bc

RASA YANG BERBEDA

book_age18+
1.6K
IKUTI
28.1K
BACA
friends to lovers
goodgirl
powerful
drama
sweet
humorous
others
coming of age
like
intro-logo
Uraian

|| RATE 18+ || HARAP BIJAK MEMILIH BACAAN ||

Tiga bulan setelah perayaan wisuda diplomanya, Tiara Shahia (21 tahun) seorang perempuan berhijab yang berasal dari kota Semarang memutuskan untuk merantau ke Jakarta.

Merantau? Bukankah hal seperti itu sudah menjadi hal yang biasa dilakukan orang untuk mencari pekerjaan atau kehidupan yang lebih baik lagi.

Namun berbeda dengan perempuan berparas cantik ini, selain untuk mencari pekerjaan tujuan utama Tiara datang ke Jakarta untuk melupakan kejadian yang membuat hatinya terluka dalam.

Kejadian yang mengakibatkan Tiara menjadi teramat benci terhadap sahabat baiknya sendiri. Tiara hanya membagi lukanya kepada sang kakak.

Hingga suatu ketika Tiara berkenalan dengan seorang lelaki bernama Davin Lee ( 26 tahun) seorang marketing di perusahaan farmasi.

Davin yang berulang kali menyatakan cintanya kepada Tiara. Namun berulang kali pula mendapatkan penolakan.

Bagaimanakah nasib cinta Davin?

Akankah Tiara membuka hatinya? Ataukah cinta Davin untuk Tiara hanya akan menjadi angan belaka?

chap-preview
Pratinjau gratis
PART 1 – MERANTAU
Langit sudah terlihat gelap, sinar rembulan dan kerlap-kerlip bintang menambah syahdu suasana di malam hari. Denting jarum jam menunjukkan pukul sembilan lewat sepuluh menit. Tiara sedang memakai jaketnya setelah kurang lebih tiga puluh menit yang lalu merapikan alat-alat laborat yang sudah ia gunakan, serta melihat kembali hasil pemeriksaan laboratorium pasien yang sudah ia cetak, kemudian ia melakukan operan shift dengan partner kerjanya yang dinas malam. “Kak, aku pulang dulu ya, hasil lab pasien di meja itu besok yang mau di konsultasikan ke dokter patologi kliniknya, ” pamit Tiara. “Oh, iya. Makasih, Ra. Pulang sendiri atau dijemput?” tanya partner kerja Tiara. “Pulang sendiri, Kak." “Kalau gitu hati-hati dijalan, ya.” “Iya, Kak.” Tiara melangkahkan kakinya menyusuri lorong Rumah Sakit yang terlihat mulai sepi hanya tampak segelintir orang yang sesekali melewatinya, berbeda ketika siang dan sore hari, apalagi bila memasuki jam kunjung pasien, lorong Rumah Sakit itu akan ramai. Ting. Suara nada pesan masuk dari salah satu aplikasi di ponselnya, menghentikan langkah kakinya. Tiara meraih ponsel yang ada di dalam tas, menekan tombol power lalu menggulirkan jari jempolnya ke aplikasi yang berwarna hijau dan putih. Adel [ Lo udah selesai, Ra? Tungguin gue di tempat biasa ya.] Tiara [Udah. Oke, aku ini otw ke sana, jangan lama-lama, kelamaan aku tinggal, aku mau pulang.] Menyisipkan emoticon tertawa lebar. Adel [ Iiissh .. elo, gue ini udah siap-siap, mau otw kesana. ] Tiara [ Oke, aku tunggu. ] Adel bekerja sebagai seorang perawat di Rumah Sakit Mitra Sehat Jakarta tempat Tiara bekerja. Hampir satu tahun mereka berteman, pertemanan keduanya terjalin sejak pertama kali Tiara mulai masuk bekerja di rumah sakit itu. Satu tahun yang lalu, “Kenapa, Nduk? Kenapa mesti ke Jakarta? Nyari kerja di Semarang aja ya, Nduk?” ucap Ayah Pras –Ayah Tiara, kental dengan logat Jawa nya. “Enggak apa-apa, Yah. Tiara mau mencari pengalaman kerja di Jakarta, kayaknya peluang mendapat pekerjaan lebih besar di banding disini. Teman kuliah Tiara juga ada beberapa yang merantau ke Jakarta, Yah, malah ada sampai ke Kalimantan dan Sumatera." Tiara memberi alasan. “Nduk, kamu itu perempuan, tidak ada yang mengawasi, di sana kita tidak ada saudara. Om kamu yang tinggal di Jakarta juga sudah pindah ke Sumatera." Bu Tika –Ibu Tiara mencemaskan anak bungsunya. “Tiara sudah besar, Bu, bakal menjaga diri, Ibu percaya sama Tiara, kan?” sahut perempuan berjilbab menatap intens ibunya. “Tapi Nduk, kam—“ “Sudah, Bu, ini mungkin sudah keputusan Tiara. Tapi ingat pesan Ayah, Nduk, kamu harus bisa menjaga dirimu baik-baik di kota orang, sering-sering mengabari keluarga disini ya, Nduk," ujar Ayah Pras menyela ucapan istrinya. “Iya Ayah, terima kasih banyak sudah memberikan izin Tiara untuk bekerja di Jakarta.”Perempuan berjilbab mendekati Ayah dan ibunya yang duduk berdampingan di sofa panjang, mereka saling berpelukan erat. Bibir Tiara tersenyum manis. Namun, batinnya menjerit pilu, luka menganga berkubang di sana. Mungkin Tiara berhasil mengelabui kedua orangtuanya tapi tidak dengan kakaknya yang dari awal melihat dan mendengar percakapan ketiga orang yang ia sayangi tanpa ikut andil dalam pembicaraan itu. Sebelum berbicara dengan orang tuanya, Tiara sudah terlebih dahulu berbicara dan meminta ijin kakaknya untuk pergi ke Jakarta. Jelas saja keinginan Tiara di tolak langsung oleh saudaranya itu. Tapi karena Tiara yang hampir setiap hari membujuknya, sang kakak pun luluh dan mengijinkan Tiara untuk pergi ke Jakarta. “Kamu Kakak terbaikku,” bisik Tiara kala itu sambil mengecup pipi kanan kakaknya. Sang kakak menghela napas panjang.“ Terpaksa.” Tiara mendaratkan satu kecupan lagi di pipi kiri.“Bonus sayang." Ia tertawa menggoda lantas lari menjauh. Ya, kakak Tiara telah mengetahui alasan adiknya ingin ke Jakarta, bukan hanya untuk mencari pekerjaan, tapi tujuan utama Tiara ingin melupakan luka di hatinya. Luka yang diberikan oleh sahabat baik Tiara sendiri. Luka yang entah bagaimana cara menghilangkannya. ‘Semoga di sana kamu bisa mengobati lukamu,’ batin Kakak Tiara. Seminggu setelah mendapatkan ijin dari kakak serta kedua orangtuanya, berbekal informasi lowongan kerja dari internet dan teman-teman kuliahnya, Tiara mulai mengirimkan CV nya ke beberapa Rumah Sakit Swasta di Jakarta via email. Hingga akhirnya, perempuan itu mendapatkan pesan di nomor ponselnya yang mengundang untuk mengikuti seleksi penerimaan pegawai baru di salah satu rumah sakit. Selepas berpamitan pada kedua orangtuanya, Tiara berangkat ke Jakarta di temani oleh kakaknya, tapi sang kakak hanya menemani selama dua hari karena harus kembali bekerja di Semarang. “Ingat, jaga diri baik-baik ya, Kakak nggak bisa menemani ke tahapan tes selanjutnya, jangan pernah lupa selalu kasih kabar Kakak, ayah, dan ibu di rumah. Kakak berharap kamu sehat dan bahagia selalu disini, apapun pilihanmu, Kakak berharap itu yang terbaik untukmu.” Pesan sang Kakak panjang lebar. “Mmm, makasih bany— hiks ....“ Tangis yang selama ini Tiara tahan di depan kedua orangtuanya pecah di pelukan sang Kakak. “Sssttt, jangan nangis, Sayaaang.” Kakak Tiara menempelkan jari telunjuknya di bibir Tiara lalu mengecup lembut kening adiknya itu. “Kalau nangis nanti digendong pulang ke Semarang," sambungnya seraya mengusap kedua pipi adiknya yang basah karena air mata. “Kakak pulang, ya? Ingat semua pesan Kakak,” pamitnya, membelai kepala sang adik yang tertutup jilbab. Tiara hanya mengangguk, melambaikan satu tangannya melepas kepulangan kakaknya di stasiun untuk kembali ke kota asalnya, Semarang. Saat mengikuti tes seleksi penerimaan pegawai baru Tiara memilih untuk menghuni salah satu kamar kos yang letaknya tidak jauh dari rumah sakit. Tujuannya, agar lebih memudahkannya, mengigat ia baru kali ini tinggal di Jakarta. Setelah melalui beberapa tahapan seleksi seperti tahap administrasi, tes tertulis, psikotes, tes kesehatan, dan interview selama hampir satu bulan lamanya. Akhirnya, Tiara dinyatakan lolos dan di terima sebagai tenaga analis laboratorium di Rumah Sakit Mitra Sehat Jakarta. Tiara tak henti-hentinya bersyukur. Ia mengambil ponselnya bermaksud menghubungi satu nomor yang ada di kontak smartphone nya. “Halo, Assalamualaikum, Nduk.” “Waalaikumussalam, Ibu apa kabar?” jawab Tiara terdengar senang. “Alhamdulillah ibu baik, Nduk. Kamu sendiri gimana? Sehat kan, Nduk?” “ Alhamdulillah Tiara baik dan sehat, Mas dan Ayah gimana, Bu?” “Mereka juga dalam keadaan sehat, Nduk. Kapan pulang ke Semarang? Lama sekali tesnya, Nduk, atau memang kamu yang betah di sana sampai hampir satu bulan enggak pulang-pulang?” Tiara terkekeh sesaat. "Tesnya bertahap, Bu, maaf Tiara belum bisa pulang. Kemarin baru dapat kabar kalau Tiara diterima kerja di Rumah Sakit Mitra Sehat, minggu depan udah mulai masuk kerja, Bu.” “Alhamdulillah, selamat ya, Nduk. Usahamu berbuah manis, ingat ya, Nduk, jaga diri dan baik-baik di sana.” “Alhamdulillah iya, Bu. Ini semua berkat doa Ibu dan Ayah.” “Nduk, kalau begitu Ibu tutup dulu ya teleponnya, Ibu mau bantuin Ayahmu di toko. Assalamualaikum.” “Waalaikumussalam, Bu.” *** Senin pagi di kamar kosnya Tiara sudah bersiap untuk berangkat kerja. Ya, hari ini ia sudah mulai masuk kerja. Tiara berjalan menyusuri lorong demi lorong rumah sakit, ia juga membaca petunjuk arah yang digantung di plafon. Padahal tadi Tiara sempat bertanya pada satpam yang berjaga di depan, tapi tetap saja ia masih kesusahan mencari ruangan laborat yang akan ditujunya. Maklum saja Rumah Sakit Mitra Sehat terbilang besar dan luas. Hingga ia berpapasan dengan seorang perawat. “Maaf Mbak ... Eh, sus, mau tanya ruang laboratnya sebelah mana, ya?” “Oh, mau ke laborat, Mbak? Kebetulan saya juga mau ke sana, mari ikut saya,” ucapnya seraya memperhatikan penampilan Tiara yang memakai jilbab segi empat berwarna hitam, kemeja putih lengan panjang, serta celana kain panjang berwarna hitam. “Mbak pegawai baru?" Perempuan itu kembali bertanya. “Iya, Mbak." “Kenalkan saya Adel, saya perawat di sini," kata si perawat sembari menyodorkan tangan kanannya pada Tiara. Perempuan berjilbab mengangguk. "Saya Tiara, Mbak. Tiara Shahia.” Ia menyambut hangat jabat tangan Adel. ***

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Dinikahi Karena Dendam

read
233.6K
bc

Hasrat Meresahkan Pria Dewasa

read
30.1K
bc

TERNODA

read
198.5K
bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
188.4K
bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
155.7K
bc

Setelah 10 Tahun Berpisah

read
53.4K
bc

My Secret Little Wife

read
132.0K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook