23.12 KST.
Kevin sudah berada disebuah kamar didalam club yang agak jauh dari bar yang Angga tempati. Lelaki tampan itu menunggu seorang lelaki yang selalu datang keclub tersebut untuk memuaskan nafsunya dengan wanita malam disana. Karena merasa bosan, Kevin memilih untuk berbaring diranjang sambil memainkan ponselnya. Ia memainkan game yang baru-baru ini ia mainkan sambil melantunkan lagu favoritnya. Lama dalam posisi seperti itu, akhirnya orang yang Kevin tunggu datang juga.
"kalian lama sekali" kata Kevin sambil bangun dari acara berbaringnya.
"kau siapa?" tanya lelaki yang baru saja masuk dengan seorang wanita yang berada dipelukannya.
"tidak perlu tahu siapa aku....” jeda Kevin sambil menyeringai kearah lelaki itu.
“apa maumu?” tanya lelaki itu yang mengerti maksud seringaian Kevin.
“mauku adalah…..” lagi-lagi Kevin menjeda ucapannya dan menerjang tubuh lelaki paruh baya itu dengan pisau yang mengarah keperut lelaki itu “….adalah nyawamu"
“aaarrrggghhh” teriak lelaki paruh baya itu dan wanita yang ada dipelukannya itu menjauh sambil menutupi mulutnya dengan kedua tanganya. Wanita itu benar-benar takut sekarang. Ia berniat berlari keluar kamar itu sebelum,
“aaarrgghhh” Kevin melemparkan pisau kearah kaki wanita itu yang membuat wanita itu tidak bisa berjalan dan terduduk dilantai sambil memegangi kakinya yang tertancap pisau.
“aku tidak suka orang yang melihat pekerjaanku lari begitu saja dari hadapanku” kata Kevin sambil melirik kearah wanita itu sekilas. Ia kembali kelelaki tua yang sekarang tergeletak dilantai.
“aku tidak suka bekerja ditempat umum seperti ini, jadi mari kita akhiri semuanya dengan cepat” Kevin mengeluarkan revolvernya dan menembak dahi lelaki paruh baya itu tanpa bunyi tembakan yang keluar dari revolvernya. Setelah selesai dengan silelaki paruh baya, Kevin beralih kewanita yang masih duduk ditempat yang sama.
"ja-ja-jangan m-me-mendekat" gagap wanita itu
"kenapa hmzz? Kau takut padaku?" tanya Kevin sambil berjongkok didepan wanita itu.
"a-a-aku-"
“karena kau sudah melihatnya…..
“aarrgghhh” Kevin berdiri dari jongkonya dan langsung menembak wanita itu tepat didada kiri wanita itu.
“membosankan” gumamnya ketika melihat kedua mayat yang baru saja ia bunuh. Setelah itu ia pergi dari kamar itu tanpa ada orang yang mencurigainya sama sekali. Kali ini Kevin benar-benar merasa membosankan dan kenapa juga ia harus menerima pembunuhan ini. Jika saja bayarannya tidak membuatnya tertarik mungkin ia tak akan menerima pekerjaan yang membosankan ini.
◽
◾
◽
Kevin sampai dibar tempat ia meninggalkan Angga tadi. Ia segera masuk kedalam bar tersebut dan menuju ruangan yang Angga dan Hoseok tempati. Setelah tiba didepan ruangan itu, Kevin langsung membuka pintu dan masuk kedalam ruangan tersebut. Kemudian Kevin langsung duduk disebelah Angga dan menatap kearah Hoseok dengan pandangan yang sulit diartikan.
"oh kau sudah kembali, Kevin-shi" kata Hoseok yang melihat Kevin menatapnya aneh.
"iya tuan" jawab Kevin dingin.
Hoseok yang merasa paham dengan tatapan Kevin itupun menyuruh Lea untuk duduk sendiri disebelahnya.
"sayang bisa kau duduk sendiri" kata Hoseok lembut. Lea menurut dan mencebikkan bibirnya tanda ia sedang merajuk. Sebenarnya gadis manis itu tidak mau duduk sendiri, tapi melihat tatapan lelaki yang baru saja datang itupun membuat nyali Lea menciut.
"maafkan kekasihku, Kevin-shi" kata Jungkook kepada Hanbin sambil mengelus punggung Jimin.
"ne tidak masalah, tuan" balas Kevin dan kembali memasang wajah normalnya.
"bagaimana pekerjaanmu, Vin?" tanya Angga.
"sangat membosankan, hyung….aku tidak bisa membunuhnya dengan pisau" jawab Kevin.
"ehemz….maaf Angga-shi…..bisakah kau tidak membahas masalah itu didepan Lea?" tanya Hosoek sambil menenangkan Lea yang tubuhnya gemetar dipelukannya.
"oh maafkan aku, Lea-shi….aku tidak akan membahasnya lagi" kata Angga meminta maaf pada Lea.
Lea hanya mengangguk sebagai jawaban dan mulai melepaskan pelukannya karena ia tak mau lelaki disebelah Angga menatapnya seperti tadi.
"baiklah mari kita lanjutkan acara makannya" Hoseok kembali berucap dan diangguki oleh Angga. Mereka lalu menikmati makanan yang beberapa saat mereka anggurkan itu.
◽
◾
◽
Malam ini, Seunghye berkunjung kerumah Zia. Ia berniat melepas rasa rindunya kepada kedua orang tua Zia jadi ia memutuskan untuk datang kerumah gadis mungil itu dengan membawa makanan untuk orang tua Zia tentunya. Sampai dikediaman Kim, Seunghye memarkirkan mobilnya ditempat parkir mobil yang terletak disisi kanan halaman rumah Zia. Bayangkan saja jika rumah Zia itu besar dan luas bahkan kalian bisa bersepeda dihalaman depan rumahnya tanpa perlu bersepeda di luar rumah. Jadi tak ayal jika rumah itu memiliki tempat parkir mobil dan garasinya sendiri. Setelah memarkirkan mobilnya, Seunghye keluar dan langsung berjalan menuju kediaman utama keluarga Kim. Ia lalu menekan bel rumah tersebut. Tak lama pintu terbuka dan menampilkan Hana dengan pakaian khas rumahan.
"oh Seunghye..." kejut Hana sambil memeluk tubuh ramping Sunghye "...kapan kau sampai, sayang?" lanjutnya sambil melepas pelukan mereka berdua.
"kemarin ahjuma(9)" jawab Seunghye singkat.
"ayo masuk...Zia dan ayahnya sedang berada diruang televisi" Hana mengajak Seunghye masuk kedalam rumah dan menghampiri Hyunjung dan Zia diruang televisi.
"selamat malam ahjushi" sapa Seunghye pada Hyunjung.
"oh Seunghye....kenapa kau makin cantik saja, sayang" balas Hyunjung sambil tersenyum kearah Seunghye.
"hehehe....” Seunghye hanya terkikik mendengar perkataan ayah Zia itu.
“…oh ya ini ahjum, aku bawakan makanan untuk kalian" kata Seunghye sambil menyerahkan bingkisan makanan yang ia bawa kepada Hana.
"tidak usah repot-repot sebenarnya, sayang….tapi, terimakasih ya…." kata Hana sambil menerima bungkusan dari tangan Seunghye. Wanita paruh baya itu kemudian pergi kedapur untuk memindahkan makanan yang Seunghye bawa dan membuat minum untuk keluarganya itu.
Tak lama kemudian, Hana kembali keruang televisi sambil membawa nampan penuh dengan makanan dari Seunghye dan diikuti oleh Dinda dibelakangnya dengan membawa nampan penuh minuman. Setelah meletakkan minuman diatas meja, Dinda meninggalkan ruang televisi dan membiarkan keluarga Kim itu menikmati camilan sambil menonton televisi. Mereka menonton televisi sambil bercanda gurau seperti sebuah keluarga yang lengkap, tapi tidak bagi Zia. Gadis mungil itu hanya sesekali tertawa selebihnya ia hanya diam menatap televisi yang menyala.
"Zia, apa kau tidak apa-apa, sayang?" tanya Hana ketika melihat anaknya itu hanya diam saja sedari tadi.
"aku baik eomma" jawab Zia singkat.
Hyunjung yang mendengar jawaban Zia itupun merasa sedih. Ia tahu bahwa anaknya itu pasti merindukan kakaknya, tapi dia juga tidak tahu harus melakukan apa agar anaknya itu kembali seperti dulu. Bahkan ia tak tahu dimana Jeni berada saat ini, bagaimana keadaannya? Apakah ia masih hidup atau sudah mati?. Bahkan anak buahnya saja tidak bisa menemukan keberadaan anak pertamanya itu sampai sekarang. Dan lagi Hyunjung menyewa seseorang yang ia tugaskan untuk mencari keberadaan Jeni dan sampai sekarang masih belum ada kabar.
◾◾
Malam ini, Seunghye berniat menginap dirumah keluarga Kim karena ia ingin menemani Zia yang tampak tidak baik-baik saja sejak tadi. Ia sekarang sudah berada dikamar Zia. Mereka berdua berbaring diatas kasur king size milik Zia.
"Zi, apa terjadi sesuatu padamu?" tanya Seunghye.
"tidak ada…lebih baik kau tidur, Seung-ie.... " kata Zia ambil merubah posisi membelakangi Seunghye. Seunghye yang mendengar jawaban Zia itupun diam sambil menatap langit-langit kamar.
◽
◾
◽
Disisi lain.
Disebuah kamar dikediaman Angga, tepatnya dikamar Kim Jeni. Gadis itu sedang menangis karena merindukan kedua orang tua dan adiknya. Ia meringkuk didalam selimut yang menutupi sebagian badannya sambil menangis menyebut nama Zia dan kedua orang tuanya berkali-kali. Hingga tanpa ia sadari Angga yang baru saja pulang itu sudah berada didalam kamarnya sambil melihatnya menangis.
"kenapa kau menangis?" Tanya Angga dan mengagetkan Jeni membuat gadis itu bangun dari tidur meringkuknya.
"bukan urusanmu!" jawab Jeni ketus.
"masih saja ketus padaku"
"terserah diriku...kau tak pantas diperlakukan baik olehku!"
"lalu kau pantas diperlakukan baik begitu?" tiba-tiba Kevin datang dan berkata dingin pada Jeni.
"Kevin!" bentak Angga ketika lelaki tampan itu akan mengeluarkan sesuatu dari saku celananya.
"hyung, aku lelah dengannya dan sikapnya itu"
"jangan lakukan apapun padanya"
"kenapa hyung selalu saja begitu"
"jika kalian hanya berdebat dikamarku lebih baik kalian pergi dari sini!" usir Jeni yang merasa muak dengan kedua lelaki didepannya ini.
"wow dia mengusir kita" kata Angga yang terkejut dengan usiran Jeni barusan.
"dia mengusirmu, hyung"
"yaish kalian bisa diam tidak!" bentak Jeni yang lupa siapa yang ia bentak itu.
"iya kami diam puas kau!" bentak Kevin balik yang langsung membuat nyali Jeni menciut seketika. Setelah membentak Jeni, Kevin pergi dari kamar tersebut dan meninggalkan Jeni bersama dengan Angga didalam kamar. Angga berjalan mendekati ranjang Jeni dan duduk ditepian ranjang sedangkan Jeni sudah meringkuk dikepala ranjang, takut dengan Jiwon.
"aku kira Soohee sudah menasehatimu, tapi-
"dia memang menasehatiku, tapi aku tidak mau melakukannya" potong Jeni.
"kenapa?"
"karena aku tidak ingin melakukannya"
"oh begitu ya….baiklah berarti kau ingin melihat mayat kedua orang tuamu besok pagi" kata Angga kelewat santai.
"maksudmu?" tanya Jeni tidak mengerti dengan maksud Angga.
"kau bisa memilih antara orang tuamu atau dirimu yang menuruti keinginanku?" tanya Angga sekali lagi sambil mendekat kearah Jeni.
"jangan menyentuh keluargaku"
"kalau begitu pilihlah"
Jeni bingung harus memilih yang mana. Ia tidak mau melihat keluarganya dibunuh karena ia masih ingin melihat keluarganya suatu saat nanti dan ia juga tidak mau menuruti dan berperilaku baik pada Angga karena lelaki itu sulit ditebak dan sangat berbahaya. Apalagi ia tidak tahu apa yang Angga inginkan darinya.
"baiklah aku akan menurutimu" putus Jeni pada akhirnya. Ia tidak ada pilihan lain selain menyetujui permintaa Angga agar keluarganya aman dari lelaki kejam itu.
"good girl"
"tapi, jangan menyentuh keluargaku…terutama adikku" cicit Jeni meminta Angga untuk tidak menyentuh keluarganya.
"baiklah" kata Angga menyetujui permintaan Jeni, Tanpa Jeni sadari Angga bergumam dalam hati tentang sesuatu hal yang belum ia lakukan selama empat tahun ini. Angga tiba-tiba mendekat kearah Jeni berada. Ia terus mendekat hingga wajah mereka berdua berjarak lima senti.
"ma-mau a-apa kau?" gugup Jeni yang merasakan nafas Angga mengenai wajahnya. Tidak ada jawaban dari Angga, lelaki itu malah semakin mempersempit jarak diantara mereka dan detik berikutnya, Angga berhasil menempelkan bibirnya kebibir tipis milik Jeni. Hanya menempel dan tidak ada gerakan yang berarti dari Angga. Sepuluh menit mereka saling diam dengan bibir yang saling menempel itupun membuat Angga melepas ciumannya dari bibir Jeni.
“manis” gumam Angga tepat didepan bibir Jeni. Gadis itu yang mendengar gumaman Angga itupun merasa wajahnya memerah, malu.
"apa yang kau lakukan?" cicit Jeni.
"menciummu apa lagi" jawab Angga yang terlewat santai sambil menjauh dari tubuh Jeni.
"tapi, itu ciuman pertamaku"
"bagus kalau begitu"
"APA! Hei aku mau dicium oleh lelaki yang aku cintai bukan kau"
"kalau begitu akan kubuat kau menyukaiku"
Setelah mengatakan itu Angga beranjak dari ranjang Jeni dan pergi meninggalkan gadis itu yang masih mencerna ucapan Angga barusan.
"MAFIA b******k!" Teriak Jeni sambil melempar bantal kearah pintu yang baru saja ditutup oleh Angga. Angga yang mendengar teriakan Jeni itupun tersenyum sambil berjalan kearah kamarnya yang ada disisi lain anak tangga lantai atas.
◾◾
Dikamar Kevin, lelaki tampan itu sedang memainkan ponselnya sambil berbaring diatas kasurnya. Ia juga sedang memikirkan sesautu yang mengganggunya belakangan ini. Ia merasa aneh dengan Angga akhir-akhir ini. Tidak pernah sekalipun Kevin melihat Angga berbuat baik kepada Jeni. Meskipun terkadang ia melihat Angga datang kekamar gadis itu, tapi Kevin tidak tahu apa yang Angga lakukan didalam sana dengan gadis itu. Kevin beanr-benar tidak menyukai Jeni karena bisa saja gadis itu memanfaatkan Angga agar dia bisa keluar dari rumah besar ini. Kevin tidak bisa membiarkan Angga dimanfaatkan oleh gadis itu. Ia harus mencegah kemungkinan yang buruk itu sebisa mungkin.
Kevin meletakkan ponselnya diatas nakas dan bersiap untuk tidur karena ia lelah hari ini mengikuti Angga dan melakukan pekerjaan yang seharusnya ia lakukan. Kevin mulai memejamkan matanya untuk tidur, tapi baru saja ia memejamkan matanya ia kembali membuka mata.
“sial” umpatnya ketika tak sengaja bayangan Zia muncul dikepalanya.
“oh, aku baru sadar jika lelaki yang bersamanya itu membawa boneka kelinci yang besar…” katanya ketika mengingat kejadian dimana ia dan Zia saling beradu mulut.
“tapi, boneka itu lucu juga” tanpa disadari Kevin tersenyum ketika melihat boneka kelinci besar itu dan ia juga membayangkan bagaimana jika Zia yang memiliki badan mungil memeluk boneka kelinci itu.
“cute” gumamnya tanpa sadar.
“heeeeeeeeeee…kenapa aku jadi memikirkan dia? hah…waktunya tidur Kevin” kata Kevin ketika sadar akan apa yang ia pikirkan dan bayangkan. Ia kemudian menyelimuti seluruh tubuhnya dan memejamkan mata, menjemput alam mimpi.