Tapi Mba aku tidak mau!. Aku tidak mau di jual hanya karena uang!" Tegas Raina "Cuma Mba yang Raina miliki, Ayah Ibu sudah pergi Raina mohon Mba jagan jual Raina!" Bujuknya sambil menunduk di hadapan Dinda. "Sampai kamu nangis darah pun Mba tidak akan sudi membatalkan rencana ini. Heh ingat Raina sudah berapa rupiah Mba keluarkan buat kamu ini sudah saatnya kamu membayar semua itu dengan cara kamu menurut dengan Mba." Tegas Dinda mantap, tidak ada lagi raut keraguan yang ada hanya rasa yakin yang sudah membuatnya bersikap tega dan keji. "Mba Raina mohon.Raina mohon Mba jagan jual Raina." Raina terus menangis histeris namun nihil air matanya tak akan bisa menggoyahkan niat keji Dinda kakak kandung nya sendiri. "Mana gadis itu?" tanya perempuan paruh baya yang berada di ambang pintu. Wanita paruh baya ini menatap tajam kearah Dinda dan Joe. Raina ikut menoleh ke arah wanita paruh baya yang berdiri di pintu ruangan Dinda yang sudah terbuka. Wanita paruh baya ini masuk dengan anggun dan diiringi beberapa pria berpakaian hitam-hitam. "Ini .... nama nya Raina Annisah. Oh yah Tente saya minta uang nya sekarang." Ujar Dinda sambil mendorong tubuh Raina ke arah pengawal wanita itu. Raina jatuh di hadapan kaki wanita paruh baya itu. Wajah Raina masih menunduk rasa takut kian menjalari perasaan nya. Raina tidak tau maksud semua ini apa, yang Raina paham hanya satu Dinda menjualnya dengan harga yang cukup besar. "Mba tolong mba Dinda aku ini adik Mba kenapa Mba tega menjual ku Mba." Raina masih duduk bersimpuh di hadapan wanita paruh baya ini. Wajah Raina mendongak menatap Dinda berharap ada satu keajaiban saja yang mempu menolong nya. "Bawa dia ke dalam mobil!" perintah wanita paruh baya itu pada pengawalnya untuk segera membawa Raina masuk kedalam mobil. "Mba .... Mba .... Mba." ******
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN