bc

A REDEMPTION

book_age18+
3
IKUTI
1K
BACA
HE
dominant
tragedy
lighthearted
mystery
twink
gorgeous
like
intro-logo
Uraian

Aku Lee Bexter, perjaka, tiga puluh tahun, tampan, dan sukses. Kira-kira itu yang sesuai untukku, walaupun banyak orang yang sepakat kalau tampan saja tidak cukup untuk menggambarkanku. Kata tampan masih terlalu rendah untukku. Ah, sudahlah. Liurmu bisa menetes kalau terus mendeskripsikan diriku. Namaku bisa membuat perempuan manapun menahan napas. Ya, aku memang sefenomenal itu.

Hidupku mudah. Tidak memiliki banyak tantangan, tanpa drama dan sangat menyenangkan. Cinta bukan urusanku. Lee Bexter tidak jatuh cinta. Perempuan yang melakukannya untukku. Lalu, takdir mengerikan menghampiriku. Pertemuan dengan seorang dewi yang membawa malapetaka. Iris, membawa hidupku pada level yang sangat rendah. Saat segalanya sudah sangat terlambat, aku menyadari kalau aku begitu mencintainya.

chap-preview
Pratinjau gratis
1
"Manusia b***t!" Jerit umpatan perempuan di belakangku membuatku harus berhenti melakukan gerakan crunch untuk berpaling padanya. Asal tahu saja, umpatan itu bukan untukku. Aku memang agak berengsek, tapi belum ada perempuan yang mengumpatku dengan keras di tempat umum seperti ini. Yah, itu bukan berarti tidak pernah ada perempuan yang mengumpatku sama sekali. Rea, Istri Aston berjalan marah ke luar gym, sedang Aston sendiri gemetar menahan marah dan malu sambil memegangi pipi yang merah. Aku yakin pada keampuhan pukulan Rea. Perempuan itu memilih trainer tinju terbaik. Bisa kupastikan tamparan Rea membuat kepala Aston berdenyut nyeri sekarang. Aku berusaha mengendalikan diri agar terlihat bersimpati. Walau sebenarnya, aku ingin sekali tersenyum atau menertawakannya. Yah, perempuan tidak akan menghajar suaminya di depan umum jika tidak benar-benar terpaksa. Dalam hal ini, aku tahu apa yang mungkin terjadi. Aku berdiri mengamati Aston yang masih mematung. Tangannya terkepal di samping tubuhnya. Bibirnya mengkerut, membuatku yakin kalau dia sedang mengeratkan geliginya, menahan emosi. Aston berpaling padaku dan terlihat lebih marah dari sebelumnya. Dia sedang menutupi rasa malu. "SIAL!" Aston menendang sebuah barbel ringan yang langsung menggelinding. Aku menangkap barbel malang itu dengan cekatan. "What's up, Man?" "Yeah, kau tahulah. Rea …." Aston lebih terlihat merendahkan nama istrinya daripada mengeluh. Dia membanting pintu kulkas dan mengompres pipi dengan botol minuman dingin. Aku berusaha untuk menahan senyum. Kuberi tahu, yah, kalau memang berniat untuk menyakiti hati istrimu, pastikan dia tidak pernah belajar bela diri sama sekali. Kau harus yakin istrimu tidak punya otot yang cukup besar untuk menamparmu sekuat tenaga. Paling tidak, kau yang harus menebalkan otot wajah untuk menahan tamparannya. Jangan lakukan kebodohan seperti temanku ini. "Tanpa alasan?” Aku menaikkan alis untuk menunjukkan keraguan dengan jelas. “Ayolah. Aku tahu siapa Rea. Aku mengenalnya, Aston." Aston mengangkat bahu. Rea memang bisa jadi sangat pemaksa dan menyebalkan. Tapi, dalam keadaan biasa, dia adalah teman yang pengertian dan loyal. Rea membantu Aston meraih apa yang diinginkannya. Katakanlah, bisnis yang sukses, mobil mahal dan dandanan high class. Kalau tahu bagaimana Aston dulu, kau mungkin tidak akan berpikir lelaki tiga puluh tujuh tahun ini akan membentuk otot di tempat fitnes. Beberapa bulan lalu, Aston seperti laki-laki menyedihkan dengan perut bulat dan wajah yang jauh dari tampan. Rea yang mengenalkannya dengan olah raga dan memaksanya untuk memperbaiki diri. Rea melakukan banyak terobosan untuk Aston. Perempuan itu menginginkan segala yang terbaik untuk suaminya. “Hanya yang terbaik untuk laki-laki terbaik.” Frasa yang sering kudengar dari Rea. Yah, Aston dan Rea memang seperti Romeo dan Juliet yang sedang kasmaran. Mereka lengket seperti bayi kembar siam. Walau sudah memiliki tiga orang anak, mereka masih berjalan bergandengan tangan, hal yang kupikir hanya ada di film.   Oh, ya, by the way, namaku Lee. Tidak. Aku sama sekali tidak punya darah Cina atau Taiwan atau Korea. Dad penggemar Bruce Lee. Alih-alih memilihkan nama Bruce untuk anak laki-lakinya, Ayah memilih nama Lee untukku. Antimainstream, heh? Perjaka, tiga puluh tahun, tampan dan sukses. Kira-kira itu yang sesuai untukku, walaupun banyak orang yang sepakat kalau tampan saja tidak cukup untuk menggambarkanku. Kata tampan masih terlalu rendah untukku. Ah, sudahlah. Liurmu bisa menetes kalau terus mendeskripsikan diriku. Namaku bisa membuat perempuan manapun menahan napas. Ya, aku memang sefenomenal itu. "Ah, Lee. Kau sempurna." Begitulah cara gadis-gadis mendeskripsikan diriku. Mereka mengucapkannya sambil mengerang puas dan memelukku. Itulah kejujuran yang sebenarnya. Dan, akulah yang memiliki pusat kebugaran ini. Fitness center yang terkenal di penjuru Amerika ini kurintis dari nol besar. Aku tidak mengemis apapun pada Dad. Bisa kau lihat setiap inchi dari tempat ini akan menggaungkan namaku. Setiap detail tempat ini adalah hasil dari ketangguhanku sebagai pebisnis. Tidak ada yang tidak mengenal "The Power", bahkan bagi mereka yang tidak menyukai olahraga. Berada di pusat perbelanjaan nomor satu dengan daftar member yang penuh dengan nama selebriti Hollywood, tempat ini mendulang kesuksesan lebih dari yang kau kira. Kau lihat gadis pirang yang terus-terusan melirik padaku di ujung sana? Kau kenal siapa dia? Ya, dia Jennifer Lawless, aktris yang mendapat Oscar tahun lalu. Dia tergila-gila pada tempat ini. Tidak juga, sih. Dia tergila-gila padaku setelah kencan kilat yang kami lakukan di kamar hotel. Ah, sudahlah! Jangan tanya kenapa aku tidak melanjutkan hubungan dengannya. Aku menyelinap keluar sebelum pagi karena tidak tahan dengan suara dengkurannya. Jangan harap ada kencan kedua! Cukup dulu cerita tentangku. Kita kembali pada laki-laki berpipi memar yang duduk lemas menghadapiku. "Aku akan menceraikan Rea." Sumpah, aku terkejut sampai menahan napas selama beberapa saat. Dulu, kupikir hal ini sama tidak mungkinnya dengan jalan-jalan di Jupiter. Aston menceraikan Rea? Apa yang dipikirkannya? Aston merasakan keterkejutanku. "Man, kalau kau pikir aku sudah tidak mencintainya, kau salah.” Dia menggeleng keras beberapa kali sebelum menarik napas panjang. “Rea sudah banyak berubah sekarang. Dia tidak hangat seperti dulu," ucapnya sambil berkali-kali mengambil napas dalam. Aku sudah siap kalau dia akan menangis. Yeah, memang laki-laki jarang menunjukan sisi femininnya di tempat umum. Tapi, memutuskan berpisah dengan perempuan yang sudah bertahun hidup bersama, jelas merupakan sebuah pengecualian. Tidak masalah kalau dia ingin menangis. Kalian, perempuan, mungkin menganggap urusan berbagi cerita pribadi adalah hal yang biasa. Kalian memang bisa melakukannya berjam-jam. Tapi, untuk laki-laki, hal ini sangatlah menyiksa, seperti melangkahi hormon yang mengalir deras di darah kami. Apalagi jika itu melibatkan pengakuan dosa. Kuhela napas panjang sambil melempar handuk basah ke keranjang dan mengambil handuk baru yang masih digulung rapi. "Perempuan mana? Anna atau Lillia?" tanyaku tajam yang disusul dengan ekspresi terkejut di wajah Aston. Aku laki-laki. Aku tahu pokok permasalahannya jelas bukan pada Rea. Hanya ada satu alasan kenapa laki-laki bisa seketika tidak menyukai istrinya, perempuan lain. Pasti ada perempuan lain yang membuat Rea terasa hambar untuknya. Lebih muda, lebih berstamina dan lebih menggairahkan. Aston tidak menjawab. Dia hanya menatapku dengan mulut terbuka seperti ikan yang melakukan manekin challenge. "Aston?" Lelaki yang kupanggil menggeleng penuh, lalu menunduk. Tangannya meremas rambut dengan jengkel. Sejenak, bibirnya membuka dan menutup dengan bingung, menghela napas panjang, lalu menyebutkan, "Mia." dengan suara lemah dan tidak percaya diri. Aku mengenali nama itu dan makin yakin ketololan apa yang dilakukan sahabatku ini. Mia gadis yang sangat menarik. Usianya baru dua puluh tahun dan tubuhnya bisa membuat laki-laki manapun kehilangan akal sehat. Mia memang bukan gadis yang cerdas seperti Rea. Dia tenang, bodoh dan tidak banyak menuntut. Tipe yang hanya akan menangis jika ditinggalkan kekasih, sangat praktis sebenarnya. Aku yakin, keserakahan yang membuat Aston berniat memilikinya. Kau tahu, anjing selalu mengencingi wilayah kekuasaannya? Begitulah kami, laki-laki. Kami tidak akan membagi milik kami dengan siapapun.   "Aku tidak akan menghakimimu, Aston." Kudengar Aston menghela napas lega. Aku menghela napas panjang. "Mia memang luar biasa. Tapi, menyingkirkan Rea untuk Mia adalah hal paling t***l yang pernah kudengar darimu." "Nah! Baru saja kau bilang tadi tidak akan menghakimi?" Aston berdecak kesal. "Aku cuma bilang kalau kau t***l, Moron.” Aku menghela napas lagi untuk menyingkirkan amarah. “Apa jadinya hidupmu tanpa Rea? Dia yang memilihkan celana dalammu sampai kau bisa memikat gadis-gadis muda." Aku sungguh marah. "Aku merasa hidup saat bersama Mia." "Memangnya selama ini, Rea menjadikanmu zombie?" Aku duduk menghadapinya. Dia harus merasakan intimidasiku. "Rea yang mendampingimu sampai ada di tempat ini, Bro." Kubuat agar suaraku sepelan mungkin. "Apa lagi yang kau cari? Dia mencintaimu lebih dari dirinya sendiri.” Kuperhatikan bagaimana wajah Aston berubah menjadi ragu. “Kupikir kau juga masih mencintainya," tambahku dengan keyakinan penuh. Aston menarik mundur tubuhnya dengan tatapan melecehkan. Dia boleh tersinggung dengan kalimatku. Aku merasa punya kewajiban menyelamatkannya dari ketololan sebelum semua terlambat. Bukankah begitu seharusnya seorang teman? "Tahu apa kau?" Aston mulai menyerangku. "Kau masih ingat dengan Allie?" Wow, Aston memegang senapannya untuk mengancamku. Sayangnya, dia tidak tahu kalau senapan itu kosong. Aston terlalu putus asa lalu menyerangku dengan benda tidak berguna. Kau penasaran siapa Allie? Allie, Allison Bowie, pernah menjadi tunanganku selama dua setengah tahun. Gadis bertampang lugu yang selalu tersenyum kagum setiap aku berbicara. Sekalipun anak seorang jenderal, Allie tidak pernah membantahku. Gadis itu hanya menurut dan membiarkan dirinya takluk padaku. Aku masih ingat betapa melodius suaranya. Dia gadis paling cocok dijadikan seorang istri. Dia akan merajut di rumah, sambil dikelilingi tawa selusin anak sementara suaminya pulang dari kerja, dengan tawa riang melihat semua baik-baik saja, sampai aku menghancurkannya. "Kau sama sekali tidak tahu apa-apa tentangnya." Aku menggeleng prihatin. Aston tidak perlu tahu cerita yang sebenarnya. Kuhela napas panjang sambil mengelap keringat yang masih menetes di leherku. "Percayalah, sobat, kau tidak bisa membuang perempuan begitu saja. Dia yang membesarkanmu. Jangan buat dirimu sendiri merengek pada kakinya suatu hari nanti." Aston melambaikan tangan sebagai tanda tak mau lagi mendengarkanku. Dia pergi tanpa mengucapkan kata apapun lagi. Aku menghela napas panjang dan melihat orang di sekeliling The Power yang sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing. Dari mereka semua yang peduli pada kesehatan dan bentuk tubuh, aku yakin hanya beberapa orang yang peduli pada kesehatan jiwa, bahkan mungkin tidak ada. Kurasa, hanya sedikit dari mereka yang paham tentang rasa sakit yang diakibatkan luka karena cinta. Ah, ya … ya. Kau pasti akan menudingku banci dan cengeng karena menyebut cinta. Yah, paling tidak Aston pasti akan melakukannya. Ini memang terasa picisan dan memuakkan. Aku dulu juga berpikiran seperti itu. Kau tidak akan percaya cinta sampai mengalaminya sendiri, sama seperti Aston. Dia harus dihajar habis-habisan dulu untuk paham bagaimana sakitnya. Luka tamparan di pipi Aston tadi sama sekali tidak ada apa-apanya kalau dibandingkan dengan luka di dalam hatimu. Yakinlah, kau akan memilih dihajar truk tiga kali dalam sehari daripada mengalami penderitaan karena cinta. Aku tidak omong kosong. Aku pernah mengalami bagaimana seorang gadis menjungkirbalikkan duniaku dalam sekejap saja.   Baiklah, aku akan menceritakan ceritaku agar kau percaya. Paling tidak, ada yang bisa memahami bagaimana rasanya disiksa sedemikian rupa oleh makhluk Tuhan bernama perempuan. Kita tinggalkan sebentar Aston yang berusaha melindungi dirinya. Mari kita mundur sekitar empat belas bulan yang lalu, saat aku menghadapi masa-masa paling aneh dalam hidup.

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
188.1K
bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
155.7K
bc

TERNODA

read
198.4K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
233.5K
bc

Hasrat Meresahkan Pria Dewasa

read
29.8K
bc

Setelah 10 Tahun Berpisah

read
42.2K
bc

My Secret Little Wife

read
131.9K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook