22.30 KST.
Restoran Zia mulai tutup, semua pelayan bersiap-siap untuk pulang termasuk dengan Zia yang menyambar tas punggungnya dan merapikan bajunya yang agak kusut itu. Kemudian Zia dan beberapa pelayan keluar dari dalam restoran. Zia mengunci pintu restorannya dan ia langsung berjalan kearah mobilnya terparkir. Setelah masuk kedalam mobil, Zia langsung melajukan mobil itu dengan kecepatan sedang kearah rumahnya.
“jam sebelas malam” gumam Zia dengan menatap jam tangan yang melingkar dipergelangan tangan kirinya. Setelah melihat jam ditangannya, Zia memutuskan untuk tidak pulang kerumah dahulu. Ia ingin mencari angin segar dan ia melajukan mobilnya pergi kearah sungai Han. Lama ia berkendara hingga akhirnya Zia sampai di sungai Han. Ia keluar dari mobil dan berjalan mendekat menuju aliran sungai. Gadis mungil itu baru tahu jika pemandangan sungai Han dimalam hari itu sangat indah karena ia tidak pernah datang ke sungai Han saat malam tiba. Zia memutuskan untuk duduk disalah satu bangku dan menikmati angin yang berhembus disana. Saat benar-benar asyik menikmati suasana Sungai Han tiba-tiba telinganya mendengar sesuatu.
"b******k KALIAN SEMUA!" teriak seorang lelaki yang membuat Zia penasaran. Gadis mungil itupun beranjak dari duduknya dan mencoba mencari sumber suara yang baru saja ia dengar. Tak lama ia mencari akhirnya ia menemukan dua orang lelaki yang terlibat perkelahian. Kemudian lelaki satunya mengeluarkan pisau dan mulai menusuk lelaki yang sudah lemas itu dengan pisaunya. Zia menutup mulutnya saat melihat adegan dimana lelaki yang menusuk lelaki lemah itu mulai memotong sesuatu didalam perut lelaki lemah.
"k*****t KAU KEVIN PRANATA....Aaarrrggkhhh"
Srek!
Zia tidak sengaja menginjak daun kering yang ada dibawahnya dan membuat dirinya ketahuan mengintip oleh si pembunuh. Kevin-si pelaku pembunuan- itupun memandang Zia dengan tatapan tajamnya. Zia yang melihat tatapan Kevin itupun meringsut mundur karena takut.
"wow aku kira tak ada orang disini" kata Kevin sambil mendekat kearah Zia berdiri.
"ja-ja-ngan me-men-mendekat" gugup Zia dan berjalan mundur menghindari Kevin.
"aku tidak akan melukaimu" Kevin makin mendekat kearah Zia.
"ARGH!" Zia jatuh terduduk didepan Kevin karena berjalan mundur menhindari lelaki tampan itu hingga tidak melihat keadaan dibelakangnya. Kevin menyeringai, ia melangkahkan kakinya lebih lebar agar sampai didepan tubuh Zia dengan cepat. Kevin menundukkan tubuhnya untuk melihat wajah Zia dikegelapan karena pencahayaan yang minim.
"tunggu dulu....bukannya kau gadis yang memarahiku waktu itu, kan?" tanya Kevin sambil mencengkram dagu Zia dan meneliti wajah gadis mungil itu "...ah ternyata benar, kau!" lanjutnya setelah tebakannya benar. Tak ada jawaban dari Zia, gadis mungil itu hanya memandang wajah Kevin yang meneliti wajahnya dengan serius. Tapi, seketika ia ingat ucapan Seunghye tentang lelaki yang bernama Kevin Pranata tadi sore.
"aku tak menghayal namanya Kevin Pranata" begitulah kiranya yang Seunghye ucapkan padanya. Tak hanya itu, Zia juga ingat jika orang yang dibunuh tadi juga menyebutkan nama Kevin Pranata dan Zia tidak mungkin salah dengar tentang nama itu. Apa mungkin lelaki yang dimaksud Seunghye adalah Kevin Pranata yang ada didepannya ini atau orang lain. Ah tidak mungkin orang lain pasti lelaki didepannya ini yang dimaksud Seunghyea, begitulah pikiran Zia menyimpulkan. Jika dugaannya benar maka Zia harus menyuruh Seunghye untuk menjauhi Kevin karena lelaki ini berbahaya.
"hei kenapa kau diam?" tanya Kevin saat ia tidak mendapatkan respon apapun dari Zia. Karena sedang asyik berfikir, Zia sampai tidak tahu jika Kevin sudah menjauhkan wajahnya dari hadapannya.
"kau tidak asyik….waktu itu kau memarahiku dan sekarang kau malah diam saja...apa kau takut padaku?" ejek Kevin. Tidak terima dikatai penakut, akhirnya Zia berdiri dari jatuhnya dan menatap Kevin menantang.
"aku tidak takut sama sekali denganmu!" ucap Zia tanpa ada rasa takut sedikitpun. Hey Zia ingat kau tadi merasa ketakutan dan sekarang kau malah menantang si Kevin itu, dasar kau gadis aneh.
"oh ya….jika aku mengarahkan revolverku kearahmu bagaiman?" tanya Kevin sambil mengarahkan revolvernya tepat kearah d**a kiri Zia.
"ja-ja-jangan coba-coba" Zia menjadi gugup seketika setelah Kevin mengarahkan revolver kearahnya. Hey siapa yang tidak takut jika kau disuguhi dengan benda yang bisa mencabut nyawamu dalam sekejap itu, begitu juga Zia. Ia takut, apalagi ia tidak memiliki pistol dan ilmu bela dirinya pun masih kurang. Hal itu tidak cukup untuk melawan Kevin. Lelaki tampan itu tak bereaksi apapun, ia hanya diam sambil tangannya menarik pelatul revolvernya.
"kau tidak bisa membunuhku"
"oh ya" Kevin berjalan mendelati Zia.
"sebenarnya aku tidak suka jika ada orang lain yang melihat pekerjaanku jadi...." Kevin menggantungkan kalimatnya "...kau har-..."
"aku tidak akan memberitahu siapapun soal ini" potong Zia cepat karena ia tidak mau mati konyol di sungai Han.
"aku tidak mempercayai orang lain...apa lagi dirimu"
"aku berjanji"
"aku tidak suka dibohongi jadi jika kau memberitahu orang lain maka aku akan menghabisimu dengan segera"
"aku mengerti"
"pergilah" entah kenapa Kevin menyuruh Zia pergi dari hadapannya. Zia yang diberi kesempatan itupun mulai beranjak dari hadapan Kevin, tapi baru satu langkah ia berjalan Kevin memukul tengkuk Zia hingga gadis mungil itu tidak sadarkan diri seketika.
"aku tidak akan melepaskanmu dan kau akan menjadi targetku selanjutnya" Kevin mulai membuka kancing atas kemeja Zia dan segera mengukir ‘kelinci’ didada kiri Zia. Jangan berfikir jika Kevin itu m***m, ia hanya membuka dua kancing teratas tidak lebih. Setelah selesai mengukir disana, Kevin beranjak dari hadapan Zia dan meninggalkan Zia begitu saja di sungai Han. Benar-benar Kevin itu lelaki yang tidak punya perasaan.
◽
◾
◽
01.30 KST.
Kediaman Kim.
Hyunjung sedang duduk diruang tamu sambil meminum kopi buatan istrinya-Hana. Ia tampak sangat tenang menunggu anak mungilnya pulang dari restoran miliknya. Beda Hyunjung beda lagi dengan Hana, wanita cantik itu tidak bisa duduk dengan tenang disofa. Ia merasa khawatir dengan anak keduanya itu. Seharusnya Zia sudah pulang sejak satu jam yang lalu, tapi sampai saat ini belum ada tanda-tanda kedatangan gadis mungl itu sama sekali. Hana mulai merasa takut terjadi suatu hal yang buruk kepada anaknya.
"sayang, aku merasa khawatir dengan Zia..." kata Hana pada akhirnya.
"kenapa hmz?" tanya Hyunjung sambil menatap wajah istrinya yang terlihat khawatir.
"seharusnya dia sudah pulang sejak satu jam yang lalu, tapi...” Hana menjeda kalimatnya ”…tapi sampai sekarang dia belum pulang juga"
"Taekwang" mendengar penjelasan Hana, Hyunjung langsung memanggil Taekwang.
"ya tuan" kata Taekwang yang baru sampai didepan pasangan suami istri itu.
"tolong cari Zia....dia belum kembali dari restoran sejak tadi!"
"baik tuan" Taekwang langsung pergi dari hadapan pasangan suami istri itu untuk mencari nona-nya yang belum pulang sampai sekarang. Jujur saja, Taekwang juga merasa khawatir dengan keadaan Zia sejak tadi karena gadis mungil itu belum sampai dirumah. Ia menaiki mobil avanca hitamnya dan mulai mencari Zia direstoran.
◽
◾
◽
Rumah Angga.
Kevin baru saja sampai dirumah besar itu. Ia langsung masuk kedalam setelah memarkirkan motornya digarasi dan baru saja ia masuk kedalam, ia sudah disuguhi dengan pertanyaan dari Angga.
"kenapa kau pergi lama sekali?" tanya Angga yang sejak tadi menunggu kehadiran Kevin diruang televisi.
"maaf hyung, ada sedikit masalah tadi" jelas Kevin sambil duduk disofa single.
"masalah lagi? ada apa sebenarnya dengan aksimu itu? kenapa selalu ada masalah belakangan ini?"
"aku juga tidak tahu, hyung….tapi, aku sudah membereskannya"
"kau membunuhnya?"
"tidak hyung...aku hanya memberikan tanda padanya"
"lalu kau mau apa dengannya?"
“entahlah…kita lihat saja nanti, aku pertgi kekamar dulu, hyung”
“hah, terserah kau, Vin”
“hmz” gumam Kevin sambil berjalan kearah tangga menuju lantai atas. Sampai dikamarnya, Kevin langsung membersihkan dirinya yang terasa lengket. Lama berkutat dengan alat mandi akhirnya lelaki tampan itu keluar dengan menggunakan baju tidurnya. Ia membaringkan tubuh lelahnya diatas kasur dan memandangi langit-langit kamar. Saat sedang asyik melihat langit-langit kamar tiba-tiba bayangan Zia terlintas disana dan membuat Kevin mengucek matanya.
"kenapa aku harus bertemu gadis itu lagi.....sial!" monolog Kevin sambil memejamkan matanya untuk menjemput alam mimpi.
◽
◾
◽
Goo Taekwang mencari Zia kerestoran, tapi tak ada tanda-tanda keberadaan gadis mungil itu disana bahkan restoranpun sudah sangat sepi dan gelap. Ia kembali memasuki mobil dan mulai mencari Zia lagi. Sudah setengah jam, Taekwang memutari tempat-tempat yang pernah ia kunjungi dengan Zia, tapi tidak ada satupun dari tempat itu yang menunjukkan keberadaan Zia dimanapun. Mungkin setelah ini Taekwang akan memasang GPS pada ponsel Zia supaya memudahkannya untuk mencari gadis mungil itu jika ia tidak bersamanya.
Setelah lama mencari akhirnya Taekwang memutuskan untuk pergi ke sungai Han. Entah kenapa ia memikirkan sungai Han saat ini padahal Zia jarang sekali mengajaknya jalan-jalan kesana. Sampai di sungai Han, Taekwang langsung melihat mobil Zia yang terparkir tidak jauh dari mobilnya berhenti. Taekwang keluar dari dalam mobil dan mendekati mobil Zia. Sampai sana, Taekwang tidak menemukan Zia didalam mobil tersebut. Kemudian ia memutuskan untuk pergi mencari Zia disekitaran sungai.
"dimana sebenarnya kau, nona...." monolog Taekwang frustasi saat dirasa tidak menemukan Zia disekitaran sungai. Ia kembali berjalan menyusuri tempat-tempat yang ada beberapa pohon besar disana. Lama ia menyusuri pohon besar, matanya tak sengaja melihat sesuatu.
"apa itu" monolog Taekwang penasaran dengan apa yang ia lihat. Kemudian ia menghampiri sesuatu tersebut untuk memastikan lebih jauh siapakah yang ada disana. Taekwang menganga saat melihat mayat seorang laki-laki dengan banyak sayatan ditubuhnya. Dirasa tidak mengenal mayat itu, Taekwang kembali mengedarkan pandangannya mencari keberadaan nona mungilnya siapa tahu nona-nya itu ada disekitar mayat tersebut. Saat ia mengedar searah dengan jam 11, Taekwang melihat orang lain yang tergeletak disana. Taekwang yang penasaran meninggalkan mayat itu dan berjalan kearah orang yang ia lihat itu.
" Zia nona!" kaget Taekwang saat ia melihat tubuh Zia yang tergeletak disana dengan tak sadarkan diri dan darah yang mengalir dari dadanya. Tanpa pikir panjang Taekwang langsung menggendong tubuh Zia ala bridal dan membawanya kearah mobilnya terparkir. Setelah meletakkan(?) tubuh Zia dikursi belakang, Taekwang-pun bergegas kekursi pengemudi dan langsung menancap gas menuju mention Kim. Untuk masalah mobil Zia, ia bisa menyuruh pengawal lain untuk mengambilnya nanti, yang penting sekarang adalah keselamatan Zia dulu.
Tak butuh waktu lama untuk sampai dimention Kim, Taekwang langsung memarkirkan mobilnya dan keluar dari kursi pengemudi dan langsung menggendong Zia ala bridal masuk kedalam rumah.
"astaga kenapa dengan Zia, Tae?" tanya Hana panik ketika melihat Taekwang masuk kedalam dengan menggendong anaknya. Taekwang tidak menjawab pertanyaan Hana, ia terus membawa Zia kearah kamar gadis mungil itu berada. Sedangkan Hyunjung yang melihat Taekwang menggendong tubuh anaknya itupun langsung menyuruh Dinda untuk memanggil dokter Song-dokter kepercayaan keluarga Kim. Taekwang membaringkan tubuh Zia diatas kasur gadis mungil itu.
"kenapa dengan Zia, Tae?" tanya Hana lagi sambil duduk ditepi ranjang Zia dan melihat keadaan anaknya. Hana yang melihat darah dikemeja Zia itupun merasa khawatir dengan anak mungilnya itu.
"maaf nyonya, saya menemukan Zia nona di sungai Han dan tidak jauh darinya ada lelaki yang sudah tewas" jelas Taekwang.
"siapa?" tanya Hyunjung yang baru bergabung dengan istrinya dan Taekwang dikamar Jinhwan.
"maaf tuan, saya tidak tahu orangnya dengan jelas karena minim pencahayaan"
"tidak masalah, Tae…yang penting Zia sudah kau temukan" kata Hana sambil memegang pundak Taekwang, memberi lelaki itu apresiasi atas kerja kerasnya menemukan Zia.
"Kevin”