Mendengar jika calon istri Cedrick masih orang dengan kelas sosial tinggi Mereka hanya bisa diam tak berkutik. Mereka tau ARC grup. Perusahaan yang berjalan dengan basis militer. Mereka membuat senjata. Pemasok utama negara-negara besar.
Yah, meskipun hanya perusahaan yang membuat senjata tapi jumlah kekayaannya sangat besar. Mereka yakin. Sebenarnya senjata itu hanya kedok Mereka. Arc grup pasti memiliki beberapa bisnis gelap yang tidak di ketahui seseorang. Mungkin seperti Casino atau apapun yang berbau ilegal.
Medeia memperhatikan orang-orang yang tadi menatapnya rendah termasuk Drizella. Cedrick memegang tangan kiri Medeia, meskipun memakai sapu tangan, tangan itu masih terasa hangat.
“Kakek.. Tolong restui kami. Kami akan menikah.” Kata Cedrick dengan mencium punggung tangan yang terbalut sapu tangan. Cedrick ingin menunjukan jika hubungannya dengan Medeia akan berjalan dengan sangat baik. Jadi kakeknya tidak perlu mengkhawatirkannya lagi.
Medeia tersenyum dengan menatap Cedrick lalu menatap Alen. Jika hanya menunjukan sikap penuh cinta saja, Medeia bisa melakukannya. Spesialisasinya dulu adalah mata-mata, dan pemusnahan. Ia selalu mendapat tugas untuk menyusup jadi dia bisa dengan cepat menyesuaikan dirinya dimanapun.
Tapi satu hal yang di ketahui Medeia. Jika yang disampingnya saat ini tuan mudanya ia tidak akan berani melakukan hal yang serupa. Selesai menyantap makanan di depannya, Cedrick bangun mengajak Medeia berbincang dengan kakeknya bertiga. Sedangkan disisi ruangan lainnya beberapa orang disana ingin membuat rencana agar pernikahan Cedrick dan Medeia gagal.
Cukup lama berbincang akhirnya Mereka memutuskan pulang. Cedrick mengantarkan Medeia pulang. Di dalam mobil Cedrick memberikan Medeia sebuah kartu.
“Besok aku ada pekerjaan. Jadi, Kamu bisa minta bantuan WO untuk pesta pernikahan kita nanti. Ah tapi sebelum itu, apa kepercayaanmu?” Tanya Cedrick.
“Aku tidak punya kepercayaan.” Jawab Medeia. Cedrick menatap Medeia terkejut.
“Aku tidak percaya dengan adanya tuhan.” Kata Medeia lagi dengan ekspresi yang sangat dingin.
“Kenapa?? Apa sejak kecil kau tidak di ajari berdoa?” Tanya Cedrick lagi. Ia benar-benar penasaran dengan perempuan disampingnya.
Medeia menggeleng. Bukan karena tidak di ajari menurutnya sangat lucu saja. Seorang pembunuh bayaran sepertinya berdoa kepada tuhan. Di markas Arc, tidak ada tempat beribadah. Meskipun begitu, ia mempunyai teman dari berbagai agama. Mulai dari Islam, Katolik, protestan, hindu, Budha, Yahudi, dan masih banyak lagi. Bahkan yang tidak beragama juga banyak. Mulai dari yang rajin pergi ke tempat beribadah sampai yang tidak pernah. Toleransi di markas Arc sangat tinggi. Disana Mereka tidak memperdulikan kau berasal darimana, agamamu apa, warna kulitmu apa, kau dari etnis atau suku apa. Kau anak bangsawaan atau kau pengemis. Laki-laki atau perempuan. Markas Arc tidak mengenalnya. Yang Mereka nilai dari sana adalah kemampuan kita. Jika kemampuanmu sempurna maka kau akan menduduki kursi yang tinggi.
Cedrick tidak bertanya lagi.
“Kau bisa mengadakan pernikahan yang kau inginkan. Tapi jika bisa aku tidak ingin pernikahan yang mewah. Cukup keluarga yang datang.” Kata Medeia lagi.
Cedrick menganguk. Ia akan melakukan pernimtaan Medeia.
“Aku tidak tertarik membuat pesta pernikahan.” Katanya lagi.
“Aku tau!” Jawab Cedrick. Medeia sangat dingin.
“Jika hanya kita berdua kau juga tidak perlu berbasa-basi denganku. Aku lebih suka sifatmu yang dingin seperti kemaren.”
“Oke. Aku akan menghubungimu di hari pernikahan nanti.” Kata Cedrick yang kini menghentikan mobilnya tepat di depan rumah utama keluarga Aldebaran.
Medeia keluar dari mobil Cedrick. Ia melihat Alison yang berdiri di balkon. Medeia segera masuk dan bergegas menemuinya. Ia ingin menemani Alison.
“Apa kau menyukai keluarganya?” Tanya Alison.
Medeia tersenyum.
“Yah.. Sepertinya akan cukup menyenangkan. Tatapan Mereka seperti Serigala kelaparan berbulan-bulan.” Jawab Medeia.
“Aku harap kau bisa keluar hidup-hidup dari sana.” Kata Alison dengan tersenyum. Ia menatap Medeia kali ini dan menyentuh rambutnya.
“Aku masih mengingat perkataan Ayah bagaimana caranya melawan Segerumpulan hewan liar yang kelaparan.” Jawab Medeia.
“Aku harap kau akan bersenang-senang disana.” Kata Alison penuh ketulusan.
“Lalu cepatlah pulang.” Katanya lagi.
Medeia menganguk.
“Ayah... Bagaimana keadaan tuan muda?” Tanya Medeia dengan perasaan yang tak nyaman.
“Dia membereskannya dengan cepat kali ini.” Jawab Alison. “Sekarang ia sedang menghukum dan meningkatkan keamanan Markas.”
Medeia lega mendengarnya. Ia senang jika tuan mudanya baik-baik saja.
“Mulai sekarang, sebisa mungkin jangan berurusan dengan Libra.” Kata Alison tegas. Medeia menatap Alison meminta penjelasannya. Tapi Alison diam dan tidak menjelaskan apapun.
*****
Libra berjalan bergegas. Ia baru saja menyepakati pengiriman senjata secara ilegal. Ia menuju ruangannya ditemani oleh Bel yang saat ini bertugas menggantikan Medeia dan Rafael yang tidak disisinya. Rafael sedang di masa pemulihan. Sedangkan Medeia saat ini sedang di bebas tugaskan. Bel, Joan, dan Rafael sudah memaksa Libra agar Libra memanggil Medeia kembali atau mengambil tangan kanan yang baru. Tapi sayang semuanya di tolak oleh Libra.
“Dimana Rafael?” Tanya Libra ke Bel.
“Dia sedang bersenang-senang di bawah.” Jawab Bel.
Libra menganguk lalu menyuruh Bel pergi. Libra menuju ruang bawah tanah. Bau amis darah tercium. Sepertinya Rafael bersenang-senang kali ini. Libra tersenyum miring tebakannya benar. Rafael sedang memotong jari-jari orang yang telah mencampurkan narkoba di obatnya. s**u Stowberry yang selama ini diminum Rafael adalah obat yang dicampurkan dalam s**u. Orang itu berteriak menjerit dan menangis. Berikutnya Rafael merusak wajah seorang perempuan dengan tertawa terbahak-bahak.
“Rafael,” Panggil Libra.
“Bos.” Jawabnya dengan yang langsung menghampiri Libra dengan tersenyum lebar.
“Bos mau ikut??” Tanyanya bak anak kecil. Dibanding anak kecil Rafael mirip anak anjing saat ini. Lihat saja mata yang penuh kesenangan dan binar kehidupan ketika menyiksa orang. Rafael memeluk Libra. Libra membiarkannya meskipun tubuhnya terkena darah dari Rafael.
“Kau sudah minum obat?” Tanya Libra.
“Obat?? Belum. Aku mau minum obat nanti. Aku mau bermain dulu.” Jawabnya yang kini melemparkan pisaunya menusuk ke bahu.
“Wha... Tepat.”Soraknya sangat bahagia.
“jangan lupa minum obatmu. Dan lagi, lukamu masih belum sembuh.”
“Luka di perut ini ya?? Aku baik-baik saja. Bos sibuk? Apa ada yang bisa ku bantu?” Tanyanya antusias.
“Tidak ada.” Jawab Libra. “Bersenang-senanglah.” Suruh Libra dengan mengusap kepala Rafael. Rafael tersenyum. Ia lalu menganguk. Rafael kembali menuju kepada orang yang baru saja di tangkap oleh Libra. Libra kembali ke ruangannya. Tak lama Joan muncul lalu memberikan sebuah Flashdisk. Libra memeriksanya. 2 orang yang memasukan narkoba di obat Rafael adalah suruhan dari kekasih tangan kanan ASY yang pernah ia bunuh. Jadi, waktu itu ia masih menyisakan Serangga yang masih hidup.
Joan memberikan Libra berkas. Libra membukanya.
“Ku dengar Medeia akan menikah dengan Cedric. Bagaimana menurutmu?” Tanya Joan dengan menyalakan rokoknya.
“Biarkan saja.” Jawab Libra cuek. Ia tidak ada waktu mengurusi hal yang tidak penting seperti itu.
“Aneh... Kenapa Mereka bisa menemukan kebiasaan Rafael tapi tidak bisa menemukan apapun tentangku?” Tanya Libra ke Joan.
“Itu karena jika di markas kau selalu memakai soflen sialan itu. Jika diluar penampilan dan kepribadianmu benar-benar berbeda. Keluargamu bahkan tertipu bagaimana dengan orng lain??”
Libra menganguk mengerti. Ia paham sekarang. Ia memang sangat ahli menyamar. Libra melihat halaman selanjutnya. Membaca isinya matanya membulat.
“Bukannya itu sebuah kebetulan yang luar biasa?” Tanya Joan lagi. Libra menatapnya lalu tersenyum miring.
“Benar-benar luar biasa.” Jawab Libra yang kini fokus membaca.
“Ah ya... Aku lupa bilang. Para orang-orang itu mulai mengirimkan perempuan kepadamu. Mereka ingin mengikat kerjasama melalui pernikahan.”
“Lalu?” Tanya Libra curiga.
“Tentu saja aku jawab jika King tidak akan menikah seumur hidupnya. Itu sudah peraturan Arc. Tapi Libra, jika saudara dan sepupumu hanya punya anak perempuan kau akan menjadikan anak perempuan itu sebagai penerusmu? Diantara Ariztia dan Isabella Mereka berdua tidak cocok menjadi pemimpin Arc selanjutnya.”
“Tenang saja Aku masih akan hidup lama. Jadi kau tidak perlu pusing karena penerusku.” Jawab Libra santai.
“Bukankah kalau begitu, kau harus memikiki keturunan?” Tanya Joan.
Libra tertawa mendengarnya. “Sayang sekali, aku tidak cocok berurusan dengan anak kecil.”
“Bukankah lebih menguntungkan jika kau menikah atau punya anak?? Kau akan mendapat 30% saham Adb grup.”
“Tidak menikah pun saham itu akan jadi milikku!! Kau pikir Darrell dan Arlen akan membiarkan 30% itu disumbangkan tepat di depan matanya?? Jangan bercanda. 30% itu bukan jumlah sedikit!”
“Tapi bukankah kau hanya bisa mendapat saham itu lewat pernikahan?? Dan jika kau punya anak tanpa menikah saham itu akan jatuh langsung ke anakmu?”
“Jatuh ke anakku?? Lucu sekali, memangnya sejak kapan aku hobi membuat anak Joan? Aku tidak tertarik dengan para perempuan itu.” Tegas Libra.
“Jadi sebaiknya.. Saat ini kau bersama Rafael menyelidiki siapa dalang di balik Serangga menyedihkan itu. Lalu laporkan padaku.” perintah Libra tegas. Punya anak katanya?? Menikah saja ia tidak pernah membayangkan malah ini punya anak. Tapi jika ia pikirkan lagi apa yang dikatakan oleh Joan benar. Ia tidak bisa menjadikan Dalian menjadi penurusnya karena Dalian hanya pewaris di depan kamera saja. Ia juga tidak bisa menjadikan Isabella karena Isabellalah yang akan menjadi pewaris Adb grup nantinya sebagai pengganti kakaknya. Lalu yang terakhir Ariztia. Azam dan Irenee sangat menyayangi putri semata wayangnya itu. Terlebih rumah Irenee di bawah pengawasan Dadynya langsung. Jadi sangat tidak memungkinkan. Karena hanya dengan menerobos sedikit saja Dadynya akan langsung menuduhnya meskipun tak ada bukti yang mengarah padanya ... Selain itu, kenapa para saudara dan sepupunya itu tidak berencana mempunyai anak lagi??