Pov yuni
Dan benar saja, dua hari setelah ibu dari rumah mbah brewok mas deni pun pulang. Sesuai intruksi ibu akupun meminta mas deni pulang kerumahku walau belum tau persis rumahku aku rela menjemputnya di gang masuk ke desaku. Dan ibu sudah melancarkan aksinya beliau membuatkan makanan dan minuman yang sudah jelas di kasih jampi jampi. Ibu dan mbak ku pun menyambut baik mas deni dia di perlakukan seperti raja, di layani saat makan siang. Setelah selesai makan mas deni dan aku pun berbincang di ruang tamu. "Gimana mas enak gak masakan ibu?" tanyaku "Ibu secara khusus masak buat kamu lo". "Hem enak kok aku saja malah jarang di masakin sama ibu aku, makanya kadang aku juga kangen masakan rumahan, selama ini bapak aku selalu beli lauk buat makan". ucap mas deni. "ya wes, nanti tak bilang ke ibu biar di masakin setiap kamu kesini" ucapku. Mas deni pun menatapku sambil tersenyum, senyum yang jarang aku lihat selama aku mengenalnya.
"Oh ya mas gimana setelah kamu ketemu sama aku langsung, masih tetep suka atau mau ninggalin aku?" tanya ku menyelidik "secara aku engak secantik teman teman kamu yang anak kuliahan atau mungkin engak secantik kakak ipar kamu,? nanti kamu malu lagi jalan sama aku?" imbuhku.
"Aku itu suka sama kamu apa adanya, apalagi setelah ketemu kamu secara langsung aku jadi tambah suka" ucap mas deni sambil terus menatapku. "Tadinya aku sempat ragu namun setelah ketemu dengan kamu aku semakin yakin kalau kamu yang terbaik untuk ku" ucap mas deni meyakinkan aku. Yess dalam hati aku berbunga bunga, apa yang aku impikan akan segera terwujud. Aku menatap mas deni lekat dan entah bagaimana kita pun berciuman dengan mesra. Aku lihat mas deni gemetar aku takut terjadi apa apa ku hentikan aksiku yang mencium dan melumat bibirnya. " mas kamu gak papa kan?" tanya ku kawatir. Mas deni menatap ku tatapan yang sulit aku artikan. "maaf " ucapnya, kening ku berkerut tanda tidak mengerti kenapa dia meminta maaf padaku. " kenapa kamu minta maaf mas memang kamu ada salah sama aku kah?" tanyaku. Dia diam saja "trus kenapa minta maaf?" tanyaku lagi. sambil menunduk mas deni menjawab "Ini yang pertama buatku jadi aku agak gugup". Ingin tertawa tapi takut dosa, memang ini jaman apa sih masak udah 24tahun belum pernah nyentuh cewek gila gak sih. Tapi aku bersyukur setidaknya dia tidak akan tau rasanya perawan atau udah pernah di pakai.
"Duhhh emesnya" aku cubit pipi gembulnya, " dih kok gemes" balasnya tak terima. "Habisnya lucu aja sih kamu mas, akan selalu ada yang pertama kan kenapa kamu minta maaf" jawabku sambil tersenyum. Dan kamipun berbincang ngalor ngidul bercanda dan entah membahas apa saja. Tak terasa sudah hampir jam delapan malam mas deni pun berpamitan pulang. Dengan berat hati akupun mengiyakannya dan dia berjanji kalau besuk akan kesini lagi dan mengajak aku jalan jalan.
Setelah kepulangan mas deni akupun melihat tivi dengan ibu. "Yun ibu suka ama si deni kelihatanya anak yang baik gak neko neko engak pecicilan kayak anak anak pada umumnya" celoteh ibuku akupun mengangguk setuju dengan penilaiannya. Gimana engak baik coba masa umur hampir seperempat abad belum pernah ciuman dengan lawan jenis mana ada jaman sekarang bisa di bilang langka. "Udah yun pepet terus dia kalau bisa buat dia menghamili kamu jadi mau engak mau dia harus nikahin kamu kan" oceh ibu lagi. Aku kaget dengan ide ibu tapi aku jadi ingat kata kata datok waktu di kalimantan. "Buk gini waktu di rumah mas agus aku kan ada temen dia ngantarin aku ke rumah datok, dia semacam orang pintar nah waktu dia bilang kalau aku mau ngikat dia dari sana aku bisa tapi nanti kalau udah ketemu aku suruh gembok/ngunci, trus aku di kasih air untuk di minum sama minyak di oleskan ke sini sama ini" sambil aku nunjuk d**a dan pahaku. Ibu melihatku sambil mencerna kata kataku. " oh berati kamu harus ngikat deni dengan nglakuin itu" ucap ibu "tapi jangan buru buru nanti dia malah curiga, kita rencanakan saat ibu sama mbakmu keluar kamu beraksi ya". Akupun mengacungkan jempol ku tanda setuju dengan ide ibu.
Satu bulan telah berlalu aku dan mas deni pun kian dekat yang semula mas deni pulang satu minggu sekali sekarang cuma tiga hari dia di kota M, selebihnya waktunya di habiskan dengan ku. Dan saat ini ketiaka ibu dan mbakku bantu bantu tetangga yang mau ngadain yasinan aku pun memulai aksiku aupaya mas deni mau menyentuhku. Dan benar saja kami melakukannya bahkan bukan cuma sekali tapi berkali kali. Bahkan aku berakting dengan menangis.
"Kenapa kamu menangis bun??" tanya mas deni padaku ya semenjak kami semakin dekat kami pun saling memanggil bunda dan ayah,"aku takut yah, nanti kamu ninggalin aku setelah ini", isak ku. "Kamu tenang aja bun aku akan bertanggung jawab atas semua yang sudah terjadi" ucap mas deni terlihat lesu. Tapi biarlah yang menting aksiku lancar dan sukses untuk selanjutnya akan aku pikirkan nanti.
Kami pun segera merapikan diri dan duduk kembali di ruang tamu, seolah tidak terjadi apa- apa. Aku lihat mas deni semakin banyak diam entah apa yang dia pikirkan. Sampai ibu dan mbak asih pulang pun mas deni seperti tak bersemangat. Dan waktu menjelang sore dia pun berpamitan padahal biasanya dia pulang dari rumahku jam tujuh atau delapan malam, ini masih jam lima sudah pamit. Tapi tak apalah mungkin dia butuh waktu untuk sendiri.