PART 7

1412 Kata
Tephie dan Dimas terdiam ditempatnya. "Maaf bapak ngga perlu ikut campur urusan saya" Ardi berjalan mendekati Dimas, dilihatnya pergelangan tangan Tephie yang dicengkram Dimas. "Tolong lepaskan tangan anda dari asisten saya" perintah Ardi dengan nada dingin, Tephie hanya bisa diam menatap dua lelaki dihadapannya. "Maaf Pak tapi saya ada urusan penting dengan dia" Dimas melirik sekilas Tephie lalu kembali menatap Ardi, "Saya rasa tidak ada urusan anda dengan asisten saya, melihat dia berusaha untuk lepas dari anda" Ardi masih dengan nada dinginnya. Dimas melepaskan pergelangan tangan Tephie yang sudah benar-benar memerah, tanpa rasa bersalah Dimas pergi meninggalkan Tephie dan Ardi, namun baru beberapa langkah panggilan Ardi membuat Dimas membalikan badannya, "Saya harap ini terakhir kali saya melihat anda berlaku kasar pada asisten saya, selanjutnya mungkin anda tidak akan melihat kampus ini lagi" Dimas kembali berjalan dengan raut wajah kesal. Ardi mengajak Tephie menuju ke ruangannya, Tephie berjalan sambil menatap pergelangan tangannya yang masih terasa perih. "Duduklah" perintah Ardi setelah masuk ke ruangannya, Tephie mengambil tempat di salah satu sofa yang terdapat diruangan Ardi. Ruangan yang cukup luas untuk seorang rektor, Ardi ikut duduk bersama Tephie setelah mengambil sebuah tempayan kecil berisi es dan handuk kecil. "Kemarikan tanganmu" Dengan ragu Tephie mengulurkan tangannya yang perih kepada Ardi. Secara telaten Ardi mengompres pergelangan tangan Tephie, sesekali Tephie menatap Ardi yang sedang serius mengobati pergelangan tangannya. "Sudah lebih baik?" Tanya Ardi setelah selesai mengompres, Tephie mengangguk lemah, "i-iya pak" Ardi membereskan tempayan yang tadi dipakainya, "trima kasih pak" ucap Tephie tulus, "It's okay, bisa melanjutkan tugasmu?" Tanya Ardi, Tephie mengangguk pelan, "Bagus, tugasmu hari ini memilah berkas-berkas itu" Ardi menunjuk tumpukan berkas di mejanya, "pisahkan berdasarkan kelasnya, saya keluar sebentar sedang ada urusan, kalau kamu lapar atau haus ambil saja yang ada dikulkas ruangan ini, jangan meninggalkan ruangan saya sampai saya kembali, paham?" Tephie kembali mengangguk paham, Ardi langsung beranjak keluar ruangan, Tephie memang sedang tidak berniat untuk keluar sekarang mengingat bagaimana Dimas memperlakukannya. Malam itu ketika Tephie keluar dari toilet, secara tidak sengaja dirinya mendengar percakapan Dimas dengan seseorang di telepon, "Iya sabar gue jamin malam ini dia terima gue" "..." "Yakin lah, dia tuh kalau deket gue suka salah tingkah, dikit lagi juga pasti jadi" "..." "Iya jangan lupa janji lo kalau gue jadian sama tuh cewe, mobil sport lo jadi milik gue hahaha" Tephie tidak percaya akan apa yang didengarnya, Dimas mendekatinya untuk sebuah taruhan, Tephie kesal dan kecewa, langsung saja dirinya kembali ke meja mereka sebelum Dimas tahu dia mendengarkan pembicaraan Dimas. .... Sebelum malam, Tephie sudah kembali ke apartemennya. Sore tadi setelah Tephie menyelesaikan tugasnya, Ardi kembali dan mengizinkannya pulang karena hari mulai gelap. "Ugh bored banget" Tephie merebahkan badannya di sofa ruang tvnya, "kangen Papa Mama" gumamnya. Tephie segera beranjak dari sofanya dan pergi mandi, malam ini dirinya berencana menginap dirumahnya. "Mau ke mana malam begini?" Tanya Ardi yang baru saja tiba saat Tephie mengunci pintu apartemennya. "Mau ke rumah orang tua saya pak, mau menginap disana malam ini" Ardi mengangguk sekilas, "Baiklah saya antar, kebetulan ada yang ingin saya bicarakan dengan orangtuamu, ke apartemen saya dulu, saya mau mandi dulu" Dengan ragu Tephie masuk ke apartemen Ardi, pertama kalinya ia ke sini. Terasa nyaman disini, aroma khas Ardi mengisi ruangan sang rektor. Selagi Ardi mandi, Tephie menunggu diruang tamu, dalam pikirannya muncul pertanyaan-pertanyaan 'kenapa sang rektor mau bertemu Papanya?' Tephie berharap bukan masalah dirinya dikampus melainkan urusan bisnis. "Tenang saja, aku tidak akan mengatakan masalahmu dikampus, aku hanya akan bicara urusan bisnis" ucapan Ardi membuyarkan lamunan Tephie, saat ini mereka tengah dalam perjalanan menuju rumah Tephie. "Malam Pa, Ma" Tephie mencium pipi kedua orang tuanya setelah tiba dirumah tercintanya, "Ke rumah kok ngga kabar-kabarin dulu?" Tanya Fely sambil mengajak Tephie masuk ke dalam rumah, sedangkan Alan menyambut Ardi, "Kan surprise Ma, oh iya Edo mana?" Tephie balik bertanya karena belum melihat adik bungsunya sama sekali, "Tadi izinnya main ke rumah Aldric, mungkin sebentar lagi pulang, ya sudah mama siapkan makan malam dulu soalnya ada tambahan tamu ternyata" Tephie segera menuju kamar Edo begitu Fely menghilang ke dapur. Sebenarnya Tephie ingin ke kamarnya, namun karena kangen dengan adiknya maka Tephie masuk ke kamar Edo sambil menunggu adik bungsunya pulang. "Ternyata benar ada kak Phie" ucap Edo begitu masuk ke kamarnya, melihat kakaknya sedang berbaring di kasurnya, bukan hanya berbaring tapi tertidur, "Kak banguuun" Edo menepuk-nepuk pipi kakaknya, "Eng adik gue udah pulang" rancau Tephie lalu memeluk Edo hingga Edo ikut berbaring disampingnya, Edo memeluk pinggang kakaknya, "ayo kak makan dulu" Tephie yang memang sudah lapar, dengan malas bangun dari kasur Edo dan beranjak keluar kamar menuju ruang makan, Edo mengikuti kakaknya dari belakang. "Ayo sayang makan dulu" ajak Fely yang sudah duduk di ruang makan, Tephie langsung mengambil tempat diseberang Ardi, sedangkan Edo disampingnya. Saat makan sesekali Alan mengobrol dengan Ardi tentang pekerjaan, sedangkan Tephie hanya menyimak sambil menghabiskan makan malamnya. Setelah acara makan malam, mereka berkumpul di ruang keluarga, ada saja yang menjadi bahan pembicaraan Alan dan Ardi. "Jadi besok perlu dijemput?" Tanya Ardi pada Tephie yang sejak tadi sibuk menyimak, Tephie menggeleng pelan, "besok saya bisa diantar ke apartemen oleh adik saya pak untuk ambil mobil" "Tephie jadi menginap disini?" Tanya Fely sumringah, "Iya ma, kangen sama bocah ini" Tephie mengacak rambut Edo, "sama papa mama juga" lalu memasang cengirannya, Tak lama Ardi pamit pulang ke apartemennya, setelahnya Tephie langsung masuk ke kamar Edo. "Itu pacar kakak ya?" Tanya Edo polos, "Enak aja, itu rektor kakak, teman bisnis papa" Tephie mencubit pelan pipi Edo yang berbaring disampingnya. "Kok bisa bareng kakak ke sini?" Tanya Edo lagi, "Soalnya dia tetangga kakak di apartemen, sebelum ke sini dia nawarin bareng katanya mau ketemu papa" Edo mengangguk paham, "ya udah bobo kak besok gue mau sekolah" "Iya adik kecil" Tephie mengacak rambut Edo lalu terkekeh, tidak butuh waktu lama sampai akhirnya mereka terlelap. . Keesokan paginya setelah sarapan, Edo mengantarkan Tephie ke apartemennya sebelum berangkat sekolah. Sampai di apartemen, Tephie langsung berganti baju karena ada kelas pagi itu. "Kalau tiap hari gini ngga akan telat gue" gumam Tephie sambil mengancingkan kemejanya. Setelah berganti pakaian, Tephie memakai conversenya lalu mengambil tas serta kunci mobilnya kemudian berangkat ke kampus. "Cie yang bangun pagi" sindir Lea dijalan menuju kelas, "Yah soalnya ada yang bangunin" Tephie terkekeh, jelas dirinya bangun cepat, karena Edo yang membangunkannya. "Paling adek lo yang ganteng itu" terka Lea, "Kok lo tau gue balik ke rumah?" Tanya Tephie heran, karena setahunya dia belum memberitahu Lea kalau semalam pulang ke rumahnya. "Semalam nyokap lo telpon gue ngajak ke rumah, katanya lo lagi pulang, cuma berhubung ada sepupu gue datang jadi gue ngga bisa kemana-mana semalam" jelas Lea, Tephie hanya ber-oh-ria. Fely memang kenal dekat dengan Lea karena sering main ke rumah, namanya juga sahabat putrinya. Begitu juga dengan Richard. "Iya gue balik semalam, sekalian menenangkan pikiran dari cowo rese bernama Dimas" ucap Tephie dengan nada sebal, "Gue ngga nyangka kak Dimas kayak gitu Phie" "Sama" Hari itu Dimas tidak menunjukan batang hidungnya sama sekali, mungkin karena ancaman Ardi tempo hari pikir Tephie. "Pria itu masih mengusikmu?" Tanya Ardi ketika Tephie tengah mengerjakan tugasnya sebagai asisten pribadinya, "Ngga pak, seharian ini dia ngga kelihatan" jawab Tephie jujur, Ardi mengangguk sekilas lalu kembali menyibukan diri dengan laptopnya. "Trima kasih pak" Ardi mengalihkan sesaat pandangannya pada Tephie, "buat?" "Bapak udah nolongin saya waktu diganggu Dimas" lanjut Tephie, "Oh namanya Dimas, dia pacar kamu?" Tephie menggeleng kuat, "bukan" "Lalu kenapa maksa kamu?" Tephie menceritakan masalah dirinya dengan Dimas, Ardi mendengarkan tanpa berniat memotong. "Baiklah setidaknya kamu sudah tahu bagaimana tabiatnya, lanjutkan tugasmu, saya ada urusan sebentar" "Iya pak" Ardi memang sering pergi ditengah Tephie mengerjakan tugasnya, yang Tephie tahu karena Ardi juga memiliki perusahaan di luar kampus sehingga ia sering bolak balik untuk menghandle perusahaan yang ia pegang. Menjelang sore, seperti biasa Ardi mengizinkan Tephie pulang, sebelum pulang Ardi meminta hal yang membuat Tephie cukup kaget, "Perjalanan bisnis pak? Besok?!" "Ya" jawab Ardi datar, "Tapi kan saya mahasiswi bapak bukan sekretaris kantor bapak" lanjut Tephie ragu, "Kamu tetap menjadi asisten saya bukan sekretaris, sekretaris saya sedang saya tugaskan hal lain jadi saya mau kamu ikut saya" "Tapi kuliah saya pak?" Tanya Tephie lagi, "Kamu lupa? Saya ini rektor kamu, jadi saya bisa berikan kamu dispensasi untuk tidak mengikuti perkuliahan selama ikut saya, paham? Saya tidak mau penolakan, ini tugas, besok kita berangkat ke airport pagi" Tephie mengangguk pasrah, tidak mau membantah, bisa bahaya. Akhirnya Tephie pamit untuk pulang. "Malam ini gue harus tidur cepat dan pasang alarm sekeras mungkin" gumamnya sambil berjalan menuju mobilnya. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN