PART 6 DIA GAMA

1007 Kata
Malamnya, Grizella berniat untuk pamitan kepada Mala dan Risha, meskipun ia tak tau harus kemana, tapi Grizella tak mau membebani Risha dan juga Mala. Mala yang tengah menonton televisi pun menoleh kearah Grizella. "Kamu butuh sesuatu, Zell?" tanya Mala yang kini mendekatinya. Grizella menggeleng. "Zella mau pamit, Ma." Kening Mala saling bertautan. Lantas wanita paruh baya itu tersenyum manis kearah Grizella. "Kamu mau kemana? Ini udah malem, besok aja, ya?" Grizella mendengus, ia memang bingung harus kemana. Tapi Mala dan Risha tak tau masalah yang saat ini ia hadapi. Ia tak memberi tahunya. "Nanti Bunda nyariin Zella," saat berbicara seperti itu, ada senyuman nanar terbit dibibir nya. Sejak kapan bundanya nyariin? Sepertinya itu tidak mungkin. Mala manggut-manggut tanda mengerti. "Yaudah biar supir yang nganterin kamu, ya?" Sontak Grizella segera menggelengkan kepalanya dan menolak usulan Mala. "Eh, nggak usah Ma. Zella sendiri aja," tolaknya. "Oh iya, tolong bilangin ke Risha ya, Ma. Kalo Zella pulang," lanjutnya. Mala mengerutkan keningnya. Merasa perasaannya tidak enak. "Zella, kamu nginep disini aja." "Nggak, Ma. Zella nggak mau buat Bunda khawatir," jika benar bundanya akan khawatir kepadanya, ia akan amat sangat bahagia. Tapi nyatanya itu hanyalah hayalan Grizella. "Yaudah, kamu hati-hati ya, sayang." Mala memeluk Grizella. Mengelus Surai panjang milik Grizella. Grizella segera melepaskannya, lalu gadis itu beralih untuk mencium tangan wanita yang sudah ia anggap Ibunya itu. "Zella pulang ya, Ma." Ada sedikit rasa tak rela jika Grizella pergi, tapi ia mau bagaimana lagi. Mala mengangguk. Meski saat ini perasaannya tidak karuan, ia segera menepisnya tak mau memikirkan hal-hal aneh. *** Hembusan angin malam menusuk kulit Grizella. Hawa dingin membuat bulu-bulu tangannya meremang. Gadis itu meniup telapak tangannya untuk menetralkan rasa dinginnya. Ia menatap sekeliling, ternyata saat ini dirinya berada di taman kota. Ia berjalan sudah jauh dari rumah Risha. Grizella berniat untuk duduk disalah satu kursi, tapi pandangannya teralih kepada seseorang yang kini membelakanginya. Dia seorang laki-laki, entah apa yang ia lakukan dimalam seperti ini. Apalagi sinar cahaya yang membuat tempat itu seketika menjadi horor. Grizella merinding, namun dengan rasa penasaran yang amat tinggi, ia berjalan mendekatinya. lalu menepuk pundaknya. Bukan menoleh, namun laki-laki yang ia tepuk malah tersungkur ke tanah dengan keadaan tidak sadarkan diri. Gadis itu menganga, dan segera membantu laki-laki itu lalu menepuk pipinya. "hey, bangun." Kening gadis itu mengerut merasa familiar dengan laki-laki yang saat ini tak sadar diri. "Bukannya ini cowo yang di bus kemarin?" pekik Grizella seraya menarik kedua tangannya membuat laki-laki tak dikenal itu kembali tersungkur ke tanah. "Astaga," ia kembali meraih tubuh laki-laki itu. Meskipun dengan wajah yang babak belur, tapi ia yakin laki-laki dihadapannya adalah laki-laki yang sama dengan orang yang menawarinya kursi di bus, kemarin. "Woy, bangun!" tepukan keras mendarat dipipi laki-laki itu. Lantas, gadis itu melirik ke sana dan kemari, mencari orang yang bisa ia ajak bantu untuk membantu membawa laki-laki yang tak sadarkan diri ini ke rumah sakit terdekat. Namun, mana ada orang yang akan melewati taman kota di malam hari seperti ini? Dan daerah sini pun tak ada rumah sakit terdekat. Grizella berdecak, dan menatap laki-laki itu. Lalu pandangannya teralih kepada Nametag yang berada di saku almamater sekolahnya. Ia meraihnya dan membaca. "Gama?" gumam Grizella membaca Nametag milik laki-laki yang tak sadarkan diri itu. "Gama, bang---" belum sempat ia menyelesaikan ucapannya, suara deru motor terdengar amat jelas. Grizella berdiri, gadis itu menatap sekitar. Puluhan motor besar melewatinya, dan terparkir di depan taman kota. Grizella ketakutan, ia beringsut mundur. Lalu ia menatap kebelakang, kearah Gama yang belum sadar juga. "Gama bangun," lirih nya. Sekumpulan anak motor itu menghampirinya tanpa melepaskan helm nya. "Jadi Lo pacarnya Gama?" peluh membasahi wajah Grizella kala pertanyaan itu terlontar oleh salah satu dari mereka. Ia menggeleng. "Bukan, gue cuman bantuin dia," ia tak setuju dengan pertanyaan laki-laki di hadapannya, apa-apaan dengan pacarnya? Kenal dengan Gama saja ia baru kemarin. Dibalik helm, laki-laki itu menyeringai. "Bawa mereka," titahnya. Membuat 3 orang laki-laki membawa Gama yang tak sadarkan diri dan dirinya pun ikut dibawa. "Heh apa-apaan, kok gue juga di angkut? Gue bukan siapa-siapanya dia," Grizella memberontak kala salah satu laki-laki membawanya dengan paksa. "s**l banget gue hari ini." "Lepasin nggak?" teriak Grizella ketakutan. "Gue bilang lepasin, sakit t***l," teriaknya kembali, pergelangan tangannya kembali memerah. Laki-laki yang membawanya hanya diam nampak bisu. "Gue nggak salah apa-apa, anjing." Meskipun ketakutan, tapi Grizella tak bisa menahan rasa marahnya. Apalagi melihat Gama yang belum sadar juga. Apa mungkin laki-laki itu mati? Pikirnya. Ini semua gara-gara Gama. Ia jadi seperti ini, sudah diusir dari rumah, di fitnah pula oleh kakaknya, kini? Ia terlibat masalah dalam kasus Gama. *** "Bangunin dia," ujar laki-laki tadi yang tak lain adalah, Reno. Salah satu bawahannya menuruti titah dari ketuanya. Satu ember air terjun kearah tubuh Gama membuat sang empu terpekik kaget. "Bangun juga Lo, gue kira Lo udah mati," ucap Reno dengan seringainya yang semakin ia tunjukkan. "Mau apa Lo?" Ia belum menyadari bahwa ia di kurung tak sendirian. Disampingnya masih ada orang yang sedari tadi memperhatikan Gama dengan marah. "s****n Lo Gama, gue salah apa sih anjing?" sentak Grizella kakinya yang bebas menendang p****t Gama. Laki-laki di sampingnya meringis, lalu menoleh, betapa terkejutnya ia mendapati perempuan yang tengah menatapnya dengan tajam. "Lo ngapain disini?" tanya balik Gama bingung. Grizella semakin kesal. "Menurut Lo?" "Reno, maksud Lo apa-apaan hah?" teriak Gama kepada Reno. Laki-laki yang di teriakinya malah tertawa seraya bertepuk tangan. "Lepasin Grizella!!" Mendengar Gama mengucapkan namanya, Grizella merasa terkejut. Darimana laki-laki ini bisa tau namanya? Ia dan Gama saja bertemu baru dua kali itupun dengan sekarang. "Lo tau nama gue dari siapa?" Gama mengabaikan pertanyaan Grizella. "Ini yang dimaksud nggak kenal?" Reno bertanya kepada Grizella. "Asal Lo tau, dia," Reno terduduk menghadap kearah mereka berdua, dan menunjuk Gama yang saat ini ketar ketir, takut jika Reno membicarakan yang tidak-tidak, "selalu ngikutin Lo," lanjutnya. Gama menatap tajam Reno. Laki-laki di hadapannya pun ikut mengikutinya. "Diam b******n!" teriak Gama penuh Amarah. Rahang laki-laki itu bergeluk, tanda ia marah besar. Grizella dibuat kebingungan. Lantas ia menatap Gama yang hanya menatap Reno tajam. Niat hati ingin bertanya, tapi ia urungkan kala tatapan Gama membuat nyalinya menciut.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN