BAB 6

1521 Kata
Plakkk.... Libra menempeleng perempuan berantakan di depannya yang sedang di tangani kakak iparnya, Azam. Azam menatapnya terkejut. Ia tidak tau jika adik iparnya akan sekasar itu. Perempuan yang di pukul Libra itu tertawa keras sekali. “Sudah ku bilang jangan memancingnya.” “Aku nggak tahan Bos waktu lihat dia.” Jawabnya sembari tertawa yang kemudian melepaskan sesuatu di leher dan wajahnya. Azam melihatnya syok. “Rafael!!” Desis Libra. Rafael melepaskan wignya. “Untungnya dia tidak menusukku sampai mengenai Organ Vitalku. Tolong ambilkan tasku.” Libra mengambil tas Rafael. Yah... Rafael tadi menyamar menjadi perempuan bernama Samara. Rafael meminta tolong Libra mengambilkan barangnya di dalam tasnya. Libra mengambil s**u Stowberry itu memberikannya ke Rafael. Rafael meminum s**u Stowberry itu sembari menerima pertolongan dari Azam. Azam tak mengerti apa yang sedang terjadi. Jadi, Perempuan tadi sebenarnya laki-laki. Ia mengenal laki-laki itu. Rafael tangan kiri King. “Sepertinya aku harus cuti sampai lukaku membaik!” Libra menatap tajam Rafael. Ia tau jika ini juga akal-akan Rafael bisa libur. “Bagaimana kalau kau membawa Medeia kembali?” “Tutup mulutmu!!” “Ayolah... Aku tau kau menyukainya. Lagipula aku juga tau kau tak senang melihat dia tinggal bersama dengan Alison.” Plakk... “Ish.. Aku pasien tau!!” teraiknya. “Sebaiknya aku tadi membiarkanmu mati saja!” Kesal Libra yang langsung duduk di sofa dekat tempat tidurnya. Ia mengunci ruangannya memang. Agar tak ada satupun yang bisa masuk. Disisi lain Alison membantu merawat luka Medeia. Alison tak tau kenapa putrinya sangat marah hanya karena di hina seperti itu. Ia menjahit telapak tangan Medeia. “Apa tangan palsu itu tidak nyaman?” Tanya Alison. “Sedikit. Rasanya sangat berat ketika membawanya.” “Aku akan memesankanmu tangan yang lebih nyaman dari itu.” Kata Alison lagi. “Makasih ayah. Maaf kalau aku tadi membuat keributan.” Alison tak menjawabnya. Selesai mengobati luka Medeia Alison bangun. “Sebaiknya kita pulang saja.” Ucapnya sebelum pergi meninggalkan Medeia sendiri. Ia harus menjauhkan putrinya itu dari keponakannya sejauh mungkin. Medeia menunduk. Harusnya ia tak bertingkah seperti anak kecil tadi. Medeia mengangkat wajahnya. Ia cukup terkejut melihat Irenee yang tiba-tiba sudah ada di sampingnya. “Jangan menunggu adikku seperti orang bodoh Medeia.” “Saya juga tidak ingin seperti ini, tapi saya juga tak bisa mengendalikan perasaan saya nona.” Jawabnya putus asa. “Pemimpin Arc dilarang menikah. Itu sudah peraturannya. Aku yakin kau orang yang paling tau tentang Arc dan adikku. Semua hanya sia-sia kalau kau menunggu sesuatu yang sudah kau ketahui hasilnya.” “Saya tau...” “Cobalah pergi. Mungkin saja adikku akan menyadarinya.” “Apa yang anda maksud menikah dengan Cedric Marvius?” Tanya Medeia yang langsung menyadarinya. “Iya... Bagaimana kalau kau mencoba bertemu dengannya?? Aku yakin kau tidak akan menyesal jika bertemu dulu dengannya.” Rayu Irenee. “Apa anda melakukan ini karena tidak menyukai saya yang menyukai tuan muda?” Tanya Medeia. “Aku menyukaimu. Dan tentu saja aku akan menerima dengan tangan terbuka kalau kau bisa masuk kedalam keluarga kami. Tapi adikku, Kau orang yang sangat mengenalnya dari pada aku. Harusnya kau sudah tau jika dia tidak akan mudah mengubah keputusannya. Cobalah pergi Medeia. Siapa tau adikku akan bergerak dan meraihmu. Sepertinya Libra juga memiliki perasaan yang sama denganmu. Mungkin jika ia merasa posisinya terancam dia akan meraihmu.” “Jika tuan muda tidak bereaksi?” “Kenapa kau tidak mencobanya terlebih dahulu? Aku yakin adikku itu akan bereaksi. Manusia cenderung menyadari hal yang tidak berarti ketika dia kehilangan.” “Apa ayah...” “Kalau itu, urusanku. Tenang saja. Akan ku buat dia mengatakan iya. Sekarang... Bagaiman kalau kau mencoba menemui Cedric?” “Baik... Saya akan mencobanya.” Jawab Medeia. Ia tergiur dengan tawaran Irenee. Mungkin saja Tuan mudanya akan mulai meraihnya. Irenee tersenyum. Ia lalu menggandeng Medeia dan membawanya ke kamar Darrell kakaknya. Disana ada Demira dan Darrell yang memandangnya kesal. Sepertinya Irenee masuk di waktu yang salah. “Isabell dimana?” Tanya Irenee yang menanyakan putri kakaknya itu. “Main bassboll sama Eran, dan yang lainnya. Ada Cyrine dan Rasya yang jagain.” Jawab Demira. Putrinya Isabella sangat dekat dengan putranya Lucas, Eran. Mungkin karena Mereka tinggal berdekatan di bnding yang lainnya. Jadinya Isabella juga dekat dengan Eran. Terlebih Darrell dan Lucas memiliki pandangan yang sama. Mereka berdua ingin menyekolahkan anak Mereka di Inggris bersama. Kadang Demira berfikir apa mungkin suaminya itu juga berniat menjodohkan Isabella dengan Eran. “Oh... Mir, bisa rombak dia nggak??” “Kenapa??” “Medeia mau ketemu Cedric.” Jawabnya yang kemudian menarik kembarannya keluar. Darrell menatap adik kembarnya menyelidik. Apa lagi yang direncanakan Irenee. “Dasar Rubah licik.” Ejek Darrell. Irenee yang mendengarnya langsung menendang kaki kakaknya keras. Darrell mengaduh kesakitan. Irenee tersenyum puas ia lalu mengambil ponselnya dan menghubungi Cedric. ****❤**** Cedric berjalan terburu-buru, bagaimanapun ia telat selama 20 menit. Tadi terjadi rapat yang sangat mendadak mangkanya ia telat. Ia berharap agar pasangan yang dipilihkan Irenee itu tidak marah padanya. Cedric menuju ruangan yang telah di pesan oleh Irenee. Tepat di depannya, Ia membuka pintu tersebut. Ia berjalan masuk, di depan Cedric melihat seorang perempuan berwajah yang mirip boneka sedang duduk manis disana. Irenee bilang perempuan yang di kenalkannya sangat ahli bertarung, tapi perempuan di depannya tidak terlihat seperti itu. Apa Irenee sedang bercanda dengannya. Perempuan itu terlihat tak bisa melakukan apapun. Cedric mendekatinya. “Nona Medeia?” Panggil Cedric. Medeia yang merasa di panggil langsung berdiri. Ia menatap laki-laki di depannya. “Anda Cedric Immanuel Marvius?” Tanya Medeia. Cedric menganguk, ia lalu menyuruh Medeia duduk dan kemudian menyusulnya duduk di depannya. Tak lama pelayan datang membawakan pesanannya. Cedric menatap perempuan itu mengambil garpu dan pisau dengan tangan yang terbungkus sapu tangan. Cedric tak tau, apa yang dikatakan Irenee sebuah kebenaran atau hanya kebohongan semata. Perempuan di depannya terlihat sangat lemah dan tidak bisa berbuat apapun. Yang sesuai hanya, wajah cantik dan dingin disaat bersamaan, dan dia selalu memakai sarung tangan. “Karena saya tidak suka basa-basi. Apa anda bisa berkelahi dan menggunakan senjata?” Tanya Cedric. Medeia menganguk. “Irenee sudah bilang semuanya. Katanya tangan kanan anda hilang karena kecelakaan.” Medeia menganguk kembali. “Katanya anda juga menyukai Libra adiknya.” Medeia menatap Cedric kini. Kunyahan di mulutnya berhenti. Ia mematung terkejut. Cedric ternyata punya mulut yang cukup tajam juga. “Sepertinya benar melihat wajah terkejut anda. Apa Irenee sudah menceritakan kondisi saya??” “Iya. Anda mencari istri tangguh yang bisa mengalahkan anggota keluarga anda yang lain untuk mendapat warisan kekuarga.” Balas Medeia. “Iya.. Itu benar. Jadi, apa kau tau tentang pasanganku sebelum kau?” Tanya Cedric yang seolah tak tersinggung. “Tentu saja saya tau.” “Oke... Kalau begitu, kita bisa buat kesepakatan. Saya merasa cocok dengan anda. Apa anda mau menikah dengan saya?” Tanya Cedric. “Ah, Ya. Karena anda sudah menyukai laki-laki lain. Saya memikirkannya ketika dalam perjalanan kemari. Saya menawarkan pernikahan selama 3 tahun. Selama 3 tahun itu, saya harap anda tidak berselingkuh atau berusaha bercerai dengan saya ketika Libra membalas perasaan anda. Setelah 3 tahun jika anda masih ingin bersama dengan Libra atau laki-laki yang anda sukai. Saya tidak akan melarang. Kita bisa bercerai.” Tawarnya. Medeia cukup terkejut mendengar perkataan Cedric. Cedric orang yang sangat to the point dan tidak berbasa-basi. “Dan anda tenang saja, saya akan tetap bertanggung jawab dengan hidup anda. Saya akan memberikan uang tunjangan yang besar.” Tambahnya. “Kalau uang saya juga punya banyak.” Kata Medeia santai. “Tapi, bagaimana jika Cedric yang menyukai orang lain sebelum 3 tahun berlalu?” “Tidak akan.” Jawabnya mantap. “Anda bisa percaya dengan saya, Saya bukan orang yang b******k seperti itu. Meski ayah saya menikah sampai 3 kali, Saya sangat menjunjung tinggi arti pernikahan. Saya tidak akan meminta perceraian apapun yang terjadi, kecuali anda yang memintanya.” Jawabnya penuh kepercayaan diri. Medeia tersenyum, Cedric lebih menarik dari yang ia pikirkan. “Untuk kesepakatan yang lainnya, bisa kita diskusikan setelah pernikahan.” Katanya lagi. “Bukankah anda terlalu percaya diri?? Saya belum bilang untuk mau menikah dengan anda.” Kata Medeia sembari meminum Winennya. Cedric menatap Medeia terpengarah. Detik berikutnya ia tersenyum. “Saya pikir anda mau menikah dengan saya karena anda memutuskan untuk bertemu saya.” Katanya dengan nada yang sangat formal. Cedric meminum Winenya lalu mengusap mulutnya menggunakan tisu. “Sejujurnya saya sangat tidak suka basa-basi. Anda sama seperti perempuan yang saya temui selama ini. Suka jual mahal agar saya mengejar. Tapi tentu saja saya tidak akan melakukan tindakan seperti itu. Saya tidak tertarik mengejar perempuan seperti itu. Jika anda ingin menikah dengan saya, anda bisa menghubungi saya. Saya yakin nona Irenee sudah memberiman nomor saya.” Katanya yang langsung bangkit dan pergi. Medeia tertawa kecil melihat kepergian Cedric. Beberapa detik kemudian tawanya berganti dengan raut wajah yang sangat dingin. Laki-laki tadi, sudah datang telat dan membuatnya menunggu, berkata seenaknya, lalu berjalan pergi meninggalkannya. Harga dirinya benar-benar tercoreng kali ini oleh sseorang manusia seperti itu. Medeia mendesis. Lain halnya dengan Cedric, sepertinya pertemuan kali ini gagal kembali. Sebaiknya ia tidak membuang waktu lagi. Ia harus segera pulang dan menemui kakeknya yang terbaring sakit.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN