Kenakalan

974 Kata
"Nak Farel kok bengong sambil peluk bantalnya Sarah?" Tante tertegun bertanya saat melihat Farel diam mendongo di depan pintu kamar anak perempuannya. Apalagi sembari mendekap bantal?! Farel menoleh ke Tante. Rautnya masih bingung. Harus diceritakan ke Tante kah? "Anu... ini... ini Sarah yang lempar ke aku, Te. Nggak tau kenapa. Padahal aku baru aja nyampe di pintu, belum ngobrol apapun," Farel sembari sodorin bantal di tangannya. "Sarah kayak gitu? Ke kamu?" Tante ikut tak percaya. Bantalpun berpindah tangan. Tapi kemudian diambil kembali oleh Farel. Untuk dia tidur di rumah, alasannya. Karena ada aroma Sarah. "Tadi... tingkah Sarah aneh, Te..." Farel terpaksa ngomong. Dia kan ogah punya gebetan gak waras. "Aneh gimana?" Tante jadi kepo. "Dia... kok kayak orang kesurupan gitu, Te... berdiri ngangkang di atas kasur, matanya melotot garang sambil usir aku gitu. Rambutnya juga acak-acakan..." Tante langsung menunjukkan wajah pias, dan memburu ke kamar sang anak, menggedor-gedor pintunya. "Sarah! Sarah sayang! Sayangku!! Buka, Nak! Buka pintunya!! Saraaahh!!" Tante semangat menggedori pintu kamar puterinya. Plus dengan raut super cemas. Farel berdiri memeluk bantal berbau Sarah. Ah... rasanya ia bisa berfantasi nanti malam dengan bantal itu. ''Apa'an, Ma?'' Paras manis Sarah muncul dari balik pintu. Ada raut malas tergambar di sana. ''Oi! Gue dah bilang buat keluar, kan? Sono buruan keluar!'' Faza seketika mendelik gahar ke Farel yang berdiri di belakang mamanya. ''S-Sarah?'' Mama syok hebat melihat anak perempuannya jadi seganas ini. Buru-buru, Faza membuka pintu lebar dan pasang senyum manis bin terpaksa luar biasa. Sialan! ''Ini, Ma! Masa Farel tiba-tiba buka pintu pas Sarah mau buka baju. Kan Sarah kesel terus tadi teriak nyuruh keluar,'' kilah Faza dengan nada manjanya. Susah banget kalau harus bicara lembut macam kakak perempuannya. Daripada ditanya macam-macam lagi oleh sang Mama, Faza langsung menutup pintu dan menguncinya kembali. ''Sarah mau mandi, Ma! Bawa Farel ke bawah, dong!'' pintanya dari balik pintu. Faza memilih abaikan saja panggilan Mama yang terus menggedor-gedor pintu dan melepas armor kainnya satu persatu. Ia langsung pergi ke kamar mandi, menutup pintu dan senderkan punggungnya di sana. Faza mendadak nerveous. Ia tarik nafas dalam-dalam dan hembuskan perlahan, berkali-kali. Hanya mandi saja, tak apa. Lagipula ini kan tubuh kakaknya sendiri, bukan gadis lain. Jadi untuk apa ia harus grogi seperti orang bodoh? . . ''Ini gimana cara makenya?'' Faza yang sudah selesai mandi dengan handuk terlilit di d**a tengah memperhatikan bra putih corak bunga-bunga pink mini. Mendengus pelan, Faza mengambil kain tipis yang sering disebut orang sebagai celana dalam bin k****t. Merasa frustasi sendiri, Faza memilih ke kamarnya sendiri. Setelah beberapa menit terlampaui, Faza pergi ke ruang tamu, dimana Farel dan Mamanya tengah mengobrol serius soal... Sarah. ''Sori, lama,'' ujar Faza, meloncati badan sofa dan berjongkok di sana. Mama melongo melihat anak perempuannya duduk jongkok begitu, apalagi pakaiannya... kaos hitam lengan pendek dan... b-boxer?  Cleguk!! Farel menelan saliva susah payah demi melihat paha mulus Sarah terekspos bebas. Baru kali ini dia berkesempatan menyaksikan momen spesial ini. Sarah dari dulu memang amat feminin. Tak pernah terlihat memakai celana pendek. Jins pun yang jenis girly banget. Tapi ini? Boxer, mamen! Boxer! Apalagi jenis boxer pria! SEKSEEHH!! Farel jadi tambah mantap jadiin Sarah number one gebetan! Kalo perlu... tak ada lagi number two, three, dan seterusnya seperti sebelumnya! Hanya Sarah! Dan paha mulusnya... Farel jadi menggila dengan alam khayalnya. Dia mikir, kalo yang bawah aja seputih semulus itu... gimana yang atas-atasnya dikit? Kembali Farel menelan saliva. "A-ah... kalo gitu... ini... salah Farel, Te... jangan marahi Sarah... hehe..." Mata Farel tetap lekat pada paha Sarah meski bicara ke Mamanya Sarah. "Eh, iya... makasih loh anggurnya! Manis banget, aduh Mama kamu itu... paling pintar kalo urusan milih buah! Sampein makasih dari Tante ke Mamamu, ya Rel..." celoteh Tante yang diangguki Farel. "Hehe... iya, Te. Nanti aku sampein ke Mama," Kini pandangan Farel berlabuh pada d**a Sarah. Kira-kira kayak apa penampakan nyata d**a yang kelihatan montok itu, yah? Cleguk ketiga pun tercipta.  Faza yang merasa ditelanjangi dengan pandangan Farel pun sukses geram seketika. Apa-apa'an coba tatapan m***m playboy satu ini?! Apalagi, sejak tadi Faza tahu jika Farel tengah memperhatikan paha serta dadanya—ralat—milik kakak perempuannya. 'Dasar m***m! Awas aja lo.' ''Sarah, duduknya bagusan dikit dong. Kan gak enak ama Farel,'' ujar Mama, merasa panas dingin dengan cara duduk absurd putrinya. Jongkok begitu, mana enggak ada manis-manisnya pula. ''Iya, Ma.'' Faza duduk bersila di atas sofa, cukup membuat paha mulusnya makin terekspos jelas. Mama kembali tersedak air liurnya saking kaget luar biasa. Ini Sarahnya yang manis dan feminim itu bukan sih? Kerasukan jin apa coba??!! ''Farel! Lo... ehem, kamu sejak tadi liatin apa'an sih? Gu—aku seksi ya sampai kamu natap sampe segitunya?'' Faza sok innosen sambil kibaskan rambut panjang bergelombangnya ke belakang. Ia elus-elus pahanya dengan cuek, biar Farel makin tak tahan. Menyiksa si playboy tutup salep itu sangat menyenangkan sepertinya, weheheh~ Farel belum sempat menjawab ketika Faza kembali mengalunkan suara merdu milik Sarah. ''Ma, kok gerah ya? AC mati?'' Tanya Faza ngawur, menoleh ke arah mamanya dengan pandangan innosen seraya senderkan punggungnya. Faza turunkan kakinya hingga si Mama melotot melihat dua kaki jenjang putrinya ngangkang begitu. Astaga! Astaga! ''Sarah sayang, kakinya dirapetin dong. Kan malu kelihatan Farel, sayang,'' pinta Mama dengan nada lembut. ''Hmm...gak biasa, Ma,'' sahut Faza malas, melipat tangannya di d**a. Biar kelihatan keren, gitu. Tapi kan otomatis saja tanpa sadar, Faza malah membuat otak m***m seseorang di sana bekerja penuh hiruk pikuk, apalagi kala melihat bentuk d**a menggiurkan yang terpampang indah. Faza malah masa bodoh. Kalau Farel macam-macam, potong saja barangnya.  OHMAIGAWD! Farel makin ngos-ngosan ngeliat Sarah yang kini duduk ngangkang lebar-lebar. Bagian paha dalamnya keliatan, cuy! Belum kelar siksaan yang melecut imron Farel, kini dia malah disuguhi gundukan d**a Sarah yang menonjol aneh. Bitplis, jangan bilang kalo Sarah kelupaan pasang bra, yah? Atau... Sarah biasa tak pake bra saban di rumah? Ohmaigawd again! Farel rela saban hari sambangi rumah Sarah kalo memang demikian kebiasaan si seksi saban di rumah. Ia jadi berkhayal, menindih Sarah di ranjang, membelai paha mulus si cantik... naik ke atas... menyaksikan Sarah menggelinjang manja sambil tatap mesra dirinya... lalu tangan Farel menyusup masuk ke balik kaos itu dan mendapati d**a tanpa bra, kenyal membusung indah.... Plop!! Farel tersadar. Pipinya menghangat dan... celana jinsnya jadi berasa sesak, menyakitkan. Haduh! Gimana ntar dia pulang kalo begini?!
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN