BAB 2

1052 Kata
Wortel di tangannya semakin licin karena cairan cintanya. "Ahhh,, Ah, ahhh" Zarina semakin bersemangat untuk mengocok bagian sensitifnya. Tetapi ia tidak berani terlalu dalam memasukkan, karena ia masih virgin. Bayangan pria tampan yang mempunyai perut roti sobek di medsos semakin nyata. Peluh Zarina semakin menetes seiring dengan permainannya yang panas. Ia merasakan bagian bawahnya semakin panas dan nafsunya semakin memuncak. Kocokannya semakin cepat "AAAHHH" Zarina pun berteriak seiring dengan orgasmenya yang datang. Ia pun terengah engah sambil menikmati puncak orgasmenya. Ia rasakan ada cairan mengalir dari sela-sela kewanitaannya. Wortel yang ia pegang masih belum dikeluarkan dari vaginanya. Nafasnya masih tersengal sengal. Sambil mengatur nafas, ia pun merenung sambil menatap langit-langit kamarnya. Ia sering m********i seperti ini, karena penasaran akan hubungan seksual yang sebenarnya. Seringkali ia merasa bersalah, tetapi keinginan tersebut seperti terlintas begitu saja. Dan setelah o*****e ia merasakan kelegaan seperti hasratnya telah terpenuhi. Keinginannya untuk bermasturbasi ini sering menyusahkannya. Setelah tenang, ia mencabut wortel dari organ intimnya. "Ahh.." Sambil mendesah ia merasakan kulit wortel tersebut menggesek dinding kewanitaannya. Wortel itu keluar bersamaan dengan cairannya yang banyak dan lengket. Ia lalu ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya yang basah oleh keringat. Setelah mandi, ia membersihkan sisa-sisa permainannya tadi di kasur. Bekas keringat dan cairannya yang tampak tercecer di sprei Ia bersihkan dengan tisu basah. Ruangan yang sebelumnya pengap, ia semprot dengan pengharum ruangan. Lalu ia bergegas ke dapur untuk memasak nasi, karena mamanya pulang malam. Tiap hari Zarina yang bertugas menanak nasi. Nanti biasanya mamanya datang sudah membawa lauk yang dibeli di pinggir jalan. Ia mencuci beras dan memasak nasi di magic com. "Huft selesai juga akhirnya." Setelah semua selesai ia terasa mengantuk. Ia pun tiduran sambil scroll medsosnya, bermain shope* games dan tanpa sadar tertidur setelah kira-kira 15 menit bermain hp. Adzan maghrib berkumandang,Zivana, mama Zarina baru sampai rumah. Ia melihat lampu teras belum dinyalakan dan lampu ruang tamu masih dalam keadaan mati. "Lho apa Zarina belum datang ya, kok tumben masih gelap semua." Batinnya heran. Zivana menyalakan semua lampu, dan melihat Zarina masih tertidur pulas di kamarnya. Tanpa menyadari kedatangan mamanya. Ia pun membangunkan putri tunggalnya itu. "Zar, Zarina, kok tumben ketiduran sampai jam segini?" Ujarnya sambil menggoyang-goyang kaki putrinya. Zarina yang tadinya tertidur pulas, mengerjap-ngerjapkan matanya. Ia butuh waktu sampai benar-benar bangun. "Oh iya maaf ma aku tadi ketiduran. Hoaaeemmm." Ucapnya sampil masih menguap. "Hei kalau menguap ditutupin pakai tangan dong, cewek perawan kok begitu. Hehe." Zivana tersenyum geli dengan tingkah putrinya yang masih seperti anak kecil itu. "Hehe, iya gak sengaja ma. Oh iya ma aku tadi udah mandi dan masak nasi juga kok." Jawab Zarina. "Sipp pinter anak mama. Ya udah mama ke dapur dulu ya, siapin makan buat kamu. Kamu cuci muka dulu aja" Kata Zivana sambil berjalan menuju dapur. Selesai cuci muka di kamar mandi, Zarina melihat di meja makan sudah tersedia sate ayam dan nasi serta perlengkapan makan untuk mama dan Zarina. Saat mereka makan, Zarina bercerita tentang kekesalannya saat mengetahui hasil try out yang telah di umumkan tadi pagi. "Jadi tadi pagi aku itu sebel banget ma, masa temenku yang tidak pernah belajar. Cuma nyontek aja malah jadi peringkat satu. Aku yang usaha sendiri, belajar sampe malem tiap hari masa cuma peringkat dua sih." Kata Zarina bersungut-sungut. "Sebetulnya, dalam kehidupan kamu setelah lulus sekolah itu yang terpenting bukan nilai ujian Zar. Banyak hal yang perlu kita pelajari selain dari pelajaran sekolah." Ujar Zivana menenangkan. "Ya tetep aja sih, harusnya kan aku bisa lebih baik dari dia." Kata Zarina cemberut. "Lha trus kamu mau gimana, apa mau mama carikan guru les privat buat kamu?" Tanya Zivana. "Emang boleh ma? Ya aku inginnya sih bisa lulus peringkat 1. Lalu bisa kuliah jalur prestasi dan bisa dapat beasiswa supaya nggak memberatkan mama." Ucap Zarina mulai agak sumringah. "Boleh kok sayang, kamu boleh punya cita-cita seperti itu. Asal jangan sampai memberatkan kamu dan malah jadi beban. Misalkan kamu ingin kuliah, itu tanggung jawab mama untuk biayanya. Sekarang coba kita maksimalkan belajar kamu dulu ya. Semoga saja bisa lebih baik lagi nilainya. Besok coba mama cari info guru les privat yang sudah pengalaman." Kata Zivana menjelaskan, supaya Zarina lebih tenang. Selesai makan, mereka pun mencuci piring bekas makannya dan membersihkan meja makan. Zivana menuju ruang tengah untuk menonton televisi. "Ma, aku boleh ke perpustakaan yang di dekat sini ya?" Kata Zarina. Ia memang hobi membaca buku komik. Semua komik dan novel yang ia punya sudah bosan dibacanya. Kebetulan ia tau kemarin ada perpustakaan di gang sebelah baru buka. Modelnya perpustakaan merangkap kafe. Jadi kalau dibaca ditempat gratis, karena itu Zarina tertarik ingin kesana. "Kamu bawa motor?" Tanya Zivana. "Enggak ah ma, jalan kaki aja. Cuma deket sini aja kok." Jawab Zarina. Ia pun bergegas keluar menuju perpustakaan yang berjarak kira-kira 500 meter dari rumahnya. Memakai celana pendek dan baju lengan pendek yang ketat dan menampilkan lekuk tubuhnya yang aduhai. Zivana terbilang memiliki tubuh yang proporsional meskipun agak pendek, dengan berat badan 45kg dan tinggi 153cm. Lengan dan kakinya kecil, tetapi payudaranya yang ukuran 38 cukup membuat mata lelaki menoleh kepadanya. Saat sampai disana ia masuk melalui pintu kaca geser dan menuju kasir. Penjaganya seorang laki-laki muda berusia kira-kira awal 20an. Wajahnya cukup menarik dan manis. Kulitnya kuning langsat, rambutnya agak berantakan dan berkacamata bulat. Petugas yang menjaga bertanya tanpa melihat "Mau pinjam buku apa baca ditempat?" Ia lalu menoleh dan mengamati Zarina dari atas ke bawah, tanpa sadar ia menelan ludah. Zarina melihat name tag yang di saku pemuda tersebut. Ia bernama Vino Permana. "Baca di tempat aja kak, bisa ya?" Zarina bertanya balik. "Bisa kok. Tapi dengan minimal order snack 15.000 ya bisa baca buku sepuasnya disini." Ucap Vino menjelaskan sambil menunjuk menu dan snack yang ada didepannya. "Oke kak, aku mau pesen french fries sama lemon tea aja. Bayarnya sekarang apa nanti?" Tanya Zarina. "Nanti aja gak papa kok. Ini pesanannya, untuk tempatnya bisa baca dimana aja ya silahkan pilih sendiri." Kata Vino sambil memberikan nampan berisi french fries dan lemon tea ke Zarina. Tanpa sengaja nampan tersebut menyenggol dua gundukan Zarina. "Aduh." Ucap Zarina reflek sambil menerima nampan tersebut. Vino yang kaget langsung menarik nampan tersebut dan malah membuat d**a Zarina bergoyang karenanya. Boing.. Boing.. Mereka berdua sama-sama salah tingkah. Tetapi mata Vino masih tetap menatap dua bola itu. Ia pun meminta maaf "Maaf ya, aku gak sengaja. Kayaknya terlalu besar. Ups." Ucapnya keceplosan. ................................................................................................................................................
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN