bc

Prejudice Becomes Love

book_age18+
17
IKUTI
1K
BACA
others
drama
tragedy
comedy
twisted
sweet
humorous
lighthearted
serious
like
intro-logo
Uraian

"Tidak! Lamaran kerja Anda saya tolak. Karena saya yang akan melamar Anda."

Lanjut David.

"Maksutnya?"

Nayla mencoba memastikan apa yang barusan ia dengar.

"Saya melamar Anda sebagai istri saya. Apakah Anda bersedia?"

Tanya David, ia lalu melangkah menghampiri Nayla, berjongkok di depannya dan mengulurkan tangan kanannya.

"Hah??"

___________________________________________

David adalah Seorang CEO di perusahaan ternama. Ia dikenal sebagai sosok yang dingin, tegas dan juga pekerja keras.

Namun siapa sangka, di balik sosoknya yang terkesan dingin, ia memendam perasaan takut dan cemas terhadap sebuah ancaman yang membahayakan mamanya.

Suatu hari, ia mencurigai seorang wanita yang melamar kerja di perusahaannya, ia menduga wanita itu adalah mata-mata kiriman musuh.

Demi mencari tahu identitas dia yang sebenarnya, David berencana mengulik kehidupan pribadi wanita itu, dengan cara melamarnya. Namun, dikemudian hari, ia terjebak dengan perasaannya sendiri. Perasaan cinta yang muncul terhadap sosok wanita misterius itu.

Apakah ia menghiraukan keselamatan mamanya dan lebih memilih mata-mata itu? Siapa wanita itu sebenarnya?

___________________________________________

chap-preview
Pratinjau gratis
1. Pertemuan Pertama
Berjalan di antara hiruk pikuk kendaraan kota metropolitan, seakan sudah menjadi makanan harian Nayla selama 2 bulan terakhir. Hidupnya berubah drastis setelah ia mengakhiri hubungan dengan kekasihnya, yang juga pemilik perusahaan di tempat Ia bekerja dahulu. Semenjak itu, Nayla memutuskan untuk mengundurkan diri dan mencari pekerjaan baru. Setelah keluar dari perusahaan, Nayla tidak tinggal di apartemennya lagi. Dia tidak ingin mantan kekasihnya mencari dan menemuinya. Ia lalu menyewa kamar kos untuk persiapan mencari kerja. Bagaimanapun juga dia harus hidup hemat sampai menemukan pekerjaan baru. Pagi ini seperti hari-hari sebelumnya, ia membawa amplop coklat, menawarkan surat lamaran dari perusahaan satu ke perusahaan lainnya, berharap kali ini lamarannya diterima. "Semoga hari ini aku dapat pekerjaan. Uang tabunganku sudah menipis. Biaya hidup di kota juga mahal. Aku nggak bisa bayangin didepak dari kos karena nggak bisa bayar tagihan. Hwaaaa" Teriak Nayla dalam hati. Di jalan, tiba-tiba dia melihat mobil yang melaju sangat kencang menuju ke arah ibu-ibu yang sedang menyebrang jalan. "Tante Awas!!" Nayla spontan berteriak ke arah ibu itu, namun sepertinya dia tidak mendengar Nayla. Nayla berlari lalu menarik tangan ibu itu hingga akhirnya mereka berdua terjungkal ke sisi jalan. "Syukurlah.. " Lirih Nayla setelah sadar mereka berdua berhasil menghindari mobil. "Tante tidak apa-apa? Apa ada yang terluka?" Tanya Nayla memastikan, lalu bangkit. "Saya tidak apa-apa, hanya tergores sedikit. Terimakasih ya, kamu sudah menolong saya." Jawabnya, sembari membersihkan tangannya yang kotor karena jatuh. "Tante sama siapa? Mau saya antar ke rumah? Atau ke rumah sakit dahulu untuk cek?" Belum sempat Ibu itu menjawab, seorang lelaki berlari menghampirinya lalu berkata "Bu Bos! Anda tidak apa-apa? Apa perlu saya panggilkan Dokter?" Tanya lelaki itu yang ternyata supir pribadinya. "Bu Bos? Sepertinya ibu ini orang kaya. Apa dia seorang pengusaha? Ada lowongan buat aku tidak ya? Ah mikir apa sih aku ini. Jangan mengambil kesempatan dalam kesempitan, Nay!" Batin Nayla. "Tidak. Saya tidak apa-apa, untung tadi ada gadis ini yang sudah menyelamatkan saya. Oh ya Jordi, tolong telfon David, bilang saya mau menemuinya di kantor siang ini." "Baik, Bu Bos. Apa perlu saya cari informasi mengenai orang yang hampir menabrak Anda?" "Tidak usah, saya tidak apa-apa." Jawab Ibu itu dengan wajah serius dan seperti sedang memikirkan sesuatu. "Kamu gimana? Apa ada yang terluka?" Tanya Ibu itu, menoleh ke arah Nayla. "Saya baik-baik saja, Tante. Em.. Kalau begitu saya izin pergi duluan." Melihat situasi sudah kondusif, Nayla pamit dan mengambil amplop coklat, yang jatuh tergeletak tidak jauh darinya. "Eh tunggu!" Cegah ibu itu. "Ada apa Tante, apa ada yang perlu saya bantu?" "Apa kamu sedang mencari pekerjaan? Maaf sebelumnya, saya melihat amplop yang kamu bawa, jadi saya kira kamu sedang mencari pekerjaan" "Apakah hari ini hari keberuntunganku? Apa ibu ini mau kasih aku lowongan?" Tanya Nayla dalam hati. "Iya Tante, sudah hampir 2 bulan saya mencari kerja, tapi belum dapat juga." "Kamu mau nggak saya ajak ke perusahaan anak saya, dan bekerja di sana? " "Wah, Yang benar? Saya mau jika tante berkenan" Jawab Nayla bersemangat. "Tapi, kita mampir dulu ke butik langganan saya ya? Buat ganti baju kamu yang kotor karena saya, jadi anggap saja ini sebagai ucapan maaf dan terima kasih, karena kamu sudah menyelamatkan saya." "Sebelumnya saya ucapkan terima kasih. Tapi Tante tidak perlu mengganti baju saya. Ini tinggal dibersihkan pakai air juga sudah bersih." Ucap Nayla dengan senyum manisnya. "Kalau kamu menolak, saya merasa sedih banget, lho." "B-baiklah, saya ikut Tante saja." Jawab Nayla pasrah. *** -Amira's Butik- "Waah, kamu terlihat cantik dengan kemeja itu." "Terimakasih. Kemejanya bagus banget, roknya juga saya suka. Tapi ini terlalu berlebihan untuk mengganti baju saya yang hanya kotor sedikit." "Tidak masalah. Justru saya senang kalau kamu menerimanya. Oh iya, ngomong-ngomong dari tadi kita belum kenalan. Saya Siska." Bu Siska mengulurkan tangannya. "Nayla" Balas Nayla sembari membalas uluran tangan. "Nama yang indah." Sanjung Bu Siska. Nayla hanya menjawab dengan senyuman. "Yaudah yuk kita berangkat." Lanjutnya. "Iya" Nayla mengikuti Bu Siska dari belakang. *** -PT Alvero Jaya, 13.18 WIB- "Wah, kantornya sangat besar. Lebih besar dari kantor Rendy. Duh! Apaan sih aku ini! Kenapa masih mikirin dia?" Nayla memejamkan mata dan menggelengkan kepalanya cepat. "Ada apa Nay, kamu sakit?" Tanya Bu Siska. "Ah, tidak tante. Tidak apa-apa hanya sedikit pusing" "Pusing? Yaudah kamu ke ruangan saya dulu, kamu duduk dulu di sana, tunggu saya, nanti saya kembali." Nayla hanya mengangguk pelan. "Rini, tolong antarkan Nayla ke ruangan saya. Setelah itu bawakan dia teh hangat. Layani dia dengan baik." Perintah Bu Siska kepada salah satu staffnya. "Baik, Bu. Mari Bu Nayla saya antar." Ajak Rini pada Nayla. Nayla mengangguk dan mengikuti staff itu. "Kenapa tiba-tiba jadi tamu kehormatan gini? Aku cuma mau melamar kerja 'kan?" Tanya Nayla dalam hati. Tak lama kemudian mereka sampai di depan pintu ruangan Bu Siska. Tertulis VVIP I di pintu ruangan itu. Saat Nayla melihat pintu di ruangan sebelahnya terdapat tulisan CEO PT ALVERO JAYA "DAVID ALVERO SAPUTRA". "Apa iya, bener ini ruangannya? Kenapa sampai masuk ke ruang VVIP?" Nayla membatin tidak percaya. "Mbak, maaf sebelumnya, boleh saya bertanya?" Tanya Nayla kepada Rini. "Boleh silakan, ingin bertanya apa?" "Ini ruangan apa ya? Kenapa saya di bawa ke ruang VVIP segala?" "Ini ruangan Bu Siska. Ibunda dari Pak David. Saya hanya menjalankan perintah Bu Siska untuk membawa Anda ke sini." Jelas Rini dengan senyum ramahnya. "Mohon maaf, apa ada yang mau ditanyakan lagi?" Tanya Rini melanjutkan. "Oh, tidak ada, makasih." "Mari masuk." Ajak Rini membukakan pintu, lalu menaruh secangkir teh hangat di atas meja. "Silakan diminum tehnya. Bu Siska akan segera kemari. Saya permisi." Nayla membalas dengan anggukan kepala, lalu duduk di sofa dan memandang sekelilingnya. Dia dibuat kagum dengan ruangan Bu Siska yang sangat luas dan elegan. Di dalam ruangan Bu Siska, terdapat jendela kaca transparan yang sangat besar menghadap langsung ke arah timur. Nayla melangkahkan kakinya menuju jendela itu dan melihat pemandangan yang begitu indah. "Amazing! Bagus banget pemandangannya, benar-benar bikin betah kerja." Kagum Nayla. Setelah menunggu lama, terdengar suara pintu dibuka. Bu Siska masuk dan menghampiri Nayla. "Nayla maaf ya. Saya sudah membuat kamu nunggu lama." "Tidak masalah kok Tante, ngomong-ngomong ruangan Tante sangat nyaman, aku jadi lupa waktu. Hehe" Kata Nayla dengan tawa kecilnya. "Haha, bisa aja. Oh ya, kamu langsung masuk aja ke ruangan David. Ruangannya ada disebelah. Saya tunggu kamu di sini setelah selesai." "Terimakasih, tapi tante tidak usah repot-repot menunggu saya. Saya bisa pulang sendiri kok." "Kamu nggak mau ngobrol lagi sama saya?" Tanya Bu Siska dengan memasang wajah sedih yang dibuat-buat, membuat Nayla geli melihatanya. "Eh, nggak kok Tante, nggak gitu maksutnya. Yaudah nanti saya ke sini lagi" Timpal Nayla. "Oke." Jawab Bu Siska sumringah. "Saya permisi dulu" Bu Siska menjawab dengan anggukan. *** -Ruangan David Alvero Saputra- "Permisi, Pak. Saya yang mengajukan lamaran atas nama Nayla Hazlina" "Ya, silakan duduk." Jawab David singkat. Nayla kemudian duduk di kursi tepat di hadapan David. David memandang Nayla dengan intens namun tanpa ekspresi, membuat Nayla bergidik ngeri. -Nayla POV ON- Aku memasuki ruangan Pak David, kemudian duduk tepat di hadapannya dengan meja sebagai pembatas. Aku merasa kurang nyaman, karena dari awal masuk dia terus memandangiku dengan tatapan yang bisa dibilang mengintimidasi, seakan-akan aku pelaku kriminal yang akan disidang. Aku terkejut saat pertama kali melihat wajahnya. Dia terlihat masih muda, namun penampilannya dewasa dan maskulin. Haha, Namun aku sedikit trauma berhubungan dengan atasan seperti ini, mungkin saja dia menggunakan ketampanan dan kekuasaanya untuk mempermainkan wanita di luar sana. Seperti mantanku, Rendy. -Nayla POV OFF- -David POV ON- "Seseorang mengetuk pintu, ternyata dia wanita yang dibicarakan mama tadi, seorang malaikat penyelamat di mata mama, namun di mataku dia seseorang yang misterius dan harus aku waspadai. Tapi jika dilihat-lihat tidak ada yang mencurigakan darinya. Aku harus bisa mengulik lebih jauh siapa dia. Kenapa dia bisa bertemu dengan mama di saat itu? Kebetulan atau memang disengaja? Setelah membaca CV nya aku sedikit terkejut, mengetahui informasi bahwa dia mantan Asisten Pribadi di perusahaan Rendy. Pasti perempuan ini tahu sedikit banyak tentangnya. Atau bahkan mereka punya hubungan khusus? Apa wanita ini mata-mata kiriman Rendy? Apa mereka punya rencana untuk menyakiti mama dengan cara halus? Aku harus mencari tahu identitas pribadi wanita ini. Kemunculan dan dari mana ia berasal seperti satu kesatuan yang tidak bisa mencegahku untuk berpikir negatif bahwa wanita ini ada hubungannya dengan insiden tadi" -David POV OFF- "Sebelumnya saya ucapkan terima kasih kepada Anda karena sudah menyelamatkan mama saya" Ucap David membuka pembicaraan. "Sama-sama, Pak David. Dengan senang hati." "Saya sudah membaca CV kamu. Kamu melamar sebagai Personal Assistant, bukan begitu? Kenapa?" "Benar Pak. Karena di tempat kerja saya sebelumnya, saya bertugas sebagai Personal Assistent selama hampir 3 tahun, dan saya telah berpengalaman di bidang tersebut." "Namun untuk saat ini tidak ada lowongan untuk Personal Assistent. Jadi lamaran Anda tidak diterima." "T-tapi, Pak? Kalau begitu saya siap ditempatkan di posisi apa saja." "Tidak. Lamaran Anda saya tolak," "Karena saya yang akan melamar Anda." Lanjut David. "Maksutnya?" Nayla mencoba memastikan apa yang barusan ia dengar. "Saya melamar Anda sebagai istri saya. Apakah Anda bersedia?" Tanya David, ia lalu melangkah menghampiri Nayla, berjongkok di depannya dan mengulurkan tangan kanannya. "Hah??" Nayla terkejut, spontan ia beranjak dari kursi. "Ap-apa ini? Apa di sini ada kamera tersembunyi? Apa saya sedang dikerjai? Apa ini acara televisi? Tolong berhenti bercanda, karena saya sedang serius, saya membutuhkan pekerjaan, Pak!" Tanya Nayla sembari melihat-lihat ke setiap sudut ruangan, memastikan keberadaan kamera tersembunyi atau semacamnya. "Saya juga serius. Anda ingin meminta bukti apa dari saya? Akan saya buktikan." David berdiri menghadap Nayla, lalu mendekatkan tubuhnya. Nayla memundurkan tubuhnya, namun sayang, di belakangnya ada meja kerja David yang sangat berat, sehingga mustahil untuk bergeser. "Stop! Jangan bercanda Pak David. Ini sudah hampir sore, saya butuh pekerjaan, saya tidak ada waktu untuk main-main." Nayla menghentikan David dengan tangan kanannya yang hampir menyentuh d**a bidang David. Ia semakin bingung dengan situasinya sekarang, karena yang sedang dialaminya saat ini terasa sangat mustahil. Bahkan, ia tidak pernah membayangkan hal ini akan terjadi padanya. "Akan saya buktikan bahwa saya tidak main-main." David menyeringai,

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Hasrat Meresahkan Pria Dewasa

read
30.3K
bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
188.6K
bc

TERNODA

read
198.7K
bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
155.8K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
233.7K
bc

Setelah 10 Tahun Berpisah

read
58.0K
bc

My Secret Little Wife

read
132.1K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook