CHAPTER DELAPAN

1447 Kata
            Ayra pikir tidak ada salahnya sedikit membalas kebaikan hati Bara padanya. Hari ini, ia tak berlaku kasar pada laki- laki itu, tak menatapnya dengan tatapan kesal ataupun berbicara dengan ketus.             Mereka menepi  saat matahari mulai semakin terasa teriak. Bara menggelar tikar kecil yang dibawanya dari rumah lalu menaruh bekal yang sudah ia buat di atasnya. Bara dan Ayra duduk di atas tikar. Gadis itu melihat Bara mulai membuka kotak makan yang ia bawa.             Gadis itu terdiam, lalu senyum tipis melengkung di bibirnya. Ia melihat beberapa potong sandwich, salad juga buah- buah.             “Kamu yang bikin?” Ayra bertanya. Ia melihat laki- laki di depannya mengangguk dan mengulurkan satu kotak makan yang berisi sandwich.             Ayra mengulurkan tangan kanannya untuk mengambil satu potong dan menggigitnya. Bara mengikuti Ayra dan mengunyah.             “Enak.” Kata Ayra yang langsung membuat Bara tersenyum senang.              Mereka menikmati bekal yang dibuat Bara. Pantai sudah mulai ramai. Beberapa anak terlihat berlarian di pesisir pantai bersama keluarganya, pasangan muda- mudi terlihat duduk tak jauh dari mereka dan tampak menikmati pemandangan pantai di depan mereka. Warung- warung di tepi pantai tak kalah ramai.             Ayra makan dengan lahap, ia memang hanya minum segelas s**u saat berangkat karena mereka berangkat terlalu pagi. Setelah menghabiskan roti isinya, ia mengambil kotak makan berisi salad sayur yang diulurkan Bara. Ia menggeleng, lalu menyesap minuman kaleng yang juga Bara siapkan untuk perjalanan kali ini.             Bara menarik lagi kotak nasinya lalu menyendokkan salad sayur itu dan mengangsurkan sendoknya pada gadis di depannya. Ayra mengeleng lagi. “Udah kenyang.”             “Ayo… aku udah bangun pagi- pagi buta, lho, buat bikinin ini. Cobain aja sedikit.”             Ayra terdiam, ia menatap Bara yang memasang wajah memelas di depannya. Setelah menelan ludah, ia akhirnya membuka mulutnya dan membiarkan salad sayur buatan laki- laki itu masuk ke mulutnya dan mengunyahnya pelan.             Bara tersenyum. Ia menyukai gadis itu hari ini. Gadis itu manis dan begitu bersahabat. Bara kembali menyuapkan sendok berisi salad itu ke mulut Ayra yang terbuka.             “Niat banget, sih, pakai bikin ginian segala.” Kata Ayra sambil mengunyah.             Bara hanya tersenyum. Ia mengambil minuman kaleng dan membukanya. Angin yang berembus menerpa rambutnya. Ia menenguk minumannya dan merasakan air membasahi tenggorokannya.             “Aku dengar Kak Ciara jadian sama Kak Nugi?” Ayra bertanya. Ia menatap ke arah Bara yang sedang membuang pandang ke hamparan pasir dan air di depannya. Ia melihat laki- laki itu mengangguk seketika.             “Gimana perasaan kamu?” tanya gadis itu lagi. Kali ini Bara melepas pandangannya dan menatap Ayra.             “Aku marah. Kalau bisa aku mau hajar Nugi sampai babak belur.” Jawab laki- laki itu. Ayra bisa melihat kejengkelan dalam tatapan dan suara laki- laki di sebelahnya.             Ayra tak mengerti perasaan laki- laki itu sesungguhnya. Laki- laki itu mengikutinya, memperlakukannya dengan sangat baik seakan laki- laki itu benar- benar menyukainya.  Namun, melihat kedekatan laki- laki itu dengan Ciara dan betapa posesifnya laki- laki itu pada Ciara, ia tidak yakin laki- laki itu tak memiliki perasaan pada gadis itu.             Selesai menyantap makanan yang dibawa Bara, keduanya memutuskan untuk berjalan di tepi pantai. Tak peduli sinar matahari begitu terik, langkah keduanya begitu mantap menyentuh pasir putih di sana. Mereka melewati beberapa orang yang sedang asik bermain pasir, membuat istana pasir, ataupun berlarian.             Bara melirik ke sebelahnya, wajah gadis itu tertutup topi yang gadis itu kenakan. Rambut panjang gadis itu menjutai melewati lubang topi bagian belakang. Ia mengambil sebelah tangan gadis itu dan menggengamnya.             Ayra menatap tangannya yang berada dalam genggaman laki- laki itu. Wajahnya menangadah lalu menatap laki- laki itu yang tatapannnya lurus ke depan. Perlahan, ia menggerakkan tangannya, mencoba melepas tautan itu. Ia tidak bisa seperti ini, pikirnya. Ia tidak ingin memberi laki- laki itu kesempatan saat ia tahu bahwa ia tidak akan pernah membalas perasaan laki- laki itu. Ia tahu bahwa ia akan semakin menyakiti laki- laki itu.             Bara menghela napas, ia mengangkat sebelah tangannya dan merangkul pudak gadis itu dengan erat sehingga gadis itu tak bisa melepaskan diri.             Ini yang ia benci dari Bara, pikir Ayra. Ia tak suka Bara yang selalu egois dan ingin menang sendiri. Ia tak suka Bara yang tak pernah memberinya ruang untuk menolak apa yang ia tak suka.   ***                         Ciara membawa laptopnya ke ruang tamu dan duduk di lantai semenatara komputer jinjingnya ia taruh di atas meja. Ia menekan tombol power pada perangkat itu hingga layarnya menyala.             Setelah menyala, ia membuka menu pencarian dan mengetikkan keyword "Mr. R Photography" pada bar google dan beberapa detik kemudian, mesin pencarian itu mengeluarkan ratusan berita tentang kata kunci yang ia ketik. Krusor di tangannya terarah pada judul paling atas di mana memuat website resmi dari kata yang dicarinya.             Portofolio studio itu terkumpul di sana. Berbagai macam foto menyapa pengelihatannya. Matanya menatap tiap baris lalu tangannya dengan lincah menekan tiap menu dalam website itu, mencoba mencari petunjuk untuk memuaskan rasa penasarannya.             Tapi nyatanya, setelah lebih dari setengah jam ia mengobrak- abrik website itu, tidak ada penjelasan yang bisa menerangkan bahwa bisnis fotografi itu milik Mahesa.             Di profil website, hanya disebutkan bahwa usaha itu didirikan oleh seseorang yang bernama Radit. Hanya itu, tidak ada penjelasan mendetail mengenai siapa sebenarnya sosok si pendiri.             Matanya terpaku pada email yang tertera di sana. Ia berpikir sejenak lalu memutuskan untuk membuat email baru. Setelah itu, ia menyalin alamat yang didapatnya di website itu dan menuliskan sesuatu pada badan email.             To : radit@mrrp.com             From : asya@yahoo.com             Subject : Preweeding             Dear Mr. Raditya             Perkenalkan, saya Tasya, saya berminat untuk memakai jasa anda untuk prewedding saya. Bisa kita bertemu untuk membicarakan konsep lebih jelasnya?             Regards,             Tasya             Setelah menekan tombol send, ia menatap layar di depanya. Berharap saat ia merefresh bar, pesan balasan akan masuk. Namun ia tahu tidak akan secepat itu.             Suara ketukan di pintu membuyarkan fokusnya. Ia menoleh dan melihat Nugi berdiri diambang pintu rumahnya yang terbuka.             “Serius banget.” Kata laki- laki itu. Nugi mendekat dan memindai sekeliling, “Ibu kamu mana?” tanyanya.             “Di dapur.” Ciara menjawab dan mendengar laki- laki itu memanggil ibunya dan berjalan menuju dapur untuk memberi salam.             Ciara mengetuk- ngetukkan jarinya di atas meja. Membuat bunyi beraturan. Matanya menatap lurus ke layar di depannya. Suara Nugi berbincang dengan ibunya terdengar.             Ciara menggigit bibir bawahnya dengan gelisah. Ada perasaan yang terasa memenuhi jantungnya. Ia tak tahu apa yang ia lakukan. Namun ia tidak bisa membiarkan rasa penasaran menghantuinya. Ia harus memastikan dengan kepalanya sendiri.             "Lagi ngapain sih?" Ciara menengadah dan melihat Nugi sudah berdiri di depannya dan menjatuhkan diri di sofa.             "Lagi browsing- browsing aja." jawab gadis itu sambil menutup laptop setelah sebelumnya menutup tab dan menekan tombol shut down. Mereka memang janji untuk pergi menonton bersama.             Ciara menaruh laptopnya di laci meja samping sofa lalu mengambil tasnya di atas sofa dan berdiri. Ia pergi ke dapur untuk berpamitan pada ibunya, begitu juga Nugi. Keduanya pergi beriringan keluar dari rumah.             Nungi mengambil langkah lebih dulu dan membukakan pintu di sebelah kemudi untuk Ciara. Ciara mengucapkan terima kasih lalu merogoh tasnya dan mengambil gawainya dari sana. Ia membuka menu email dan memasukkan email barunya pada perangkatnya.             Nugi sudah menyalakan mesin dan tak lama ia merasakan roda mobil itu mulai berputar. Mata Ciara terfokus pada proses login emailnya yang akhirnya berhasil dan memberitahunya bahwa satu pesan masuk ke dalamnya. Ia menelan ludah lalu menekan bar email dengan jari telunjuknya hingga email balasan itu terbuka.             To : tasya@yahoo.com             From : radit@mrrp.com             Subject : Re: Preweeding             Dear Miss Tasya,             Kebetulan saya sedang ada pekerjaan diluar kota. Boleh saya tahu tanggal pernikahan anda? Karena kalau dalam waktu dekat, mungkin saya bisa minta anak buah saya yang handle.             Best Regards,             Radit               Ciara menelan ludah. Ia menatap pesan itu baik- baik, lalu menarik napas panjang saat merasakan jantungnya berpacu cepat. Kedua jarinya kembali mengetuk- ngetuk layar untuk membalas email itu.             To : radit@mrrp.com             From : tasya@yahoo.com             Subject : Re: Re: Prewedding             Dear Mr. Radit,             Thanks for reply, kebetulan tanggal pernikahan saya masih lama. Saya tidak keberatan untuk menunggu anda kembali dari luar kota.              Bisa hubungi saya lagi kalau sudah kembali ke Jakarta.             Regards,             Tasya               “Kamu kenapa, Ra?” suara itu membuyarkan fokus gadis itu. Ciara menoleh dan melihat Nugi tengah menatapnya dengan tatapan bingung. Mobil itu tengah berhenti di sebuah perempatan lampu merah. “kayaknya gelisah banget.” Katanya lagi.             “Nggak apa- apa.” Jawab gadis itu. Ia berusaha membenarkan posisi duduknya agar terlihat lebih santai. Ia menaruh ponselnya kembali ke dalam tas dan menautkan jari- jarinya. Ia telah siap untuk menghadapi semua yang akan terjadi. Ia sudah siap jika laki- laki itu bukan Mahesa, ia juga sudah siap jika laki- laki itu memang Mahesa. Ia tak tahu apa yang akan lakukan selanjutnya jika semua dugaannya benar. Yang ia inginkan hanya menuntaskan rasa penasarannya.  TBC LalunaKia
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN