Macam LC

1135 Kata
"Apa yang terjadi, Bukankah beberapa hari lalu anda mengatakan membatalkannya?" Kinan menghela nafasnya. "Saya kira saya masih memiliki harapan. Tapi ternyata tidak." Kai mengangguk. "Saya mengerti. Kalau begitu saya akan segera mengajukan berkasnya ke pengadilan agama." Kinan memejamkan matanya mencoba menghilangkan keraguan kecil di hatinya. Awalnya dia kira bisa membujuk Yumna dengan baik agar ikut bersamanya. Namun sepertinya gadis itu benar-benar tak akan memihaknya. Berat. Kinan merasa berat meninggalkan Yumna, namun dia tak bisa memaksa saat Yumna tak ingin bersamanya. Meski begitu di saat terakhir nanti Kinan harap Yumna benar-benar kembali padanya. .... "Kinan?" Kinan baru sjaa keluar dari kafe saat Andra mengejarnya. "Udah lama gak ketemu, bisa minta nomer hape kamu. Siapa tahu kamu mau datang ke acara reuni sekolah minggu depan." "Minggu depan?" "Ya, aku panitianya." Andra menyodorkan ponselnya. Kinan menatap enggan. Namun dia tak mungkin menolak demi kesopanan. Lagi pula mengingat Andra dulu, Kinan rasa Andra tidak akan melewati batas kesopanan. Kinan mengetikan nomernya lalu menyimpannya di ponsel Andra. "Aku harap nanti kita ketemu lagi," ucap Andra. Kinan mengangguk. "Aku pergi, ya." Kinan memasuki mobilnya lalu segera memacunya untuk pulang. "Sejak kapan kamu jadi panitia reuni?" Kai muncul dari belakang. Andra tersenyum menatap ponselnya. "Itu bisa di atur." "Hati- hati masih istri orang!" .... Saat tiba di rumah Kinan mendapati Bram ada di dalam rumah. Dengan menaikan alisnya Kinan melangkah mendekat. "Acara kaburnya udah selesai?" tanya Kinan dengan meletakan tasnya. "Dari mana kamu?" tanya Bram. Kinan menghela nafasnya. "Kamu mau aku jawab, sementara kamu gak jawab?" "Sayang, aku tahu aku salah. Ya, aku merasa bersalah karena itu aku pulang. Aku ajak Yumna." Bram menunjuk kamar Yumna. "Aku janji gak akan libatin Yumna lagi." Kenapa di saat Kinan berusaha melepaskan, Bram justru menahannya. "Percuma, di mata Yumna aku terlanjur buruk." Bram menyentuh tangan Kinan lalu menggenggamnya. "Kita bisa buat Yumna melihat kamu lagi. Aku juga janji mulai sekarang aku akan lebih giat cari kerja." Kinan mendengus dalam hati. Ucapan Bram seolah-olah dia bisa mengendalikan Yumna. "Oke." Bram tersenyum saat Kinan menyetujui. Pria itu memeluk Kinan lalu mengecup dahinya. "Aku janji mulai cari kerja besok." Kinan kembali mengangguk. Meski harapannya pada Bram sudah mati. Dia ingin pria itu benar-benar berubah. Setidaknya agar dia tak mengecewakan Yumna. "Jadi, kamu dari mana?" tanya Bram lagi saat dia ingat pertanyaannya belum terjawab. Kinan terdiam sebentar lalu berucap, "Cari angin." .... "Sayang, Mas pergi dulu, ya," ucap Bram berpamitan pada Kinan untuk segera berangkat mencari pekerjaan. Kinan mengangguk, lalu melangkah ke luar pintu untuk mengantar Bram. Namun saat ini Kinan melihat Ayu ada di teras rumahnya. "Pagi Kinan," sapanya. "Aku dateng buat anter Mas Bram juga," ucapnya dengan merapikan kerah kemeja Bram. Bram tersenyum nampak gelagapan dan canggung dengan sesekali menoleh pada Kinan. "Ya, gak papa. Mas Bram kan suami kamu juga." Kinan menyandarkan punggungnya di kusen pintu. Tangannya bersedekap menatap madu dan suaminya.Seolah tak terganggu dengan apa yang mereka lakukan. Ayu bahkan menyandarkan kepalanya di d**a Bram dengan manja. "Mas tadi aku muntah- muntah. Jangan- jangan aku hamil lagi." Ayu mengusap permukaan d**a Bram. Bukan hanya Bram, Kinan juga terkejut. Dengan menegakkan tubuhnya Kinan mendengar lebih serius. "Kamu beneran hamil Sayang?" tanya Bram dengan antusias. "Belum tahu makanya aku mau cek ke dokter. Tapi aku gak punya uang." Bram terdiam sebentar lalu berkata. "Aku juga gak punya uang. Ini juga baru mau cari kerja," keluhnya. "Kamu bisa kan pinjam dulu, Kinan." Ayu berucap sambil melihat ke arah Kinan membuat Kinan memutar matanya malas. Tidak tahu malu! Batin Kinan berteriak. Bram menoleh pada Kinan lalu dengan tersenyum dia menghampiri Kinan. "Sayang, boleh ya, aku pinjam dulu?" "Kalau gak ada uang, pake testpack aja dulu, nanti kalau udah positif baru ke dokter," ucap Kinan memberi pendapat. Bram menoleh pada Ayu. "Bener, Sayang. Kamu beli testpack aja dulu, ya?" Ayu cemberut. "Mas, ini anak pertamaku loh. Aku gak mau sampai kenapa- napa. Kalau aku ke dokter kan aku sekalian bisa konsultasi." Bram kembali menoleh pada Kinan. "Benar, Sayang. Kamu kasih dulu dong?" Kinan mendengus. "Gak punya pendirian banget sih." "Atau kamu gak seneng ya, aku hamil anak Mas Bram? Ya udah deh Mas, karena kamu juga gak menginginkannya, aku gak papa." Ayu menunduk hendak pergi wajahnya berubah murung dan sedih. "Aku memang harus menerima jadi istri kedua yang gak berhak apa- apa." Bram menatap Kinan. "Kamu pelit banget sih. Aku cuma pinjem. Nanti kalau udah punya kerjaan aku balikin." Kinan menghela nafasnya lalu berbalik untuk masuk. Beberapa saat kemudian Kinan kembali dengan beberapa lembar uang di tangannya. "Ingat nanti balikin," ucapnya dengan menyerahkan uangnya pada Bram. "Makasih, Sayang." Bram tersenyum, lalu kembali pada Ayu. "Nah Sayang. Tapi maaf, aku gak bisa temenin kamu periksa soalnya aku harus cari kerja." Ayu tersenyum menerima uang yang di berikan Bram. "Gak papa, Mas. Lagian ini juga buat masa depan kita." "Atau kamu bisakan temenin Ayu?" tanya Bram pada Kinan. Kinan menaikan alisnya, namun saat ini Ayu justru menolak dengan cepat. "Gak papa, Mas. Aku bisa kok sendiri. Lagian Kinan pasti sibuk ngurusin rumah. Dia kan sekarang ibu rumah tangga biasa." Ayu menatap Kinan dengan seringaian. Kinan hanya diam lalu menggeleng pelan. "Ya sudah, Mas pergi dulu." Ayu mengangguk lalu mengecup pipinya. Sementara Kinan hanya diam dan menatap pemandangan tersebut. Tak ada perasaan sakit bahkan cemburu. Hanya kesal yang menurutnya tingkah Ayu terlalu berlebihan. Melihat Kinan hanya diam, Bram menghampiri dan mengecup dahinya. Tentu saja hal itu membuat Ayu menjadi kesal. Kinan hanya tersenyum kecil, lalu membiarkan Bram pergi dengan motornya. Setelah Bram pergi Kinan hendak kembali masuk. Namun saat ini suara Ayu terdengar. "Harusnya kamu lebih perhatian sama Mas Bram. Gimana pun dia itu pria, dan banyak godaan di luar. Pantes aja dia menikahi aku, kamu dingin banget sih jadi istri. Gak papa dong bersikap manja biar dia merasa di butuhkan." Kinan tertegun sebentar. Itukah yang Bram pikirkan hingga berakhir selingkuh dengan wanita macam LC ini? Namun saat ini Kinan menoleh dan menunjukkan senyumnya. "Jadi menurut kamu aku harus seperti kamu? Kamu tahu gak LC? Seperti apapun dia, seseksi dan secentil apapun dia, suami akan pulang ke rumah istri SAH!" Kinan menekankan kata- katanya. "Lagian aku gak suka mengumbar kemesraan. Itu ... tadi juga udah kelihatan. Siapa yang nyium ..." Kinan menunjuk Ayu, lalu pada dirinya. "... dan siapa yang di cium. Itu artinya apa?" Kinan terkekeh. "Masa gak bisa nyimpulin sih." Setelah itu Kinan melanjutkan langkahnya lalu menutup pintu keras membuat Ayu semakin kesal. Kinan melangkah masuk dengan menggerutu. "Silakan ambil dia, lagian siapa yang mau bersaing." Namun saat ini Kinan menghentikan langkahnya saat melihat Yumna siap dengan seragam sekolahnya. "Kamu udah siap?" Yumna mengangguk. "Ya udah tunggu sebentar, Mama ganti baju dulu." Baru saja akan pergi Kinan mendengar suara Yumna hingga langkahnya terhenti. Wajahnya menjadi pucat dan tertegun. "Aku mau sekolah sama Tante Ayu." Yumna bahkan pergi melangkah keluar dari rumah meninggalkan Kinan yang masih terdiam dengan perasaan sakit di hatinya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN