Senin pagi yang cerah, rumah dua lantai yang ditempati oleh Aries tak lagi sama seperti sebelumnya, suara tawa anak-anak dan juga suara gerutu orang dewasa memenuhi seisi rumah.
Di lantai bawah, Aries bisa melihat Starla dan Selina sedang kejar-kejaran dengan Venus dan Mars, mereka sibuk membujuk si kembar agar memakai seragam.
Belum lagi ada kembar lain yaitu Kesatria dan Kesetiaan alias Ria dan Tia yang sedang disibukkan oleh perlengkapan OSPEK. Ditambah Mbok Sur yang seperti emak-emak rempong ikut heboh mengikat rambut putri kembarnya dengan pita-pita berwarna sesuai ketentuan OSPEK mereka.
"Benar-benar pagi yang berisik," gumam Aries sambil menghela nafas panjang. Ini baru hari pertama belum hari-hari berikutnya.
Aries turun ke lantai bawah mencoba membujuk si kembar planet untuk memakai seragamnya.
"Venus, Mars, kita bisa telat nanti ke sekolah." Pria itu mencoba mengingatkan. Keduanya yang melihat sang papa sudah berdiri tegak sambil melipat tangannya, berhenti berlari.
"Oke, Papa," jawab mereka kompak.
Starla dan Selina hanya bisa tercengang mendengar jawaban itu. Begitu mudahkah? Mereka bahkan sudah ngos-ngosan karena mengejar si kembar lincah.
"Aa' kenapa enggak turun dari tadi," keluh Starla sambil memakaikan seragam Venus, sedang Selina memakaikan seragam Mars. Aries tak terlalu peduli dan berjalan menuju meja makan.
"Mama sama Tante payah nih enggak bisa ngejal kita," sindir Venus.
Starla dan Selina syok berat dibilang payah. Starla sang pembalap dan Selina sang preman kampung dibilang payah sama bocil. Tidak bisa dibiarkan ini.
"Berani ya bilang Mama payah!" Starla mencium keseluruhan wajah Venus, membuat balita itu kegelian, minta ampun. Apalagi Selina ikut menggelitik Venus.
Di mana Mars? Bocah kecil itu sudah berada di pangkuan Aries sambil disuapi sarapan oleh papanya itu.
"Mas mau ini, Papa," pinta Mars.
"Ini, Mas." Aries menyuapkan roti kepada sang putra kecil.
"Bukan Mas, tapi Mas!" protes bocah kecil itu.
Lah situ yang ngomong Mas, batin Aries terkikik geli.
"Iya, Mas," balas Aries lagi.
"Papa nyebelin." Mars menggembungkan pipinya. Siapa yang tidak gemas dengan bocah kecil itu.
"Iya Mars kesayangan papa." Aries mengecup sayang kepala sang putra.
"Aku juga kesayangan papa." Venus yang menghampiri ikut menyahut.
"Bukannya kesayangan mama?" goda Aries.
"Ogah," jawab Venus kesal karena habis dikerjai oleh mama dan tantenya.
Starla yang mendengar tersenyum geli, mencolek-colek pipi tembam Venus yang tampak lucu di matanya, membuat Venus kembali kesal. Namun, kekesalan itu tidak lama karena Starla menyuapinya sarapan.
Setelahnya Aries bersama Starla dan si kembar pergi ke TK terlebih dahulu, sedangkan Selina memesan ojek online langsung ke kantor tidak mau terlambat karena tugasnya sekarang membersihkan ruangan bos.
Saat sampai di Taman kanak-kanak, keluarga Aries menjadi pusat perhatian. Bukan karena si kembar yang menggemaskan, tapi memandang heran wajah Starla yang babak belur. Beberapa dari wali murid dan guru adalah tetangga Aries. Maklum TK berada di komplek perumahan mereka. Ibu-ibu saling berbisik, bahkan ada yang sampai menanyakan langsung saking penasaran.
"Neng Starla kenapa?"
"Jangan-jangan Pak Aries yang mukul Neng Starla."
Aries sudah tahu saja hal ini pasti terjadi.
"Ibu-ibu, teteh-teteh, salah paham, saya babak belur karena memang ada masalah sama orang beberapa hari yang lalu." Starla mencoba menjelaskan.
"Benar, begitu?" Ibu-ibu masih kurang percaya.
"Ibu-ibu saya tidak pernah memukul istri saya." Aries juga mencoba menjelaskan.
"Papa sukanya cium Mama," celetuk Venus.
"Mama peltama dicium Papa, kita ngantli," sahut Mars.
"Mama manja," balas Venus kembali.
Obrolan Venus dan Mars membuat Aries dan Starla menahan malu. Para ibu di sana tersenyum mendengarnya. Ternyata dugaan mereka salah.
"Maaf ya, Pak Aries." Aries hanya mengangguk dan tersenyum tipis. Omongan anak-anak bahkan lebih mudah dipercaya. Bersyukurlah dia punya anak-anak bermulut ember.
***
Di sebuah perusahaan cosmetics seorang gadis dengan rajinnya membersihkan ruangan sang CEO.
So I'ma light it up like dynamite, whoa oh oh
Dia bersenandung lagu salah satu boyband kenamaan Korea, BTS. Telinganya terpasang earphone, mendengarkan musik di ponselnya.
Gadis itu adalah Selina Aqilla, seorang office girl, yang sekarang dipindah tugaskan di lantai tempat pemimpin perusahaan berada.
Leo masuk ke ruangannya, mengernyit melihat Selina yang bersenandung ria tanpa memperhatikan bahwa sang bos telah datang.
"Ehmmm." Leo berdehem, tapi Selina tetap fokus pada pekerjaan dan alunan lagu. Pria itu tak memedulikan segera duduk di singgasananya.
Saat Selina menoleh. "Jurig!!!" pekiknya. Betapa terkejutnya ia. Selina melompat ke sofa, saking syok melihat penampakan yang mirip sang bos.
Leo melempar bolpoinnya ke arah Selina. "Enak saja, bosmu ini." Wajahnya yang tampan seperti Lee Min-ho begini, ya kali dipanggil jurig.
"Pak Bos, bikin kaget saya." Selina turun dari sofa.
"Makanya kerja telinga jangan disumpal. Kalau bukan saya bosnya pasti kamu udah dipecat." Dia memang bos murah hati, bukan? Dipanggil jurig masih bisa memaafkan.
"Maaf ... Pak Bos mau minum apa?" tanya Selina beramah tamah takut dipecat.
"Buatkan saya teh hangat," perintah Leo dan Selina dengan cepat membawa peralatan kebersihannya keluar ruangan dan segera menuju pantri.
Tidak lama gadis itu sudah tiba dengan secangkir teh di tangannya dan meletakkan di meja kerja Leo. Pria itu langsung meneguknya. "Kurang manis," ungkapnya.
"Mau saya tambahkan gula, Pak?" tanya Selina.
"Tidak perlu, cukup kamu senyumin saya aja, tehnya bisa tambah manis," goda Leo. Biasanya karyawan cewek akan tersipu jika dia menggombal seperti itu, tapi ekspresi Selina malah terkejut.
"Pak, masih waras, apa karena kelamaan jomlo, OG juga mau diembat," balas Selina sambil geleng-geleng.
Leo mendengus karena reaksi tak seperti yang ia harapkan. Ekspresi Selina ini mengingatkan pada Aries, sahabat sekaligus asisten yang sering membuatnya kesal, tapi kalau tidak ada Aries dia tambah pusing.
"Ya sudah lupakan, kamu malah mengingatkan kejomloan saya," kesal Leo. "Sudah sana pergi," usirnya.
Tadinya Selina sudah mau pergi, tapi karena Leo memandangi foto seorang wanita, dia jadi penasaran.
"Siapa, Pak?" tanya gadis itu.
"Mantan," jawab Leo singkat.
"Cantik ya, Pak." Selina mengakui itu.
"Saking cantiknya saya belum bisa move on."
"Gimana bisa move on kalau fotonya masih dipajang?" Gadis itu dibuat heran.
"Benar juga kamu." Leo menghela nafas panjang. Selina sekarang tahu alasan kejomloan sang bos.
"Kenapa enggak dikejar lagi saja?" Selina jadi semakin penasaran dengan kisah cinta bosnya.
"Karena wajahnya saja yang cantik, tapi hatinya tidak," jawab singkat Leo sambil mengenang kisah cintanya yang tragis. Selina turut prihatin meski tidak mengerti.
***
Hari ini, Aries bersama istri dan anak-anaknya berbelanja pakaian untuk acara ulang tahun Wildan, papa Leo.
Aries pergi ke butik yang disarankan oleh Leo, tiga bocah pengikut Aries tampak senang sekali, siapa lagi kalau bukan Venus, Mars, dan Starla.
Di butik, Aries meminta salah satu pegawai memilihkan pakaian yang cocok untuk mereka.
Satu-persatu keluar dari kamar ganti. Aries keluar lebih dulu, tidak lama ia melihat Starla sang istri tampak sangat cantik dengan dress selutut berwarna merah marun senada dengan kemeja yang ia kenakan, belum lagi si kembar juga memakai baju senada.
"Ayah sama anak-anaknya kelihatan serasi," ucap manajer butik. Starla terkejut mendengarnya. Dipikir dia anak Aries, apa?
"Iya, Mbak, apalagi dengan anak saya yang paling manja." Aries menunjuk pada Starla dan ekspresi gadis itu semakin terkejut.
"Bapak awet muda sekali. Anaknya yang paling besar kelas berapa, Pak?" tanya manajer butik.
"Mbak, saya istrinya," keluh Starla sambil memeluk Aries. Ya kali dia ditanya kelas berapa. Aries sendiri sudah tersenyum geli.
Sementara manajer butik tersenyum kikuk. "Aduh maaf ya, Bu. Habis anak SD dan SMP sekarang pada setinggi Ibu."
"Tidak apa-apa, Mbak," jawab Aries, lalu melihat wajah istrinya yang ditekuk sambil bergumam, kenapa dia disamakan sama anak SD, SMP.
"Mama manja nih. Gantian kita dong dipeluk Papa." Venus kembali melayangkan protesnya.
"Betul, betul." Mars menyahuti. Beginilah kehebohan keluarga itu di butik. Setelahnya mereka pergi makan malam di restoran, juga membelikan makan malam untuk orang-orang di rumah.
Aries sudah selesai dengan aktivitasnya, bersiap untuk tidur. Ia lihat sang istri sedang senyum-senyum sendiri menatapnya.
"Mau apa?" tanya Aries mendekat sambil merebahkan dirinya.
"Peluk dong." Starla menggeser tubuhnya mendekat.
"Ogah." Dengan cepat Aries menolak.
"A' kita harus ada kemajuan, dua minggu usap-usap, sekarang peluk-peluk, siapa tahu minggu depan bisa ahayyyy …," ujar Starla malu-malu. Aries menyentil kening istrinya.
"Masih kecil juga."
"Aku udah besar, A'!" protes gadis itu.
Aries menyerah, dia merentangkan tangannya dan Starla masuk ke dalam dekapannya.
Besok Aries harus pergi pagi sekali karena memeriksa persiapan ulang tahun papa Leo, tapi dia akan kembali ke rumah untuk menjemput keluarganya.
"A' tau enggak?"
"Enggak."
"Ih, kan aku belum ngomong."
"Ya udah apa?" tanya Aries yang ia yakini pasti istrinya sebentar lagi akan menggombal.
"Hanya dengan menghirup aroma Aa', aku bisa bertahan hidup." Tuh kan apa dia bilang istrinya pasti menggombal.
"Kalau saya butuh oksigen, butuh makan-minum untuk bertahan hidup."
"Aa' enggak romantis, tapi aku udah terlanjur cinta."
Aries memutar bola matanya malas. "Sudah tidur."
Pria itu menepuk-nepuk punggung istrinya, tidak lama sang istri terlelap.
Semoga kamu besok tidak buat masalah.
Starla memang tidak pernah buat masalah, tapi masalah selalu datang menghampiri istrinya itu dan ketika sang istri sudah bergabung dengan Selina, sohibnya, perkelahian akan terjadi. Semoga hal itu tidak terjadi besok.