kesalahan

898 Kata
Pov Deni Entah apa yang ada di otakku saat ini, pikiranku berkecamuk, hatiku gelisah setelah kejadian tadi. Entah kenapa aku bisa melakukannya sebelum ada ikatan pernikahan, tapi mau bagaimana lagi semua sudah terjadi. Sebenarnya jika aku ingat-ingat kembali saat pertemuanku dengan yuni aku masih ragu, hatiku belum begitu cocok dengannya. Namun entah kenapa setelah kami makan siang bersama dengan ibu dan kakaknya oerasan nyaman perasaan seperti di hargai dan di perhatikan muncul yang membuat aku menyukai keluarga ini, keluarga yang hangat suasana yang jarang aku temui di keluargaku sendiri apalagi setelah mas ku satu-satunya menikah dan hidup bersama istrinya. Kedua orang tuaku begitu sibuk dengan pekerjaan mereka yang mengelola toko yang cukup besar tanpa ada karyawan. Bahkan sekarang tambah membuka toko lagi untuk iparku, bagiku tidak masalah orang tuaku membuatkan usaha untuk saudaraku toh aku sekarang sudah sarjana aku bisa cari pekerjaan di luar, berbeda dengan kakak ku yang hanya lulusan SMA dan bekerja menjadi buruh. Masih ingat juga aku pesan mas wawan padaku kalau aku di suruh hati-hati saat bergaul apalagi dengan lawan jenis, karena lingkungan perkuliahan yang bebas dan sudah tidak di awasi kedua orang tua. Ibuku juga berpesan kalau aku harus kuliah sungguh-sungguh jangan sampai nikah dulu sebelum sanggup menghasilakan uang untuk menghidupi anak orang. Makanya sampai sekarangpun aku tak pernah dekat dengan teman perempuan, aku takut mengecewakan orang tuaku. Sampai akhrnya satu tahun terakir ini ada gadis bernama yuni dia dulu adik kelasku saat di SMP. Sebenarnya rencanaku hanya main main dengannya karena dia tidak ada di pulau yang sama denganku. Jadi aku iyakan saja saat dia ngajak menjalin hubungan denganku, untuk mengisi kejenuhanku saat di kosan buat teman chat. Yuni anak yang menarik pinter mencari topik pembicaraan, bahkan aku yang pendiampun bisa ngobrol nyaman dengannya ya walau dia yang benyak bicara dan aku menjadi pendengar setia. Setidaknya hari hariku sudah engak sepi lagi dan ada teman saat di kamar kosan. Namun kejadian tadi membuat aku merasa takut, takut mengecewakan orang tuaku, takut akan dosa zina. Tapi apa boleh buat semua.sudah teejadi. Semoga tak akan teeulang. "yah lagi apa? udah mandi n makan kah?" yuni mengirim pesan padaku. mau membalas sebenarnya malas tapi entah kenapa aku begitu rindu padanya akhirnya ku balas juga pesannya "udah bun baru aja mandi dan makan, bunda lagi apa?" "lagi mikirin ayah, yah jangan tinggalin bunda ya, nanti setelah yang tadi ayah ninggalin bunda". w* yuni padaku. Bayangan bergulat dengannya tadi melintas di otakku entah apa yang mebuat ku bisa senekad itu tapi tidak bisa di pungkiri rasanya begitu luar biasa, karena aku juga baru pertama kali melakukannya dan membuatku ingin lagi dan lagi. "engak lah bunda ayah sayang banget ma bunda udah dulu ya bun, badan ayah capek mau istirahat dulu". "huuh yah bunda juga mau rehat met mlm kesayangan mga mmpi indah lov u". akhir pesan dari yuni. Akupun merebahkan diri di kasur pura pura tidur agar tidak banyak pertanyaan dari ibu dan bapak, karena rasa bersalah ini kian mengerogoti hati dimana aku tidak menjaga diri. Hari- hari aku lalui dengan kekasihku dan kian hari kian sayang padanya. Niat awalnya jangan sampai terjadi lagi, namun apa daya setiap ada kesempatan kita melakukannya entah di ruang tamu di ruang tivi bahkan di dapur pun bisa terjadi. Bahkan akupun berpamitan kepada orang tua ku, dan berangkat ke kota M padahal di sana aku cuma dua atau tiga hari saja, selebihnya aku buat menginap di rumah yuni entah kenapa aku begitu tak bisa jauh darinya. Bahkan aku pun juga mengajak dia menginap di villa di daerah B. "yah aku udah telat nih" yuni berucap padaku, seketika aku kaget bagaimana tidak aku belum siap. "Yah kok diem gimana ini" ucapnya lagi sambil cemberut. Ku atur nafas agar tidak terlihat panik "udah kamu test?" tanyaku padanya. "Belum sih tapi udah hampir dua bulan ini lo" ucapnya lagi " ya udah nanti kita beli, biar lebih pasti". Yunipun mengangguk sambil tersenyum. Malamnya aku hampir tak memejamkan mata bagaimana tidak apa yang aku takutkan selama ini terjadi. Bagaimana aku menghadapi orang tua ku nanti pasti bakal.marah besar apalagi aku belum kerja selama ini aku ikut bantu - bantu toko yang di kelola mas sama istrinya. Dan dari bantu bantu itu aku cuma dapat empat ratus ribu tiap akhir pekan, lumayan sih kalau buat jajan tapi kalau buat ngidupin yuni dan anakku apa cukup. Bayanganku pergi kemana mana dan semakin aku pikir semakin aku pusing akhirnya aku mengalihakan pikiran ku dengan bermain game. Tanpa terasa hari menjelang pagi dan akupun mulai mengantuk akhirnya aku putuskan tidur di bawah meja kasir toko masku, karena entah mengapa aku takut tidur di rumah ibu padahal toko ibu dan mas ku cuma empat rumah saja. Namun entah kenapa aku begitu takut dan gelisah lebih nyaman tidur di toko masku. Entah berapa lama aku tertidur, akupun terjaga karna teguran kakak ipar ku. "Astafirullah apa ini yah", jerit mbak ilfi kaget ketika mau menyapu bawah meja kasir. "Apa an sih dek? " jawab mas wawan sambil menghampiri mbak ilfi. Aku yang terkejut pun reflek mengangkat kepalaku dan benar saja kepalaku kepentok kaki meja. "Ya allah den, ngapain kamu di situ bikin jantungan aja!" ucap mbak ilfi sambil menatapku tak heran. "hehehehe tidur mbak semalam habis maen game di komputer" jawab ku sambil cengar cengir. "Kalau mau tidur di belakang sana den jangan di bawah meja" ucap mas wawan. Aku pun bangkit dengan membawa matras dan sarungku, berlalu meninggalkan kedua kakak ku.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN