bc

Bukan Cinta Salah Sasaran

book_age16+
77
IKUTI
1K
BACA
HE
opposites attract
heir/heiress
lighthearted
mystery
loser
office/work place
assistant
like
intro-logo
Uraian

"Maaf ... Aku memintamu datang ke sini, aku ... Aku memberanikan diri, menahan malu dan menguatkan hati untuk berbicara empat mata denganmu. Aku ... Maafkan aku, jika apa yang kukatakan ini membuatmu tidak nyaman. Aku ... Aku menyukaimu ... aku hanya mengungkapkan isi hatiku, tidak mengapa jika kau tidak bisa membalas perasaanku ini. Tolong ambillah bunga mawar ini jika memang kau menerima perasaanku, jika kau tidak menyukaiku, kau boleh pergi tanpa mengambil bunga ini."

Anna memejamkan matanya dengan kedua tangan menggenggam sekuntum mawar merah yang diulurkan kearah lelaki yang tengah berdiri membelakanginya itu.

Dengan d**a berdebar dan lutut gemetaran, Anna menunggu respon lelaki di hadapannya, lelaki dengan tinggi di atas rata-rata dan kemeja putih yang digulung setengah lengan memperlihatkan otot lengannya yang kuat , lelaki itu berdiri menghadap pemandangan malam dari atas rooftop, dengan pemandangan kota yang penuh lampu kerlap-kerlip.

"Aku terima!"

Anna spontan membuka matanya setelah mendengar suara bariton yang tegas di depannya, suara yang baru pertama kali dia dengar, suara yang sangat asing di telinganya.

Mata Anna membelalak, dia sungguh terkejut melihat lelaki asing di depannya, lelaki itu sudah memegang mawar yang tadi disodorkannya, mendekatkan bunga cantik itu ke hidungnya.

"Si ... Siapa kau?" tanyanya dengan gugup.

chap-preview
Pratinjau gratis
Bab 1
"Pagi, Mbak Anna ... Rajin sekali. Mbak selalu datang paling pagi," sapa Agus, satpam yang selalu menjaga pintu gerbang kantor. "Pagi, Mas Agus ...," balas Anna dengan senyum sumringah. Agus segera mendorong pintu gerbang dan membukanya penuh, membuat motor yang dikendarai Anna bisa masuk ke halaman kantor. "Saya salut loh, sama Mbak Anna, tiap hari selalu menjadi pembuka pintu gerbang," ujar Agus lagi. "Ah, Mas Agus gak salah? Yang buka pintu gerbang tiap hari kan mas Agus?" "Maksud saya, Mbak Anna ini karyawan paling rajin di kantor ini, selalu datangnya paling duluan terus, saya salut sama Mbak Anna." "Ah, mas Agus bisa saja, mari Mas ... Saya parkir motor dulu, ya?" "Oh, iya .. Mbak, Silahkan ...." Anna memacu motornya ke basemen, mengambil tempat khusus parkir roda dua, baru ada empat motor di parkiran, Anna sudah hapal motor siapa saja itu, dua motor milik petugas cleaning servis, dua lagi motor pak satpam termasuk Agus. Setelah memarkirkan kendaraan roda duanya, Anna melihat jam tangannya masih pukul tujuh lewat lima belas menit, sedangkan jam masuk kantor pukul delapan tepat. Berarti masih ada lima belas menit sebelum jam masuk, dia segera membuka bagasi motor, mengeluarkan kotak bekal sarapan yang sudah disiapkannya dari rumah. Sudah empat tahun Anna bekerja di kantor ini sebagai karyawan di divisi keuangan. Anna yang berasal dari keluarga sederhana sangat bersyukur bisa menjadi karyawan di perusahaan yang cukup bonafid di kota ini, perusahaan yang menjadi incaran lulusan dari universitas ternama di tanah air, dengan gedung kantor yang megah dengan tujuh lantai, membuat pamor NH Group sebagai perusahaan papan atas di kota ini. NH Group bergerak di berbagai usaha, ada minimarket yang tersebar di seluruh wilayah se-provinsi, perkebunan kelapa sawit, perkebunan teh, peternakan ayam boiler dan juga ayam petelur, sekolah dan rumah sakit juga usaha konstruksi. Begitu banyaknya usaha itu, maka bagian keuangan pun dibagi beberapa divisi, Anna sendiri bagian keuangan minimarket dikepalai oleh kepala divisi yang bertanggung jawab kepada manager keuangan. Setelah menganggur selama setahun, membuat Anna sangat bersyukur mendapatkan kerja di tempat ini, sebagai wujud syukur gadis itu, maka dia akan bekerja dengan rajin, datang ke kantor juga jangan sampai mepet, apalagi terlambat. Menganggur itu sungguh tidak enak, cukup sudah ejekan dan cemoohan yang Anna dapatkan ketika selepas wisuda dia tak kunjung dapat kerja. Kebetulan dia juga harus mengantarkan adik bungsunya Kiara ke sekolah SMK, sehingga dia bisa sekalian jalan dan tidak akan terlambat, karena Kiara masuk sekolahnya jam tujuh. Tiiiiin Anna terlonjak karena mendengar bunyi klakson yang sangat keras di sampingnya. "Assalamualaikum, Mbak Anna!" Anna yang baru saja menutup bagasi motornya, mendadak membeku melihat siapa orang yang sudah memarkirkan motor Yamaha Vixion di samping Honda Vario miliknya. Lelaki itu membuka helm dan meletakan di atas kaca spion. Rambut hitam lurus lelaki itu sedikit berantakan karena memakai helm, dengan santai lelaki itu merapikan rambutnya dengan jari-jari tangannya. "Wah, benar ternyata kata orang-orang kalau Mbak Anna adalah karyawan ter-rajin di kantor ini, datangnya paling duluan," ujar lelaki itu sambil tersenyum lebar Anna cepat-cepat mengatasi kegugupannya, perutnya mendadak menjadi kram, dengan susah payah dia menguasai keadaannya dengan tersenyum walau sedikit canggung. "Oh, Ilham ... Tumben kamu sudah datang jam segini?" "Iya, Mbak. Pengen lihat aja Mbak Anna datang paling pagi." Perkataan Ilham sebenarnya pujian biasa saja, orang lain juga sering memuji seperti itu kepada gadis itu, namun dampak perkataan Ilham begitu lain di respon otak dan hati Anna, membuat gadis itu gugup hingga wajahnya merah merona. Lelaki itu tertawa dengan santai, memperlihatkan deretan giginya yang putih dan rapi. Sangat tampan ... Anna mengatur napasnya yang sudah tidak beraturan. 'Anna, stay cool ... Kendalikan dirimu, Anna' batin gadis itu. Namun mata Anna memang tidak bisa menipu, sorot matanya masih menyiratkan terpesona yang begitu dalam pada pemuda itu. "Ilham! Bohong banget kalau alasannya cuma itu." Akhirnya Anna bisa bersuara dengan normal setelah menghela napas dengan berat beberapa kali. "Bohong gimana sih, Mbak. Beneran kok, walaupun sambil benerin komputer yang sedang rusak di divisi perencanaan, saya serius loh mau membuktikan issue yang beredar kalau Mbak Anna itu karyawan paling rajin datang pagi, harusnya Mbak sudah dapat penghargaan dari perusahaan." "Nah, kan ... Sebenarnya kamu punya kerjaan kan?" "Iya, Mbak. Saya ditelpon subuh-subuh sama Pak Rudi kalau komputer di kantornya rusak, harus bisa dipakai lagi sebelum jam sembilan, mereka lagi ngejar deadline, ada proyek apa gitu yang lagi digarap. Saking terburu-buru saya sampai gak sempat sarapan ini, Mbak." "Kamu belum sarapan?" "Belum, Mbak. Mana hari ini banyak banget komputer yang rusak. Mau beli juga gak sempat, mungkin nanti makan di Kafetaria." "Di kafetaria itu untuk makan siang, Ilham. Baru buka jam dua belas. Ya udah ... Ini aku ada bekal sarapan, untuk kamu saja." Anna menyodorkan kotak bekal yang ada di tangannya. "Ah, Mbak ... Ini kan bekal Mbak Anna, kalau saya makan nanti Mbak makan apa?" "Ah, gampang, nanti aku telepon Rania untuk membawakan sarapan." "Nggak apa-apa kalau ini saya makan, Mbak?" Ilham menerima bekal itu dengan ragu-ragu. "Nggak apa-apa, aku senang kalau ada yang mau makan masakan sederhanaku, cuma nasi goreng sama telur ceplok saja isinya." "Pasti nanti saya habiskan bekalnya, Mbak. Terimakasih ya, Mbak ... Aku jalan dulu, mau ke lantai enam." Lelaki itu dengan tergesa setengah berlari meninggalkan tempat parkir, meninggalkan Anna yang masih berdiri mematung mengamati punggung kekarnya. Namanya Ilham Ramadhan, usianya lebih muda dua tahun di bawah Anna. Makanya dia selalu memanggil Anna dengan sebutan Mbak, karena memang Anna lebih tua darinya. Ilham baru bekerja di kantor ini selama tiga bulan, dia bekerja di bagian teknis komputer, ada dua orang teknisi baru di perusahaan ini, sebenarnya sudah ada seorang senior berusia empat puluh tahun bernama Pak Yuda, namun sejak empat bulan yang lalu ketika semua komputer di perusahaan diganti dengan yang baru, Pak Yuda kesulitan karena barang yang datang teknologi kekinian, sehingga perusahaan merekrut teknisi baru, yaitu Ilham dan rekannya Heru. Awal pertemuan Anna dan Ilham terjadi dua bulan yang lalu, ketika komputer Anna ngadat dioperasikan, rupanya banyak aplikasi yang membuat Anna harus banyak mempelajari komputer barunya. Ilham datang membantu memperbaiki dan mengajari Anna secara singkat. Melihat sikap Ilham yang ramah dan murah senyum, membuat Anna nyaman ngobrol dengannya, sejak pertemuan itu, Anna sudah terpesona pada pandangan pertama pada pemuda itu. Kesederhanaan dan tampil apa adanya Ilham membuat Anna menemukan lelaki yang dia idamkan selama ini. Semakin hari, Anna semakin terpesona pada sosok Ilham Ramadhan, setelah dia tidak sengaja bertemu di mushola perusahaan. Sejak itu, Anna akan salat Zuhur dan ashar tepat waktu, karena imam salatnya adalah Ilham. Bacaan surat pendek Ilham, Masya Allah ... Membuat Anna meleleh. Ilham, pemuda sederhana, tampan dan Soleh. Paket komplit ini, walaupun penampilan Ilham bukan orang kaya, tetapi bagi Anna karakter dan kepribadian nomor satu, harta dan uang bisa dicari. ***** "Tumben, kamu minta aku beliin sarapan, An?" tanya Rania sambil menaruh bungkusan plastik di atas meja kerja Anna. "Aku lupa bawa." Anna tentu enggan memberikan cerita sebenarnya walau pada bestie-nya ini, takut diledekin. "Lupa bawa? Sejak kapan kamu jadi pelupa? Sejak ketemu sama Ilham, ya?" ledek Rania. "Rania! Huss, nanti ada yang dengar, aku kan jadi malu," gerutu Anna sambil membuka bungkusan yang dibawa Rania, ternyata isinya nasi kuning plus lauk pauknya. Memang Rania sudah tahu jika Anna naksir pada Ilham, antara Rania dan Anna tidak ada rahasia. Rania adalah sahabat Anna sejak aman SMA, kuliah di jurusan yang sama, bahkan mereka satu kelas. Rania sendiri yang memberi informasi jika di kantornya ada lowongan pekerjaan pada Anna dan memberi trik dan tips agar dia lolos seleksi dan wawancara. "Sudah, mendingan kamu cepat Pepet itu si Ilham nanti keburu direbut orang, cowok berkualitas seperti dia banyak yang ngincar," celoteh Rania. "Enak saja kamu ngomongnya. Gak semudah itu, Marimar. Aku juga harus jaga image, cewek apaan yang nembak duluan." "Aduh, Neng ... Gak zaman lagi yang nembak itu musti cowok, bisa jadi Ilham sebenarnya suka sama kamu, cuma karena kamu lebih tua dari dia, jadi dia agak segan sama kamu. Jadi di sini, kamu yang harus agresif." "Begitu ya?" Anna tampak ragu-ragu, sendok yang akan masuk mulutnya terhenti di tengah jalan. "Tunggu apa lagi Anna? Umur kamu sekarang sudah dua puluh delapan, aku aja udah punya baby. Mumpung ada pria baik, sikat atuh, Neng!" "Aish, nantilah ... Pendekatan dulu, aku aja belum tahu kepribadiannya seperti apa. Aku gak mau kejadian yang dulu terulang kembali." "Ya, sudah kalau gitu, banyakin doa ya, biar Allah bukakan jalan untuk kalian." "Amiin" Rania melangkah menuju kubikel di sebelah Anna, wanita itu mulai sibuk menyusun dan mengamati berkas yang sudah menumpuk di mejanya. "Oh ya, An ... Kamu tahu gak gosip terbaru mantanmu itu?" Tiba-tiba Rania ingat sesuatu, dia memundurkan kursi beroda-nya dan menatap Anna dengan tatapan serius. "Mantan yang mana?" "Ck, kayak mantanmu itu ada berapa? Dari dulu mantanmu ya cuma satu itu," cebik Rania "Gosip apa? Sejak jadi mantan, malas banget aku dengan urusannya, apalagi sampai ngulik info, ih ... Sorry banget!" "Katanya dia mau cerai." "Cerai? Ha ... Ha ... Ha ...." Anna tertawa dengan keras. Uhuk ... Uhuk .... Saking senangnya, sampai dia tidak sadar kalau sedang makan malah tertawa, akibatnya dia menjadi tersedak hingga mengeluarkan air mata.

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

TERNODA

read
198.7K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
233.8K
bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
188.6K
bc

Hasrat Meresahkan Pria Dewasa

read
30.4K
bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
155.8K
bc

Setelah 10 Tahun Berpisah

read
58.9K
bc

My Secret Little Wife

read
132.1K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook