Mereka berdua sama-sama salah tingkah. Tetapi mata Vino masih tetap menatap dua gundukan itu. Ia pun meminta maaf "Maaf ya, aku gak sengaja. Kayaknya terlalu besar. Ups." Ucapnya keceplosan.
"Heh apa maksudnya terlalu besar?" Kata Zarina tersinggung.
"Nampannya yang terlalu besar maksudku. Emang menurut kamu apa kok marah?" Ucap Vino berkilah.
Muka Zarina pun merah padam karena malu dan ia segera pergi mencari tempat duduk. Tetapi sialnya arah menuju tempat duduk harus melewati sebelah meja kasir tersebut.
Saat melewati Vino, Zarina tidak sengaja melihat tonjolan di bagian resleting celana Vino tetapi ia langsung mengalihkan pandangannya.
Zarina melewati rak-rak buku yang telah disusun rapi. Disini cukup unik, kursinya model bean bag yang dari kain di isi busa kalau dibuat duduk seperti di kasur. Ada meja kecil untuk tempat menaruh makanan dan buku. Cukup nyaman kelihatannya.
Ia pun menaruh nampan di meja yang agak jauh dan tidak terlihat dari kasir. Tampak beberapa orang yang ada di situ. Suasananya tenang karena semua sibuk membaca.
Zarina melihat-lihat koleksi buku komik yang ada, dan dia terhenti di bagian komik dewasa yang ada tanda 18+.
Agak bergetar tangannya saat mencoba melihat sampul bagian depan komik erotis tersebut. Ada gambar anime perempuan berambut pirang berdada besar sedang menjulurkan lidah.
"Wah ternyata ada ya komik erotis seperti ini." Batinnya. Ia ingin membacanya, tapi malu dengan orang-orang di sekitarnya. Ia pun mengembalikan buku tersebut ke tempat asalnya.
Ia mengambil komik detective conan serie terbaru dan mulai membacanya sambil tiduran di bean bag nya.
Setelah puas membaca komik dan snacknya telah habis Zarina bergegas pulang. Saat pulang ia lupa membayar snack nya. Karena saat Ia lewat kasir Vino tidak ada di tempat.
Sampai rumah Zarina baru ingat saat berganti baju tidur.
"Lho uang di saku kok masih ada. Ya ampun, aku lupa bayar snack tadi di perpustakaan. Aduh gimana nih, mau balik kesana sekarang pasti udah tutup." Katanya dalam hati.
Karena merasa tidak enak, ia kesana lagi dengan memakai motor mamanya memakai baju tidur. Ia lupa bahwa baju tidur yang dipakainya itu kancing hilang sehingga terbuka di tengah pas belahan d**a dan perutnya.
Sampai sana, sudah ada tanda tutup di perpustakaan, tetapi ia melihat dari pintu kaca Vino masih ada di dalam.
Sepertinya Vino masih kebingungan menghitung uang, karena uangnya kurang 15.000.
"Kok kurang sih, padahal sepertinya sudah pada bayar semua." Kata Vino dalam hati. Ia harus menyetorkan ke bosnya melalui atm hasil penjualan hari ini. Jika total uang yang diterima kurang, maka ia harus mengganti uang yang kurang tersebut.
Waktu telah menunjukkan pukul 21.30 seharusnya Vino telah pulang 30 menit yang lalu.
Zarina mengetuk pintu kaca yang telah di kunci dari dalam. Tok tok tok.
Vino yang masih serius dengan hitungannya kaget. "Siapa ya ?" Teriaknya.
"Aku kak, maaf mau ada perlu sebentar." Zarina juga berteriak saat menjawab.
Vino membukakan pintu dari dalam. Ia kaget melihat Zarina yang memakai baju tidur dengan kancing yang terbuka di bagian tengah, sehinggah menunjukkan belahan d**a Zarina yang montok dan sebagian perutnya yang putih.
"Hai, kamu yang tadi kesini ya, ada apa?" Tanya Vino sambil memandangi d**a Zarina yang terbuka.
Ditatap seperti itu, Zarina merasa risih. Ia melihat dadanya dan baru tersadar "Ya ampun lupa aku kalau baju ini kancingnya lepas dua." Tangannya bergegas menutupi dadanya yang terbuka.
"Maaf kak, aku lupa kalau tadi waktu pulang lupa belum bayar. Ini uangnya ya." Kata Zarina sambil menyerahkan uang 15.000 yang tertinggal di saku celananya tadi.
"Oh jadi kamu yang belum bayar, makanya daritadi uangnya aku hitung-hitung kurang 15.000. Oke makasih ya, btw rumah kamu dimana? kok sempat balik lagi?" Ucap Vino sambil menerima uang dari Zarina.
"Deket sini kok kak, gak jauh banget. Paling cuma jarak 500meter an dari sini." Jawab Zarina.
Tanpa sengaja tangannya bersentuhan dengan tangan Zarina saat menerima uang.
Entah mengapa, sentuhan itu membuat jantung Vino berdetak lebih cepat. Walaupun penampilan Zarina acak-acakan dan tanpa make up tetapi menurutnya tetap kelihatan cantik alami.
"Kalau dilihat-lihat, dia manis juga. Masih polos sepertinya." Batinnya.
Zarina pun pamit pulang, tetapi saat membuka pintu kacanya, ternyata tidak bisa terbuka.
"Lho kak, pintunya terkunci? Kok gak bisa dibuka?" Tanya Zarina.
"Masa sih, perasaan aku tadi nggak kunci pintunya. Bentar aku cariin kuncinya dulu ya." Jawab Vino.
Pintu perpustakaan itu memang sering macet, sebetulnya sih tinggal dibuka pakai kunci saja sudah bisa. Tetapi Vino sengaja supaya berlama-lama dengan si cantik yang baru dikenalnya itu.
Kunci perpustakaan yang ada di laci, sengaja ia sembunyikan saat Zarina tidak melihat.
"Kok gak ada ya kuncinya. Aduh gimana ini, aku juga ingin segera pulang." Kata Vino sampil berpura-pura mencari kunci.
"Yah, gimana ini kak, masa gak bisa dibuka sih. Ada yang bisa di telpon nggak? aku gak bawa HP nih." Tanya Zarina.
"HP ku baru mau aku bawa ke tempat servis nanti pulang kerja. Soalnya kalau dipakai sinyalnya hilang gak tau kenapa." Jawab Vino.
Raut wajah Zarina pun semakin ketakutan. Ia terus mencoba membuka pintu perpustakaan yang macet.
Vino pun mendekat "Hei,hei, jangan gitu, nanti kalau pintunya rusak aku yang ganti." Katanya sambil memegang lengan Zarina.
Ia yang sebetulnya amat senang dengan kejadian ini mencoba menahan hawa nafsunya yang memuncak, saat melihat Zarina lupa memegangi bagian dadanya yang terbuka karena sibuk membuka pintu.
Vino merasa celananya semakin ketat di bagian tengah. Senjatanya pasti sudah tegang.
Zarina mulai berkaca-kaca, Ia takut ibunya khawatir. Vino melepas tangan Zarina dengan lembut. "Sudah-sudah, tenang kan ada aku. Aku disini jagain kamu. Sekarang kan udah malem. Mau gimana lagi, berarti kita harus nunggu boss ku pagi ini datang." Katanya menenangkan.
"Sekarang daripada kamu menangis, kamu bersantai aja disini sambil baca komik. Gak akan aku minta bayar lagi kok." Tambahnya.
Zarina pun mulai agak tenang, ia agak terkesima dengan perlakuan Vino yang lembut.
"Maaf ya kak, aku jadi numpang disini. Makasih udah tenangin aku." Kata Zarina.
Ia mengambil komik yang ia suka, lalu menuju salah satu bean bag dan ber istirahat di sana.
Vino pun juga begitu, ia mengambil komik dewasa 18+ kesukaannya. Dan bersantai di bean bag sebelah Zarina.
Setelah beberapa lama membaca komik. Zarina menyadari komik yang dibawa Vino ternyata komik yang ia pegang tadi saat baru datang.
Ia pun penasaran
..................................................................................................................................................