bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pilihan Hatimu

book_age18+
5.1K
IKUTI
40.5K
BACA
HE
arrogant
badboy
boss
sweet
bxg
mystery
loser
office/work place
addiction
civilian
like
intro-logo
Uraian

Chintya pikir, saingannya adalah masa lalu Arshaka. Dia hanya perlu membuat Arshaka perlahan move on dari perempuan yang telah menjadi istri orang tersebut. Ternyata, dugaan Chintya salah. Saingan terberatnya justru sahabat dari lelaki itu. Seseorang yang baru kembali dari luar negeri—yang merupakan sahabat Arshaka sejak SMA.

Sesak. Itu lah yang Chintya rasakan setiap kali tunangannya itu lebih mementingkan sang sahabat dibanding dirinya.

Di saat Chintya sudah menyerah, Arshaka baru menyadari bahwa dia mencintai Chintya dan tak ingin kehilangan tunangan itu.

.

.

Spin Off Tanpa Rasa

chap-preview
Pratinjau gratis
Chintya: bab 1
Enam tahun yang lalu... "Lo kalau jalan hati-hati dong! Jalan tuh pake mata, bukan pake... " Aku mengoceh sambil merapihkan barang bawaanku yang tidak seberapa. Namun, ucapanku terhenti ketika mendongak dan melihat wajah orang yang bertabrakan denganku. Seorang lelaki tampan yang menatapku dengan sorot mata dingin. "Ganteng bangettttt!" seruku spontan. Aku mengulurkan tanganku tak tahu malu dan tersenyum manis pada lelaki itu. "Hai, kenalin, nama gue Chintya. Lo bisa manggil gue cinta. Atau, kalau manggil sayang juga boleh." Lelaki hanya diam—tak menyambut uluran tanganku. Aku melongo ketika lelaki yang bertabrakan barusan denganku itu pergi begitu saja. Bukannya sombong, aku akui jika jarang ada lelaki yang mengabaikan pesonaku. Namun, hari ini, saat memulai lebih dulu untuk mengulurkan tangan kepada seorang lelaki baru, aku malah diabaikan. "Ganteng-ganteng tapi ngeselin!" umpatku kesal. "Gue sumpahin, lo jodoh sama gue!" Bibirku mengerucut sebal tatkala menyadari barang bawaanku ada yang rusak. "Ah elah, buket bunganya jadi berantakan gara-gara si ganteng barusan. Untung aja good looking, kalau nggak, udah gue maki-maki tuh cowok." Aku terkekeh sembari menghapus sudut mataku yang berair mengingat tingkah konyolku 6 tahun lalu, di mana awal aku bertemu dengan seseorang yang sekarang merupakan tunanganku saat ini. Kami sudah bertunangan sejak 2 tahun yang lalu di saat aku selesai sidang skripsi. Kami dijodohkan oleh kedua orang tua kami yang bersahabat. Aku yang awalnya sudah tertarik kepada lelaki itu, tak sulit bagiku untuk jatuh hati padanya walau sikapnya begitu dingin. Kata orang, seseorang yang ceria—lebih banyak tertawa itu justru orang yang paling menyedihkan. Yang paling banyak menyimpan luka. Sepertinya memang begitu adanya. Dari dulu, aku terbiasa menutupi kegundahan hatiku dengan menunjukkan kepada semua orang bahwa aku baik-baik saja. Aku yang selalu terlihat ceria dan bersemangat dalam berbagai kondisi. Begitu banyak hal yang membuatku untuk pura-pura tersenyum, apa lagi sejak menjalani hubungan dengan lelaki bernama Arshaka itu. Namaku Chintya. Aku saat ini berusia 24 tahun dan bekerja di salah satu perusahaan swasta sebagai staff finance. Sebenarnya, papa memintaku untuk bekerja di perusahaannya, namun aku menolak karena ingin mencari tantangan di luar sana. Lagi juga, ada orang yang lebih pantas mengelola perusahaan tersebut. Papa mempunyai sebuah perusahaan, walau tidak begitu besar. Enam tahun yang lalu, perusahaan tersebut nyaris bangkrut. Untung saja, ada teman papa yang datang membantu menyelamatkannya. Temannya papa yang tak lain merupakan papanya Arshaka. Papa dan teman lamanya itu menjodohkan kami. Awalnya aku menolak, namun setelah bertemu dengan lelaki yang akan dijodohkan denganku itu, aku pikir bahwa tidak begitu buruk jika aku menerima perjodohan itu. Dia adalah lelaki yang pernah bertubrukan dengan di rumah sakit, namanya Arshaka. Dia berusia 2 tahun lebih tua dariku. Dia tampan, namun sikapnya begitu dingin. Ketika aku bertanya kepada Arshaka mengenai perjodohan kami, dia pun tidak menolak juga. "Jalani aja," ucapnya singkat kala itu. Kami pun sepakat untuk menjalani hubungan dari perjodohan itu. Dan orang tua kami meminta agar bertunangan setelah aku menyelesaikan kuliahku. Sampe sekian tahun berlalu, kami bertunanangan dan Arshaka tetap saja bersikap dingin padaku. Aku mengira bahwa sikapnya lama-kelamaan akan mencair padaku. Hingga aku tahu kalau dirinya pernah patah hati gara-gara ditinggal menikah oleh orang yang sangat dicintainya. Aku pernah tak sengaja mendengar mamanya berbicara padanya. "Kamu masih belum bisa move on dari Meisya ya, Ka?" Siapa Meisya? "Jangan bawa-bawa nama dia lagi, Ma. Dia udah punya suami." "Gimana mama nggak nanya ini sama kamu, udah beberapa tahun sama Chintya, sikap kamu ke dia gitu-gitu aja. Kamu dingin, cuek sama dia. Padahal Chintya udah berusaha jadi pasangan yang baik buat kamu. Mama suka sama Chintya itu." "Hmmm." "Kamu serius nggak dengan hubungan itu? Kalau nggak suka, tinggalin. Kamu hanya akan menyakiti hatinya kalau diterusin. Mama bisa bilang sama papa kamu nanti." "Aku serius." "Kalau serius, tolong ubah sikap kamu. Dia itu calon istri kamu, Ka. Jangan berharap lagi sama Meisya." Siapa Meisya yang katanya sudah memiliki suami itu? Apa mantan terindah Arshaka sehingga sulit baginya melupakan perempuan itu? "Aku udah bilang jangan bawa-bawa nama dia." Arshaka beranjak pergi. Menunggu hingga beberapa menit kemudian, aku baru masuk ke dalam rumah mereka. "Siang Tante... " sapaku dengan senyum ceria di wajahku seperti biasanya. Seolah barusan tak mendengar apa pun. Setelah mendengar pembicaraan Arshaka dan Tante Tina kala itu, aku menyimpulkan bahwa selama ini sikap dinginnya Arshaka karena sepertinya perasaan lelaki itu masih terjebak pada masa lalunya. Dia belum bisa membuka hati untuk perempuan lain. Aku berpikir, jika sainganku adalah seseorang yang telah mempunyai pasangan halal, aku akan berusaha untuk membuat Arshaka untuk melupakan perempuan itu. Lagi pula, Arshaka juga mengatakan kalau dirinya serius denganku. Dia mungkin hanya membutuhkan waktu. Akan tetapi, waktu terus berlalu hingga beberapa tahun kami bersama, bahkan sudah bertunangan, sikap Arshaka padaku tetap sama. Apa usahaku kurang maksimal untuk mendapatkan hatinya? Atau memang Arshaka memang seperti itu sifatnya? Aku akan sabar menunggu waktu itu tiba, di mana dia akan membuka hatinya untukku. Lagi pula, pada akhirnya aku dan dia juga akan menikah juga. Aku tak bisa memutuskan hubungan kami begitu saja. Karena kedua orang tuaku, sudah berhutang budi banyak kepada keluarganya Arshaka. Papa sakit keras 3 tahun lalu, keluarga Arshaka lah yang menolong hingga melakukan pengobatan ke luar negeri. Aku pernah menguping pembicaraan kedua orang tuaku kira-kira 2 tahun yang lalu. Walau mama dan papa awalnya mendorongku untuk perjodohan ini, namun ternyata di belakangku mereka tak sepenuhnya ingin. Mereka sedih karena aku harus jadi korban karena ketidakmampuan papa untuk menolak dan merasa hutang budi pada keluarga Arshaka begitu banyak. "Papa memang udah janji sama Ferdy dulunya untuk menjodohkan anak kami. Tapi papa jadi sedih setelah tahu bagaimana sikap anaknya itu terhadap anak kita satu-satunya, Ma," ujar papa dengan suara serak. "Papa enggak bisa berbuat apa-apa buat Chintya." "Apa kita bilang aja terus terang aja sama Ferdy dan membatalkan perjodohan mereka? Kita akan kerja keras cicil bayar semua hutang kita. Mungkin Ferdy akan mengerti.” Dan aku baru tahu jika perusahaan yang dijalankan papaku itu, 80% sahamnya merupakan milik papanya Arshaka. "Jangan batalkan perjodohan kami, Pa." Aku menghampiri papa dan mama dari balik dinding. "Papa dan mama enggak usah khawatir sama aku. Kak Shaka memang dingin dan cuek di depan banyak orang, tapi kalau kami lagi berdua tanpa adanya orang lain di sekitar kami, baru Kak Shaka itu nunjukin rasa sayangnya sama aku.” Aku tersenyum ceria kepada orang tuaku itu agar mereka benar-benar mempercayai ucapanku. "Chintya... " Mama memelukku. "Mama dan papa jangan nethink gitu dong! Hubunganku dengan Kak Shaka baik-baik aja, kok. Emang dianya aja yang nggak mau show up. Jadi, orang-orang pada mikir dia itu cuek sama aku." *** "Hari ini mama dan papaku ngajakin makan malam bersama, Kak Shaka apa bisa?" Aku menghubungi Arshaka di saat istirahat makan siang. "Enggak bisa, gue mau pergi entar." "Ke mana?" "Ke bandara jemput teman." "Jemput Kak Dino?" Aku tahunya Arshaka punya teman dekat yang bernama Dino. Sahabatnya sejak di Bandung. Arshaka dan keluarganya baru menetap di Jakarta sekitar 4 tahun yang lalu. Sebelumnya, keluarga lelaki itu tinggal di Bandung. Hanya Arshaka saja yang kuliah di Jakarta, lelaki itu pindah ke kampusku atas permintaan dari papanya. "Bukan Dino." "Terus siapa?" "Apa lo harus tahu semua teman gue?" "Emm, enggak juga, sih." "Ada lagi yang mau diomongin?" "Enggak ada. Umm... Kakak udah makan siang?" "Udah." As always. Arshaka yang tak banyak bicara dan sering membalas singkat ucapanku. Balik bertanya padaku? Hal yang tidak mungkin dilakukannya. "Nggak ada yang mau dibicarain lagi? Gue mau meeting." "Itu aja. Ya udah, Kak, selamat bekerja." "Hmmm." "Nanti malam kabarin aku kalau udah nyampe rumah, ya?" "Lihat nanti." Hingga malam hari Arshaka tidak ada kabar, aku pun tertidur. Bangun keesokan paginya, Arshaka baru mengabariku ketika aku hendak berangkat kerja. Kak Shaka Semalam lupa ngabarin Ini mau berangkat kerja Aku segera mengetikkan balasan pesan lelaki itu. Setidaknya Arshaka mengabariku, walau pun telat. Aku tersenyum tipis, mudah-mudahan Arshaka bisa membuka hatinya perlahan padaku. Tiba di kantor lebih awal, aku sibuk dengan ponsel sebelum memulai aktivitas. Yang kulakukan sekarang adalah mengunjungi akun media sosial milik Arshaka. Lelaki itu jarang mengunggah foto atau pun story pada akunnya tersebut. Hanya terdapat beberapa foto di sana. Namun, aku tetap sering mengintipnya. Kadang ada akun yang menandai dirinya, entah itu dari keluarga, rekan bisnis atau pun Dino. Saat aku membuka bagian ditandai pada akunnya tersebut, aku menemukan akun seseorang yang baru aku lihat. Akun seorang perempuan yang mengunggah foto bersama Arshaka dengan caption, 'Long time no see, handsome'. Latar foto itu sepertinya di luar negeri. Lalu, ada story pada akun tersebut dan aku melihatnya. Di sana terdapat video Arshaka di bandara dan suara perempuan itu yang terdengar girang menyapa lelaki itu. Jadi, teman yang dimaksud Arshaka adalah seorang perempuan? Itu bukan Meisya, karena aku mengetahui akun perempuan yang merupakan masa lalu Arshaka itu. Username akun yang aku lihat saat ini adalah @MhrniNindya dan nama yang tertera di profilnya Nindya Maharani. Arshaka tidak bisa makan malam dengan keluargaku karena menjemput teman perempuannya itu? Apa itu artinya perempuan itu penting baginya? Aku jadi negative thinking seketika. Apa lagi ketika aku scroll beberapa foto di akun perempuan bernama Nindya itu, ada beberapa foto bersama Arshaka. Ada foto tahun lalu di luar negeri juga dan selebihnya sekitar 7 tahun yang lalu. Tahun kemarin, Arshaka memang ada pertemuan bisnis di luar negeri. Aku ingat sekali itu. Dia ke Belanda. Akan tetapi, setelah aku lihat lokasi foto setahun lalu pada akun perempuan itu, lokasinya berada di Jerman. Apa Arshaka dari Belanda, kemudian ke Jerman untuk bertemu perempuan itu? Pasalnya, kami sempat melakukan panggilan video walau sebentar. Dan saat itu Arshaka terlihat memang berada di Amsterdam.

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Pembalasan Istri Tersakiti

read
8.2K
bc

Tergoda Rayuan Mantan

read
24.3K
bc

Istri Tuan Mafia

read
17.1K
bc

Takdir Tak Bisa Dipilih

read
3.6K
bc

CINTA ARJUNA

read
12.5K
bc

Ayah Sahabatku

read
21.6K
bc

Dipaksa Menikahi Gadis Kecil

read
21.8K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook