BABY - Chapter 05

1258 Kata
Alvira meneguk salivanya setelah mendengarkan perkataan Rida. Gadis itu menjadi tegang, sambil melihat ke arah laki - laki yang berdiri tenang disampingnya. Laki - laki itu menoleh ke arah Alvira, dan membuat gadis itu semakin tenggelam dalam kegugupannya. "Oke Bun." Hema lalu pergi keluar membuat Alvira benar - benar terkejut. "Oke? Itu artinya Kak Hema nggak masalah nganterin aku pulang? Suer?" batin Alvira merasa kegirangan. Rida tersenyum. Dia lalu menyenggol bahu Alvira, membuat bengong gadis itu menjadi hilang. "Anak Tante sudah setuju tuh. Kamu hati - hati ya pulangnya, sayang." Alvira tersenyum kikuk, "Em, iya Tan. Alvira pulang dulu kalau begitu." Alvira keluar dengan perasaan yang gugup. Dia meremas kedua tangannya untuk menghilangkan perasaan gugupnya. Kakinya melangkah membawa dia menuju ke seorang laki - laki yang sudah siap diatas motornya. "Tunggu apa lagi?" tanya Hema. Alvira tertegun dan kemudian berlari ke arah Hema mendekat. "Aku bonceng Kak Hema?" tanyanya memastikan. "Iyalah. Lo mau boncengin gue?" Alvira menggelengkan kepalanya. Lalu, dia dengan setengah ragu memegang bahu Hema, dan naik ke belakang motor Hema. Jujur, dia sangat gugup, bahkan jantungnya saat ini mulai berdetak lebih kencang, diluar batas normal. Saat Hema akan menghidupkan mesin motornya, ponselnya berdering. Dia kemudian mengangkatnya terlebih dahulu. "Apa?! Gue segera kesana!" Hema memasukan kembali ponselnya didalam saku. Lalu, dia memberikan helm kepada Alvira. "Pakai!" Alvira menaikan sebelah alisnya, "Loh, kan rumah aku nggak jauh dari sini Kak?" Hema yang kesal pun, dengan cepat memasangkan helm di kepala Alvira lalu menghidupkan motornya. Dia menjalankan motornya dengan kencang membuat gadis itu takut, dan tanpa sadar memeluk tubuh Hema sambil memejamkan matanya. Alvira tidak tau kemana Hema akan membawanya saat ini. Yang dia tau, dia harus tetap memejamkan mata, karena dia takut. Ini pertama kali dia menaiki motor. Hema membawa motornya dengan kecepatan tinggi, menyelip mobil dan motor dengan begitu lihai. Dia seolah dikejar oleh waktu yang ada. Tak lama, akhirnya motor Hema berhenti di suatu tempat. Pria itu melepaskan tangan Alvira dengan kasar, membuat gadis itu tertegun. "Turun cepet!" Alvira pun turun dari motor Hema sesuai perintah pria itu. Setelah dia turun, Hema berlari masuk ke dalam dengan wajah yang panik. Alvira tidak tau apa yang terjadi, dia mencoba mengikuti Hema ke dalam. Saat dia mengikuti Hema dengan perlahan, dia melihat pria itu bertarung melawan ketiga pria gagah yang membawa benda tajam. Alvira spontan menutup mulutnya, dan bersembunyi. Pikirannya hanya satu, mungkin mereka adalah pria jahat. Jika dibutuhkan mungkin dia akan menelpon polisi nantinya. Dia bersembunyi sambil terus mengamati laki - laki yang terus bertengkar. "Jangan pernah sentuh Luna!" teriak Hema. Pria dengan tatapan elang dihadapan Hema mengangkat alisnya, "Oh iya, terus apa kabar sama pacar baru lo? Bukannya lo udah nggak ada hak sama Luna?" "Dia sahabat gue!" "Luna bukan milik lo! Lo itu pecundang Hema!" Hema lalu memukul wajah pria itu dengan kencang. Alvira terkejut dan membungkam mulutnya. Hema dibalas pukulan oleh pria tadi. Membuat sudut bibir Hema terluka. Alvira yang melihatnya tak bisa membiarkan. Dia lalu berlari dari persembunyiannya, dan menendang pria yang memukul Hema dengan pas mengenai wajahnya. Bug! Pria itu tersungkur di tanah dengan lebam karena tendangan Alvira. Hema, terheran dan mengerutkan keningnya. "Lo?" Alvira meringis, "Kak Hema nggak papa?" Saat Alvira dan Hema pandangan satu sama lain, seorang wanita muncul dan berlari memeluk Hema. "Hema!" Wanita cantik dengan rambut pirang, kulit putih bersih, tinggi. Wanita itu memeluk Hema dengan penuh khawatir, membuat Alvira bingung melihatnya. "Hema, kamu nggak papa?" Hema melonggarkan pelukannya, "Aku nggak papa Lun. Kamu gak usah khawatir." Luna, wanita itu berdiri dan menatap pria yang memukul Hema tadi. "Erik! Udah aku bilang, aku itu putus sama kamu nggak ada hubungannya sama Hema! Berapa kali aku bilang? Aku putus sama kamu karena kamu itu selalu kasar Rik!" Pria bernama Erik tadi bangkit dan menatap tajam Luna. "Oh iya? Bukannya memang kamu ada something sama Hema?" "Nggak ada! Aku sama Hema sahabatan! Ini yang buat aku jenuh buat jalin hubungan sama kamu. Terlalu posesif, bahkan nggak pernah percaya sama aku!" Luna yang menangis, tiba - tiba tertegun saat sebuah tangan memegang tangan kanannya. Tangan itu adalah tangan milik Hema. "Kita pulang. Susah jelasin sama otak udang kayak dia, Lun." Hema menarik Luna keluar, membuat Alvira membelakan matanya. "Lah, aku pulang sama siapa dong? Kalau Kak Hema sama itu cewek?" katanya sambil menunjuk dirinya sendiri. Erik, pria itu kesal melihat Luna yang pergi bersama dengan Hema. Dia melihat gadis berambut dua di sampingnya dengan tajam. "Cih, baru dicampakin sama Hema lo?" Alvira membelakan matanya, "Ha?" Laki - laki itu tak menjawab malah pergi begitu saja. Mengingat Alvira tak tau tempat ini, dia menahan Erik dengan cepat. "Tunggu!" Erik yang ditahan, berhenti dan menatap tajam Alvira, "Kenapa? Mau sok belain Hema lagi?" Alvira menggelengkan kepalanya. "Bu-bukan..." "Terus?" "Nebeng pulang," cicitnya. "Lo gila?" Laki - laki melepaskan tangan Alvira kasar. Dia melanjutkan pergi meninggalkan Alvira. Tapi, Alvira mencoba kembali mengejar Erik dan memegang bajunya. "Kak aku takut, nggak tau pulang. Ta-tadi Kak Hema langsung ngajak kesini..." Erik bodo amat melepaskan cekalan Alvira. Dia kemudian pergi begitu saja membuat Alvira sedih. Dia melihat ponselnya tak ada sinyal sama sekali. “Aduh, aku pulang gimana ni? Mana aku nggak tau tempat apa ini.” Alvira keluar dari tempat ini dan meratapi nasibnya yang s**l harus bertemu dengan Hema, hingga berakhir menyasar ditempat yang tak dia ketahui. Ingin sekali rasanya dia menangis karena tidak tau apa yang harus dilakukan untuk kembali pulang. “Hiks hiks… Gimana ini?” Alvira yang kesal memutuskan jongkok dan memeluk lututnya dengan erat, dia dilanda bingung saat ini. Dia menangis sambil memeluk erat lututnya. Tapi, saat dia sedang dalam perasaan sedihnya, tiba – tiba sebuah klakson motor terdengar membuat Alvira tertegun dan mendongakan kepalanya, “Kak Hema?” Pria dibalik helm hitam itu bukan lah Hema, tetapi melainkan pria yang Alvira tendang beberapa waktu lalu. Dia adalah Erik. Pria itu dengan datar memberhentikan motor besarnya dihadapan Alvira. “Naik.” Alvira terkejut dan langsung berdiri sambil mengerjapkan mata menatap pria itu. Dia mendekat dan meneguk salivanya, “Kak Erik nebengin Alvira?” “Hm, cepet. Sebelum gue berubah pikiran!” Tanpa pikir panjang Alvira naik di motor Erik, dan merasa lega. Lalu Erik dengan kencang membawa motornya menjauh dari tempat itu. Alvira merasa jika pria itu memiliki sedikit kemanusiaan terhadapnya, membuat dia lega. “Dia bukan pria jahat, tapi kenapa Kak Hema berantem sama dia?” tanyanya didalam hati dengan heran. Motor yang dikendarain Erik, akhirnya sampai tepat didepan rumah Alvira. Gadis itu turun dan ingin mengucapkan terimakasih. Tapi Erik sudah lebih dulu pergi membuat gadis itu memajukan bibirnya dengan sebal. “Ish, baru aja mau bilang makasih. Udah lah, yang penting selamat sampai tujuan.” Alvira masuk ke dalam rumahnya, “Bun, Alvira pulang!” Bundanya, menatap Alvira yang pulang heran, “Kamu main sama anaknya Bu Rida? Dia ngabarin kamu pulang dianter sama anaknya, tapi kok nggak pulang – pulang. Dasar anak muda.” “Eh nggak main kok Bun…” “Terus? Kok lama pulangnya?” “Em, muter – muter doang tadi.” “Alasan. Yasudah. Sana kamu masuk bersihkan dulu tubuh kamu.” “Oke Bun!” Alvira kemudian naik ke atas kamarnya dan merebahkan dirinya diatas kasur. Dia senang hari ini dia bertemu dengan Hema. Tapi, saat wanita itu datang. Wanita yang tak dia kenal yang bernama Luna, membuat Hema terlihat sangat mementingkan wanita itu. “Siapa wanita itu? Kenapa Kak Hema bertengkar buat wanita namanya Luna? Apakah ada hubungannya dengan Kak Hema?” Alvira sungguh bertanya – tanya didalam hatinya. Dia menjadi aneh, karena dasarnya Hema dan sahabatnya telah memiliki status pacaran. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN