Part Lima

1160 Kata
Merawat sabar, merajut syukur, menolak marah, memilih maaf. Sebab bahagia tak bisa di dapat dengan kebencian. Setelah seminggu Aiza terpuruk akhirnya dia sadar bahwa sesuatu yang memang tidak allah izinkan tetap tidak akan allah berikan. Meskipun dia sudah berusaha sekuat tanaga untuk mempertahankan apa yang dia mau. Namun, jika allah tidak menghendaki dia bisa apa? Selain menunggu apa yang akan allah ganti. Dan pasti jauh lebih baik. Sela seminggu ini Salsa dan Aiza pun tak pernah bertemu. Selain karna salsa cuti kuliah dahulu. Dan akhir-akhir ini membuat Aiza menjadi lebih dekat dengan Reina.   Hari ini Aiza dan Reina memutuskan untuk makan terlebih dahulu. Sebelum mereka pulang, sebab pembelajaran telah usai. "Za, Salsa kapan masuk tuh anak betah banget dirumah pasti nemplok sama suami terus deh" ucap Reina sebal dengan Salsa. Sudah seminggu ini dia tidak memberi kabar apapun membuat Reina terheran. "Hayoh kalian ngomongin aku yaa" ucap Salsa yang baru saja datang membuat Reina dan Aiza sedikit kaget.   "Assalamu'alaikum Sal.  " ingat Aiza karna Salsa melupakan salamnya   "Eh, hehe iya wa'alaikumussalam" ucap Salsa dengan cengirannya. Merasa bersalah karna sampai melupakan salamnya. Salsa pun langsung saja duduk di samping Reina serta membawa jus yang dia bawa sampil tersenyum merekah.   "Pengantin baruuu, senyum teruss sampe kering noh gigi" Ejek Reina.  Dia sangat malas melihat senyum Salsa yang tidak luntur sedari tadi sementara Aiza hanya bisa tersenyum tipis. 'Aku gaboleh egois aku harus ikhlas.' Batin Aiza.   "Sirik aja Rei, makannya nikah biar ngerasain gimana rasanya di manjain suami" ucap Salsa dengan kekehannya.   "Awas ya, nanti kalo gue nikah gue bakal cutinya aja sebulan.  Buat nemplokin suami, bakal gue kurung supaya gaada yang ngegoda suami gue. Tapi masalahnya gue belum punya calon gimana mau punya suamiiiiii" ucap Reina akhirnya sadar dengan apa yang dia ucapkan sendiri. Membuat Salsa tertawa mengejek sementara Aiza hanya terkekeh. "Aduh udah ah Rei, aku mau nanya nih sama Aiza. Za, ko kamu langsung pergi sih dari acara pernikahan aku, Kenapa?" tanya salsa setelah meredakan tawanya membuat aiza tersenyum kikuk bingung apa yang akan dia jawab. "Emm, itu sa waktu itu aku di telepon umi buat jemput Reza" ucap Aiza yang tak sepenuhnya bohong. Masa iya dia harus menjawab iya aku pergi gara-gara kamu nikah sama laki-laki yang sudah janji bakal mengkhitbah aku, tapi ternyata dia malah menikahi kamu. Tidak mungkin bukan jika Aiza menjawab seperti itu? jelas itu sangat tidak mungkin. Karna memilih memaafkan dan mengikhlaskan sesuatu itu jauh lebih baik. Meski memang harus melukai diri sendiri.   "Siapa Reza, Za? " tanya Reina aneh karna baru kali ini Aiza menyebutkan nama lelaki. "Adik aku" "Loh, lo punya adik kirain engga" "Ada tapi dia lagi pesantren di jawa timur. Kemarin pulang cuman sebentar dan balik lagi kesana" ucap Aiza menjelaskan membuat Reina mengangguk paham. "Za kamu kan kenal Mas Andika dari dulu nih ya, sementara aku kan cuman setengah taun kenal dia. Menurut kamu dia orang nya gimana?" tanya Salsa dengan terfokus menatap Aiza.   Sementara Aiza kembali mengingat sosok andika yang dia sebut sebagai Dika. Kenangan mereka kembali pada pikiran Aiza, bagaimana Dika yang selalu membelanya. Bagaimana Dika yang selalu menjahilinya, bagaimana Andika dengan gagah menyebutkan bahwa dia akan menjadikannya istri disaat usia aiza baru tiga belas tahun dan andika berusia empat belas tahun. Meski terdengar tak logis, namun aiza tak pernah menganggap itu main-main.   "Za, ko kamu bengong si. " tanya Salsa yang bingung melihat Aiza melamun sendiri, dengan pandangan kosong tak tentu arah.   "Dika baik ko, kamu tenang aja dia gaakan nyakitin kamu" 'Tapi sayangnya Dika udah buat aku sakit Sal , bukan cuman aku tapi dia juga sudah mengingkari janjinya pada abi dan alm. Bunda.” Lanjut Aiza dalam hatinya. Reina yang melihat interaksi antar mereka berdua mengernyitkan dahinya aneh. Seperti ada sesuatu yang di sembunyikan mereka berdua. "Oh iya Za, lo ingetkan tentang yang katanya lo mau bantuin gue ngelupain bang Reyhan. " ucap Reina membuat Aiza menatap Reina. "Insyaa allah, emang kamu mau minta bantuan apa Rei?" ucap Aiza dengan menatap Reina sementara Salsa hanya menjadi pendengar dari obrolan mereka berdua. "Akhir-akhir ini gue seneng liat bang Rey berubah. Dia jadi lebih rajin shalat berjamaah di mesjid. Gue seneng sama perubahan dia. Tapi, gue mau bang Rey ada yang bimbing dia Za. Jadi, apa lo mau ee itu... Nikah sama bang Reyhan? Buat bang Reyhan jauh lebih baik Za. " ucap Reina dengan mengharapkan jawaban iya di dalam mulut Aiza. Meskipun hatinya akan terluka. Sementara Aiza dan Salsa justru menatap aneh dengan Reina. Apa sebenarnya maksud dari kata-kata reina? "Maksudnya Rei?" tanya Aiza mencoba memahami kembali perkataan Reina.   "Lo tau kan za seberapa besar cintanya gue sama abang kembar gue sendiri, dan itu sulit buat gue lupain za. Gue mohon banget lo nikah ya sama abang gue. Gue mohon Za, cuman ini satu-satunya cara supaya gue bisa lupa sama abang gue sendiri." "Lo gatau za gimana sakitnya gue buat ngelupain seseorang yang Sebenernya ga pantes buat gue cintai. Gue selalu berdoa sama allah supaya allah bisa buat gue lupa sama dia, tapi ternyata sulit Za. Gue mohon Za, kali ini aja. Kalo soal abang gue mau apa engga biar gue yang bujuk dia. Gue mohon kali ini aja. " bujuk Reina dengan air mata yng sudah bercucuran membuat Aiza dan Salsa tak tega. Sehingga mereka saling bertatapan sesekali melihat Reina. Apa harus dia menikah dengan Reyhan yang sama sekali tidak dia cintai? Dan apa harus dia melakukan ini? Apa harus? karna jujur usaha Reina untuk melupakan Abangnya sudah sangat maksimal. Dia rela berdoa di setiap selesai shalat, dia rela meluangkan waktu untuk shalat hajat agar allah bisa membuat dia melupakan Reyhan. Tapi, mungkin allah masih ingin menguji Reina dengan cinta yang salah ini. *** Aiza terdiam melamun di kamarnya. Memikirkan setiap omongan yang keluar dari mulut Reina. Bagaimana Reina benar-benar terpuruk dengan keadaan ini. Reina benar-benar sudah berusaha melupakan Reyhan sebagaimana kerasnya Aiza melupakan Dika.   "Bunda Aiza kangen Bunda, maafin Dika yah bun karna dia gabisa memenuhi janjinya. Mungkin itu hanya sebuah janji anak SMP yang memang tidak layak untuk di sebut janji." ucap Aiza lirih dengan melihat poto alm. Bundanya. Aiza kembali melamun memikirkan omongan Reina. Apa harus dia Menerima Reyhan sebagai kekasih halalnya? Karna jujur yang Aiza harapkan adalah lelaki yang bisa membimbing dia kejalan allah bukan dia yang membimbing lelaki itu. Jodoh impiannya seperti sayyidina Ali bin Abi Thalib yang senantiasa memiliki akhlak yang begitu mulia yang bisa membimbing nya.   Jodoh impiannya yang seperti rasulullah yang tak diragukan keimanannya pada allah. Seperti rasulullah dan sayyidina ali yang selalu mencintai istrinya dengan tulus.   Namun justru, dia sama sekali tidak saling mencintai dengan Reyhan. Apa harus dia menerimanya? Meskipun kelak lelakinya tak sesempurna Rasulullah dan sayyidina Ali tapi setidaknya lelakinya bisa benar-benar mencintainya bukan karna paksaan dan keinginan orang lain.   Aiza benar-benar bimbang dengan keadaannya sekarang. Jika dia menerima Reyhan berarti dia menjadikan Reyhan sebagai pelampiasannya melupakan Dika. Apa dia tega? Menjadikan Reyhan pelampiasan atas semuanya? Namun apa dia juga harus tega menentang keinginan Reina? Reina yang sudah benar-benar lelah dengan keadaannya?
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN