07.30 KST.
Kediaman Angga.
Saat ini, Angga dan Kevin sedang berada dimeja makan sambil menikmati sarapan masinh-masing. Tidak ada yang mengeluarkan suara sedikitpun diantara mereka. Sebenarnya Kevin ingin menanyakan sesuatu kepada Angga mengenai Jeni, tapi lelaki itu urangkan karena tidak mau membuat Angga marah.
"hyung……"
"maaf tuan! Itu...nona Je-" Kevin tidak mealanjutkan perkataannya karena seorang maid datang dengan wajah cemas.
"bicaralah yang benar!” perintah Kevin.
"nona Jeni tidak sadarkan diri, tuan" ucap maid itu dengan satu tarikan nafas.
"APA!"
Srek
Kevin berteriak kaget sedangkan Angga bangun dari kursinya dan langsung berlari menuju kamar Jeni berada. Sampainya dikamar gadis itu, Angga benar-benar melihat tubuh Jeni yang sudah tergeletak dilantai dekat dengan ranjangnya. Dengan terburu-buru Angga menghampiri tubuh Jeni dan mengangkatnya ala bridal untuk ia letakkan diatas tempat tidur.
"kevin, kau telfon dokter Lee" perintahnya pada Kevin yang baru saja sampai dikamar Jeni.
"baik hyung" kevin langsung mengiyakan perintah Angga dan menghubungi dokter Lee-dokter kepercayaan keluarga tersebut dari dulu sampai sekarang. Setelah Kevin menghubungi dokter Lee, lelaki tampan itu memutuskan untuk menunggu kedatangan dokter tersebut diruang tengah sambil mondar-mandir tidak jelas. Tak butuh waktu lama untuk menunggu kedatangan dokter Lee akhirnya dokter itu datang juga dan langsung disambut oleh Kevin.
"ada apa, Vin?" tanya dokter Lee pada Kevin.
"mari ikut saya, dok" ucap Kevin sambil mengajak dokter Lee kelantai atas tepatnya kekamar Jeni. Sampai dikamar Jeni, Kevin mempersilahkan dokter Lee masuk kedalam kamar yang pintunya tidak ditutup itu.
"periksa dia, dok" perintah Angga saat dokter Lee baru saja masuk kedalam kamar Jeni.
"minggirlah" dokter Lee menyuruh Angga menyingkir dari samping ranjang Jeni dan mulai memeriksa tubuh gadis itu.
Setelah lima belas menit memeriksa, dokter Lee melepas peralatannya dan menatap Angga dan Kevin bergantian.
"dia hanya lemas dan kekurangan cairan....Apa kau tidak memberikannya makan?" tanya dokter Lee pada Angga.
"dia sendiri yang tidak mau makan" jawab Angga dingin.
"setelah dia sadar berikan dia makanan dan jangan ulangi itu lagi jika kau tidak mau dia mati perlahan" perintah dokter Lee.
"biarkan saja dia mat-"
"bukannya kau yang memutuskan untuk menyandranya dan tidak membunuhnya" potong dokter Lee.
"ya ya aku tahu, ahjushi(6)" jawab Angga cepat. Ya, memang Angga itu memutuskan untuk menyandra Jeni ketika gadis itu dibawa kerumahnya. Awalnya Angga berencana untuk membunuh Jeni didepan orang tua dan adiknya, tapi rencananya berubah saat melihat wajah Jeni. Entah kenapa wajah Jeni membuat Angga tertarik dan memutuskan untuk menyandranya dan tak membunuhnya.
"jaga dia dengan benar.....kalau begitu aku pergi dulu"
"ne hyung….Kevin antarkan dokter Lee kedepan" Angga menyuruh Kevin mengantar dokter Lee kedepan rumahnya.
"baik hyung"
Setelah kepergian Kevin dan dokter Lee, Angga menghampiri ranjang Jeni.
"dasar gadis bodoh" gumam Angga saat sudah disamping ranjang Jeni. Lelaki itupun duduk dipinggir ranjang sambil mengelus rambut Jeni yang sedikit berantakan. Entah kenapa Angga melakukan hal itu, tiba-tiba saja tangannya bergerak sendiri dan mengelus rambut pendek Jeni. Saat sedang mengelus rambut gadis itu, tanpa disadari oleh Angga ada pergerakan lemah dari jari tangan Jeni dan dengan perlahan mata Jeni perlahan-lahan terbuka. Angga yang melihat itupun langsung berdiri dari posisinya. Ia melihat Jeni yang mulai sadar.
"eenghh" gumam Jeni sambil memegangi kepalanya yang sedikit berdenyut sakit.
"hyung ap-...oh kau sudah sadar ya! Baguslah setelah ini kau akan aku paksa makan setiap hari" ucap Kevin sambil memandang Jeni yang berusaha duduk dikasurnya. Jeni hanya memandang Kevin sekilas karena kepalanya terasa pening. Angga hanya memandang Jeni tanpa mengeluarkan sepatah katapun.
"urusi dia, Soohee" perintah Angga kepada Soohee yang baru saja masuk kedalam kamar Jeni sambil membawa senampan makanan.
"baiklah tuan" balas Soohee.
Angga berbalik dan berniat meninggalkan kamar Jeni, sebelum suara gadis itu menghentikannya.
"aku tidak mau makan" kata Jeni lirih. Angga yang mendengar perkataan gadis itupun menatap tajam Jeni membuat gadis itu merasa takut dan menundukkan kepalanya. Angga kembali mendekati Jeni diranjangnya. Ia kemudian mencengkram pipi gadis itu dengan kasar.
"jika kau tak memakan makananmu dalam waktu lima belas menit kau akan tahu akibatnya" ancam Angga dengan penuh penekanan disetiap kata dan mata yang menyorot tajam pada mata Jeni. Jeni yang mendapatkan ancaman itupun mengangguk patuh dengan perintah Angga.
"good girl! Sekarang habiskan makananmu atau kau akan jadi mainanku" peringat Angga lagi sebelum melepas cengkramannya dan berjalan keluar dari kamar Jeni dengan Kevin yang mengekor dibelakangnya. Setelah pintu kamar tertutup, Soohee mulai menata makanan untuk Jeni.
"aku sungguh khawatir padamu tadi" mulai Soohee sambil bersiap untuk menyuapi Jeni.
"kenapa?" tanya Jeni sambil menerima suapan dari Soohee.
"karena kau tak sadarkan diri saat aku membuka pintu kamarmu dan takut jika kau akan mati"
"kenapa kau khawatir?"
"karena tn. besar tidak ingin kau mati jadi sebisa mungkin kami harus merawatmu dengan baik"
"dia itu kejam kenapa dia tidak mau aku mati?"
"kau benar, tapi tn. besar itu tidak pernah peduli dengan seorang gadis bahkan dia selalu membunuh gadis yang sudah ia tiduri"
"aku benar kan tentang dia yang kejam dan menakutkan"
"iya, tapi ia tidak membunuhmu bahkan saat kali pertama kau dibawa kerumah ini dengan luka lebam diwajahmu....ia langsung merebut tubuhmu dari gendongan Jungshin dan membawamu kekamar ini" kata Soohee sambil menyuapi Jeni lagi dan lagi. Sedangkan Jeni tidak merespon perkataan Soohee barusan. Ia malah menikmati makanan yang Soohee suapkan padanya.
"aku harap setelah ini kau patuh dengan tn. besar….siapa tahu setalah kau menurutinya kau bisa bebas dari rumah ini" kata Soohee lagi ketika sadar jika Jeni tidak akan merespon perkataannya yang tadi.
"jika aku tidak mau?"
"ya kau akan dikurung disini selamanya"
Jeni diam sambil mengunyah makanannya. Ia memikirkan tentang apa yang dikatakan Soohee barusan.
"apa aku juga harus baik pada Kevin?" tanya Jeni yang baru mengingat tentang Kevin.
"tentu saja..tapi dia tidak mudah didekati karena hatinya sedingin es baru"
"hah" Jeni menghela nafas karena memikirkan tentang Kevin yang memang sedingin es dan menakutkan.
Setelah perbincangan mereka tak terasa jika makanan Jeni sudah habis tak tersisa. Soohee yang selesai menyuapi Jeni itupun mulai beranjak dari kamar gadis itu dan meninggalknya sendirian dikamar dengan pikiran-pikiran yang terus terputar diotaknya tentang berusaha menuruti Angga dan juga Kevin. Jeni tidak habis pikir kenapa ia harus melakukan itu pada dua lelaki yang menurutnya bahaya itu. Mungkin Jeni harus mempertimbangkan semuanya setelah ini. Siapa tahu dengan mendekati mereka, Jeni bisa sedikit bebas dari kekangan kedua lelaki itu terutama Angga.
▫
▪
▫
08.26 KST.
Dikediaman Kim.
Goo Taekwang saat ini sudah berdiri didepan Hyunjung yang duduk disofa ruang tamu. Setelah mengantar Zia kerestoran, ia langsung kembali kerumah dan meninggalkan gadis mungil itu disana sendirian tanpa pengawasan darinya.
"apa ada perkembangan soal, Zia?" tanya Hyunjung.
"nona Zia masih sama tuan, tidak perduli dengan orang lain, jarang tersenyum dan kadang juga agak galak, tuan" jawab Taekwang.
"apa separah itu, Tae?" kali ini giliran Hana yang bertanya.
"iya nyonya, maafkan saya tidak bisa merubahnya"
"sudah hampir tiga tahun dia seperti itu dan belum berubah sama sekali" ucap Hana sedih.
"itu bukan salahmu, yeobo(7)...setidaknya dia masih bisa tersenyum saat dirumah" hibur Hyunjung pada Hana. Sebenarnya ia tak tega melihat istrinya bersedih seperti sekarang karena perubahan sifat Zia yang bukan salah mereka berdua.
"ya sudah Tae….kau boleh kembali kerestoran, aku tidak mau terjadi sesuatu pada Zia lagi" perintah Hyunjung kemudian.
"baik tuan..saya permisi" ucap Taekwang sambil beranjak dari ruang tamu dan meninggalkan pasangan suami istri itu berdua.
▫
▪
▫
Taekwang kembali kerestoran dengan secepat yang ia bisa karena ia tidak mau mendapatkan semprot dari Zia karena meninggalkan gadis mungil itu terlalu lama. Taekwang masuk kedalam restoran dan menghampiri Zia yang ada disebuah meja dengan seorang gadis didepannya ysng tak ia kenal.
"maaf nona, saya terlambat" kata Taekwang saat sudah berada dimeja Zia. Gadis mungil itu menoleh kearah Taekwang sekilas lalu kembali lagi menghadap Seunghye dan menghiraukan bodyguard-nya itu.
"dia siapa, Zi?" tanya Seunghe yang penasaran dengan kedatangan Taekwang.
"dia bodyguardku"
"hai aku Lee Seunghye....teman Zia Kim" Seunghye menyordorkan tangannya kearah Taekwang setelah mendengar jawaban Zia.
"saya Goo Taekwang" jawab Taekwang sambil membalas uluran tangan Seunghye.
"senang bertemu denganmu Taekwang-shi" kata Seunghye dengan senyum cantiknya dan membuat Taekwang sedikit terpesona melihatnya. Meskipun tak sebagus senyuman Zia, tapi senyum Seunghye membuatnya ikut tersenyum juga.
"sudah sana pergi jangan menggangguku dengan Seunghye!" usir Zia.
"baik nona…saya permisi"
Taekwang benar-benar pergi dari hadapan Zia dan Seunghye. Lalu dia mengawasi Zia dari arah meja bartender.
"jangan terlalu galak dengannya, Zi" kata Seunghye ketika Taekwang sudah pergi.
"terserah" cuek Zia yang diabaikan oleh Seunghye yang memilih menyantap makanan yang masih tersisa diatas meja.
◽
◾
◽
22.00 KST.
Malam ini, Angga dan pergi kesebuah bar malam milik seseorang yang sudah membuat janji dengan Angga. Ia disambut dengan ramah oleh pelayan bar dan diantarkan kesebuah tempat yang akan menjadi tempat pertemuannya dengan seseorang itu. Angga berjalan sambil mengabaikan setiap tatapan wanita yang melihatnya dengan penuh minat karena hari ini bukan waktu yang tepat untuk melakukan malam panas dengan seorang wanita. Sedangkan Kevin yang ada dibelakang Angga itupun memasang wajah datar dan mengabaikan tatapan lapar wanita yang menatapnya. Sebenarnya Kevin selalu malas jika diajak kebar atau bar ataupun pub seperti ini karena ia tidak suka dengan suasana didalamnya. Menurut Kevin itu sangat menjijikkan. Setelah berjalan cukup lama akhirnya mereka sampai disebuah ruangan yang menjadi tempat pertemuan Angga dengan seseorang. Pelayan yang mengantar mereka keruangan itupun membukakan pintu untuk Angga dan Kevin.
"maaf membuatmu menunggu lama" kata Angga setelah pintu terbuka dan melihat seseorang yang akan ia temui duduk dengan tenang dengan satu bodyguard didalam ruangan itu.
"tidak masalah…aku juga baru sampai" jawab orang itu.
"baiklah tuan Park-"
"panggil Hoseok saja, lagi pula umurku lebih muda darimu, kan? " potong Hoseok.
"kau benar Hoseok-shi..." jeda Angga "...Kevin tunjukkan senjatanya pada Hoseok" lanjut Angga yang langsung dituruti oleh Kevin dengan meletakkan koper yang tadi ia bawa keatas meja. Ia membuka koper tersebut dengan perlahan sambil menghadapkan koper itu kearah Hoseok. Setelah koper tersebut terbuka, tampaklah senjata berlaras panjang yang sangat canggih dan berbahaya didalam koper. Hoseok menatap senjata itu dengan penuh minat karena ia sangat ingin senjata yang saat ini ada dihadapannya tersebut.
"wah kau selalu memuaskan pembelimu ya, Angga-shi!" kata Hoseok kelewat girang.
"tentu...itu sudah tugasku sebagai seseorang yang profesional" jawab Angga.
"baiklah...berikan uangnya" kata Hoseok sambil menyuruh bodyguard-nya menyerahkan koper yang berisi uang kepada Angga.
"terimakasih Hoseok-shi...semoga kau menyukai senjata barumu itu"
"aku sangat menyukainya, hyung.." balas Hoseok dengan menyentuh senjata didepannya dengan ekspresi girang "...oh ya, ayo kita makan...aku sudah memesankan banyak makanan untuk kalian" lanjutnya sambil menyerahkan koper senjatanya kebodyguardnya.
Mereka bertiga akhirnya menyantap makanan yang sudah tertata rapi diatas meja. Tiba-tiba Kevin menghentikan acara makannya setelah melihat jam yang melingkar rapi dipergelangan tangannya. Ia sedikit lupa dengan tugasnya malam ini dan ia harus pergi mengurus pekerjaan yang sudah menunggunya itu.
"hyung, aku pergi dulu" kata Kevin pada Angga.
"oh sudah waktunya ya?" jawab Angga sambil melihat jam tangannya.
"hmzz"
"yasudah pergilah...aku akan menunggumu disini"
"baik hyung...maaf saya permisi dulu" pamit Kevin pada Hoseok.
Sekedar informasi bahwa Kevin itu selalu memberitahu Angga tentang pekerjaan membunuhnya agar lelaki itu tidak mencarinya dan menyuruhnya melakukan hal yang lain yang bisa menghambat pekerjaan Kevin dan Angga memahami hal itu dan ia juga sering menyuruh Kevin untuk membunuh seseorang yang menurutnya mengganggu hidupnya.
Setelah kepergian Kevin, tak lama masuklah seorang gadis cantik yang langsung duduk dipangkuan Hoseok dan menghiraukan Angga yang sedang makan didepannya.
"dia?" tanya Angga sambil menukikkan alisnya tanda penasaran.
"dia kekasihku...." jeda Hoseok "...namanya Lea" lanjutnya sambil mengelus kepala Lea lembut.
"senang bertemu denganmu, Lea nona" sapa Angga.
"senang juga bertemu dengan anda tuan muda" balas Lea sambil tersenyum kearah Angga membuat lelaki itu ikut tersenyum juga.
"oh ya mari kita lanjutkan makannya, Angga-shi" ucap Hoseok.
Angga tersenyum menanggapi perkataan Hoseok dan mulai melanjutkan acara makan mereka yang tertunda akibat kedatangan Lea. Sekedar informasi bahwa Hoseok dan Angga adalah patner bisnis yang saling menguntungkan satu sama lain. Hoseok yang membutuhkan senjata dan Angga yang membutuhkan banyak uang. Katakan saja jika Angga itu mata duitan karena harga satu senjata berlaras panjang itu sangat mahal 300 jt won. Mereka berdua benar-benar saling menguntungkan.