Sudah satu bulan ini, Angga berubah terhadap Jeni. Ia tidak lagi menyuruh Kevin atau maid untuk memanggil gadis itu turun untuk sarapan bersama. Angga memilih memanggil gadis itu sendiri dikamarnya, bahkan sekarang Angga memperbolehkan Jeni untuk berjalan-jalan dirumahnya yang luas itu. Jeni sendiri senang-senang saja setelah ia dikurung dikamar tanpa diperbolehkan keluar, sekarang malah ia bisa menikmati udara segar diluar kamar bahkan dihalaman rumah Angga. Meskipun masih didalam rumah, tapi setidaknya Jeni senang tidak dikurung didalam kamar lagi. Sebenarnya Jeni sedikit heran dengan sikap Angga yang berubah saat malam itu, tapi Jeni tidak ambil pusing tentang hal itu yang penting ia tidak dikurung didalam kamar lagi. Siapa tahu nanti ia diajak Angga keluar rumah entah itu jalan-jalan atau mengikuti lelaki itu keclub atau keperusahaan lelaki itu. Jeni berharap itu terwujud karena kemungkinan besar ia bisa bertemu dengan adiknya atau bahkan mungkin orang tuanya.
◾◾
Saat ini Jeni sedang berada ditaman belakang dengan kookie-anjing milik Kevin. Ia sangat senang bisa bermain bersama anjing itu karena berkat kookie, Jeni bisa tersenyum dan bahkan tertawa lagi. Ia juga tidak lagi merasa kesepian berada dirumah bak neraka milik Angga. Ya, biasanya orang akan bilang rumah itu adalah istana, tapi berbeda dengan Jeni yang menganggap rumah Angga itu adalah neraka karena biasanya ada pembunuhan dirumah itu.
Jeni tidak menyanka jika orang seperti Kevin bisa memiliki anjing peliharaan seimut kookie. Apalagi kookie selalu menurut dengan semua yang dikatakan oleh Jeni. Mereka berdua kini sedang bermain bersama, dengan kookie yang duduk dipangkuan Jeni. Angga yang melihat Jeni tertawa bersama kookie itupun membuatnya tanpa sadar menyunggingkan seulas senyum tipis-sangat tipis hingga tidak ada seorangpun yang tahu jika ia sedang tersenyum.
"hyung, apa kau yakin ingin mengajaknya kepesta Jiyong hyung nanti?" tanya Kevin yang langsung membuyarkan lamunan Angga tentang Jeni.
"tentu saja aku yakin.." jawab Angga penuh keyakinan.
"tapi, hyung bukannya orang tua Jiyong hyung berteman dengan keluarga Kim jadi dapat dipastikan mereka akan melihat Jeni disana nanti"
"kita lihat saja dua bulan nanti seperti apa…" jawab Angga dengan seringaian yang tercetak jelas diwajahnya dan Kevin tahu makna seringaian dari lelaki itu.
◽
◾
◽
Satu bulan ini, Zia terus berlatih menembak dan ilmu bela diri bersama ayahnya dan tentu saja ada Taekwang juga disana. Hyunjung mengajari Zia ilmu bela diri disalah satu ruangan dirumah mereka. Ia sedikit takjub dengan perkembangan Zia selama ia latihan, meskipun masih sedikit lemah dan kurang akurat, tapi gadis mungil itu bisa menguasai apa yang Hyunjung ajarkan.
"kau menguasainya dengan baik, sayang" puji Hyunjung setelah meraka menyelesaikan latihannya.
"terimakasih appa...bisa kita sudahi ini….aku kasihan dengan Seunghye yang mengurus restoranku sendirian, appa?" kata Zia.
"hmz….appa kira dia sudah kembali kemall-nya"
"sudah aku suruh, tapi dia tetap tak mau dan keras kepala"
"baiklah, tapi hari ini tanpa Taekwang ya! Karena appa ada urusan dengannya"
"baik appa...lagi pula aku sudah pandai melindungi diriku sendiri"
"selalu hati-hati, sayang" Hyunjung mengelus kepala anak mungil itu dengan lembut.
"baik appa...aku pergi"
Setelah kepergian Zia, Taekwang mulai mendekati Hyunjung.
"sudah siap, tuan?" tanyanya.
"sudah.....ayo kita berangkat" kata Hyunjung yang langsung melangkah keluar dari ruangan tersebut.
◽
◾
◽
Seunghye sebulan ini telah membantu Zia diretoran milik gadis mungil itu. Meskipun Zia selalu menolak, tapi Seunghye tetap kekeh ingin membantu Zia disana. Belakangan ini Seunghye selalu merasa khawatir dengan sifat Zia yang sering tidak terkontrol, Kadang judes, kadang bersikap baik, kadang bawel dan kadang diam tanpa berkata sedikitpun padanya atau bahkan pada orang lain. Hal itu membuat Seunghye mengabaikan mall-nya dan memilih membantu Zia. Tapi, tidak jarang pula Seunghye ditinggal sendiran direstoran seperti sekarang ini misalnya, ia sendirian dibalik meja kasir. Semua pelayan tidak memperbolehkannya untuk bekerja melayani pelanggan, ia cukup duduk dimeja kasir dan melayani pelanggan yang membayar saja. Hal itu dilakukan atas perintah dari Zia sendiri karena Zia tidak mau Seunghye kelelahan hanya karena mengurus restoran-nya tanpa mengurus mall-nya sendiri.
"ini saya buatkan minuman untukmu, nona" kata salah satu pelayan sambil meletakkan minuman diatas meja kasir.
"gomawoyo(10) " kata Seunghye.
"ne(11) nona...saya kembali bekerja dulu"
Setelah kepergian pelayan itu, barulah Seunghye meminum minuman yang diberikan padanya. Hari ini restoran Zia sangat ramai jadi ia sedikit merasa lelah dan haus. Syukurlah karyawan Zia pengertian jadi ia tidak perlu merasa kehausan atau kelaparan saat berada disini.
◽
◾
◽
Kevin pov.
Aku saat ini sedang berada disebuah mall untuk mencari gaun dan high heels untuk gadis menyebalkan yang disandra oleh Angga hyung itu. Jika saja bukan karena Angga hyung, aku tidak akan berada disini. Jika aku tahu bekerja sebagai tangan kanan seorang mafia seperti ini mungkin aku tidak mau bekerja menjadi tangan kanan mafia.
"hah" aku menghela nafas kasar karena merasa lelah setelah berjam-jam mencari guan dan high heels untuk Jeni. Aku melihat jam yang bertengger dipergelangan tanganku.
15.00 KST.
"ah ternyata aku melewatkan makan siangku...pantas saja sekarang perutku lapar sekali" monologku sambil keluar dari dalam mall.
Setelah dari mall aku memutuskan untuk pergi mencari restoran terdekat dari mall tersebut. Aku menaiki motorku dengan kecepatan sedang dan gotcha! Aku menemukan restoran yang tampak asing bagiku karena aku belun pernah makan disana. Aku mulai memarkirkan motorku dan berjalan memasuki restoran. Saat aku masuk kedalam, aku disambut ramah oleh pelayan yang berada dipantri. Aku mencari tempat duduk yang nyaman dan seorang pelayan menghampiriku dengan membawa note kecil.
"selamat datang" sapanya padaku.
"aku pesan satu spageti, satu pizza ukuran sedang dan strawbery milkshake" kataku yang langsung dicatat oleh pelayan tersebut.
"kami akan membuatnya...tolong tunggu sebentar" katanya lagi dan pergi dari hadapanku.
Selama menunggu pesananku datang aku sibuk menatap setiap penjuru restoran. Ternyata restoran ini tidak buruk. Banyak sudut-sudut menarik yang bisa dibuat foto dan banyak barang-barang antik yang tersusun rapi disebuah rak besar dan juga lampu kerlap-kerlip yang menghiasi berbagai tempat dan menambah kesan cantik direstoran ini. Bahkan meja pantripun juga dihiasi berbagai bunga kecil dipot kecil. Saat aku sedang fokus melihat meja pantri aku melihat seorang gadis yang berada dibalik meja kasir. Dia terlihat cantik, tapi terlihat judes juga disaat bersamaan. Mungkin aku bisa berkenalan dengannya nanti. Tak lama pesananku datang dan aku langsung memakannya dengan lahap karena aku sangat lapar sekarang.
Kevin pov end
Kevin berjalan kearah meja kasir setelah menghabiskan semua makanannya. Ia merasa kagum dengan rasa dari makanan di restoran ini. Sangat enak dan berbeda dari restoran yang pernah ia kunjungi. Mungkin lain kali Kevin akan pergi lagi kerestoran tersebut. Ia mendekati meja kasir untuk membayar makanan yang tadi ia pesan.
"meja nomor berapa?" tanya Seunghye pada Kevin saat lelaki tampan itu sudah berada didepan meja kasir.
"boleh aku tahu namamu?" bukannya menjawab pertanyaan Seunghye, Kevin malah balik bertanya.
"eeh untuk apa?" heran Seunghye.
"hanya ingin kenal saja"
Entah kenapa mendengar jawaban dari Kevin membuat wajah Seunghye memanas seketika.
"oh...aku Lee Seunghye" jawab Seunghye dengan sedikit gugup.
"namaku Kevin Pranata"
"eemz salam kenal Kevin-shi"
"berapa makananku?"
"35,000 won"
"ini" kata Kevin sambil memberikan beberapa lembar uang kepada Seunghye yang langsung diterima oleh gadis cantik itu dengan senyum yang merekah diwajah cantiknya membuat Kevin tidak sadar ikut tersenyum padanya. Padahal dia jarang tersenyum pada orang lain sebelumnya.
Setelah membayar semuanya, Kevin langsung pergi meninggalkan Seunghye yang masih menatapnya sampai punggung Kevin tidak terlihat lagi oleh penglihatannya. Katakan saja Seunghye tertarik dengan Kevin karena lelaki itu merupakan tipenya. Seunghye masih melamun ditempatnya dan tidak menyadari kedatangan Zia. Gadis mungil yang baru datang itup un menyernyitkan dahi ketika melihat Seunghye yang senyum-senyum sendiri seperti orang gila.
"Kau tak apa, Lee?" tanya Zia yang langsung membuyarkan lamunan Seunghye.
"eh emz i-iya aku tak apa-apa, Zi" gagap Seunghye yang baru menyadari kedatangan Zia.
"aneh"
"hehe, tapi ngomong-ngomong terimakasih ya…..berkat kau, aku jadi bisa berkenalan dengan lelaki tampan"
"menghayal"
"aku tidak mengkhayal…namanya Kevin Pranata"
"terserah....kau boleh pulang aku tidak mau merepotkanmu lagi, Seung-ie"
"aku tidak masalah direpotkanmu, Zi....asal aku bisa bertemu dengannya lagi nanti"
"terserah kau sajalah"
"baiklah aku pulang"
"hmz hati-hati"
Seunghye akhirnya meninggalkan Zia dimeja kasir menggantikan posisinya tadi. Tak ada yang menarik setelah itu. Hanya ada pengunjung yang datang silih berganti untuk mengisi perut mereka yang lapar dan pengj]unjung juga terlihat ramai seperti biasa
◽
◾
◽
Kediaman Angga.
Kevin memarkirkan motornya dan bergegas keruangan Angga untuk memberikan belanjaannya pada lelaki itu.
Tok tok tok
"masuklah"
Kevin masuk kedalam ruangan Angga setelah dipersilahkan oleh si pemilik ruangan.
"ini hyung, aku sudah membelikan apa yang kau mau" Kevin meletakkan paperbag itu diatas meja kerja Angga.
"gomawo, Kevin"
"tidak masalah, hyung"
Setelah memberikan paperbag itu pada Angga, Kevin pergi dari ruang kerja tersebut dan berjalan kearah kamarnya untuk mengistirahatkan tubuhnya yang lelah. Sedangkan Angga langsung pergi kekamar Jeni berniat untuk memberikan bingkisan yang tadi dibelikan oleh Kevin.
"apa aku mengganggumu?" tanya Angga setelah masuk kedalam kamar Jeni begitu saja.
"tidak juga" jawab Jeni.
"kalau begitu….ini untukmu…." Angga memberikan paper bag yang tadi ia bawa kearah wajah Jeni.
"apa ini?"
"buka saja setelah ini...aku pergi dulu"
Angga langsung pergi dari kamar Jeni sedangkan gadis itu menatap paper bag dan Angga yang pergi bergantian. Setelah beberapa saat ia terdiam, Jeni mulai membuka tas belanjaan tersebut dan betapa terkejutnya ia melihat gaun berwarna putih yang berpadu dengan warna pink selutut dan jangan lupakan kotak sepatu yang ada dibawah gaun tersebut. Ia mengambil kotak sepatu itu dan membukanya. Lagi-lagi Jeni terkejut dengan isi yang ada dikotak sepatu itu. High heels dengan warna pink yang senada dengan gaun tadi.
"kenapa dia memberikanku ini semua...aneh!" monolog Jeni sambil berfikir tentang sifat aneh Angga. Jeni yang tidak mau memikirkan tentang hal itu terlalu lama itupun langsung mencoba gaun selutut itu dengan heels-nya juga.
◽
◾
◽
Waktu sudah menunjukkan pukul 23.30 KST. Kevin mulai melakukan aksinya lagi.
"antarkan aku ke sungai Han, tuan" kata lelaki yang baru saja memasuki mobil.
"baik tuan" balas Kevin sopan. Malam ini, Kevin menyamar menjadi seorang supir taxi yang dipesan oleh Mingjue-lelaki yang baru memasuki taxi tadi. Kevin menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang kearah sungai Han.
"bisakah kau cepat sedikit" pinta Mingjue.
"baik tuan" Kevin menuruti keinginan Mingjue dan mereka sampai di sungai Han dengan cepat.
"terimakasih…..ini dan kembaliannya ambil saja" kata Mingjue dan turun dari dalam mobil dengan terburu-buru. Sampai ia tak sadar jika Kevin juga turun dari mobil dan mengikutinya.
Mingjue sampai disebuah pohon besar tempat ia mengadakan janji dengan seseorang. Dan ia tidak melihat ada tanda-tanda kehadiran orang itu disana. Ia meraih ponselnya dan berniat menghubungi orang yang mengajaknya bertemu, tapi sebelum benda persegi itu sampai ditelinganya, ada sebuah peluru yang melesat mengenai pergelangan tangannya dan membuatnya menjatuhkan benda persegi itu ketanah.
"sial! Tunjukkan dirimu jangan bersembunyi" teriak Mingjue sambil memegangi tangannya yang berdarah.
Kevin-sang pelaku penembakan- itupun keluar dari persembunyiannya dan berjalan santai mendekati Mingjue.
"oh ternyata kau"
"selamat malam tuan Mingjue"
"cukup basa basinya aku akan menghabisimu sekarang juga" kata Mingjue yang langsung menyerang Kevin begitu saja. Kevin hanya tersenyum kecut mendengar perkataan Mingjue barusan. Ia menghindari serangan Mingjue dengan mudah.
"kau yang akan mati ditanganku, Mingjue-shi" kata Kevin sambil menyeringai. Kevin menyerang Mingjue dengan tangan kosongnya. Ia memukul dan menendang tubuh Mingjue hingga lelaki paruh baya itu babak belur hingga tidak punya kekuatan lagi untuk melawan Kevin.
"kau tidak akan mengirakan jika ini jebakan Mingjue-shi" kata Kevin.
"apa maksudmu uhuk?"
Kevin kembali menendang perut Mingjue hingga lelaki itu batuk dan mengeluarkan darah.
"orang yang menyuruhmu datang kesini...” Kevin menjeda ucapannya “….dia menjebakmu" lanjutnya sambil menendang tubuh Mingjue lagi.
"dasar b******k! jangan fikir aku tidak tahu namamu, b******k…" teriak Mingjue.
Kevin sedikit terkejut dengan perkataan Mingjue barusan. Ia kembali menendang tubuh Mingjue hingga lelaki paruh baya itu mengeluarkan banyak darah dari mulutnya. Kemudian dia mengeluarkan pisau yang ada didalam saku celana jeansnya dan langsung mengarahkan pisau tersebut keperut Mingjue, tapi dapat ditahan oleh Mingjue dengan tangannya.
"percuma saja tanganmu akan berdarah juga, tuan" seringai Kevin dan menekan pisaunya lebih dalam agar menembus perut Mingjue.
"sial! b******k kau!" umpat Mingjue.
Kevin menekan pisaunya lebih kuat lagi hingga pisau itu benar-benar menembus perut Mingjue.
"k*****t kau Kevin Pranata.....Aaaaarrgghhh" teriak Mingjue saat pisau itu ditarik Kevin keluar dari perut Mingjue hingga membuat tangan lelaki itu berdarah akibat goresan dari pisau Kevin.
“kita lihat, kau bisa bertahan sampai mana, tuan Mingjue” kata Kevin yang melihat Mingjue masih bisa bernafas meskipun tersengal-sengal. Lalu Kevin kembali menusuk perut Mingjue dan mengoyak perut tersebut hingga terbuka. Mingjue sudah tidak bernyawa lagi sekarang. Kevin tersenyum puas bisa menyelesaikan tugasnya dengan baik dan ia bersenang-senang dengan hal itu.
“sentuhan terak-
Srek!