BAB 4

1010 Kata
Setelah beberapa lama membaca komik. Zarina menyadari komik yang dibawa Vino ternyata komik yang ia pegang tadi saat baru datang. Ia pun penasaran dan mengintip. Halaman yang dibuka Vino terlihat adegan anime cewek pirang sedang mengulum kejantanan si cowok. Zarina pun memalingkan muka, tetapi ia penasaran dengan lanjutan adegan tersebut. Terlihat lagi cewek pirang sedang diremas dadanya oleh si cowok dan isi percakapnnya hanya desahan semua. Ia melirik kejantanan Vino yang menonjol di balik celananya. Mukanya jadi merah padam. Vino yang tau Zarina penasaran dengan bukunya, menggeser tempat duduknya lebih dekat lagi ke Zarina supaya ia bisa lebih jelas melihat adegan 21+ tersebut. Setelah beberapa saat, Vino mulai merasa gelisah. Celananya terasa semakin ketat dan nafasnya memburu. Adegan di komik yang dipegangnya juga semakin panas, Si cewek di setubuhi dari belakang dengan ganasnya. Payudaranya yang besar berguncang-guncang. Mata Zarina terlihat sayu, sepertinya ia juga mulai di kuasai nafsu. Apalagi berduaan dengan cowok ganteng di ruangan terkunci dalam suasana sepi. Vino mulai bergeser lagi sampai lengannya menempel dengan baju tidur Zarina. Ia ingin melihat bagaimana reaksi cewek tersebut. Ia sedikit menggesekkan lengannya ke lengan Zarina. Ternyata Zarina malah diam saja dan tidak marah. Tangan yang menutupi payudaranya juga tidak se rapat awalnya. Vino mulai tergoda untuk bertindak lebih jauh. Tetapi ia masih mencoba untuk berfikiran rasional. "Apa gue embat aja ya nih cewek, lumayan dapet cewek montok kayak dia. Tapi dia masih perawan kayaknya. Bisa berabe gue kalau dia gak terima. Susah juga nahan posisi kayak gini." Kata Vino dalam hati yang masih bimbang. Otaknya ingin tetap berfikir logis tetapi otak bawahnya tidak bisa di ajak kompromi. Zarina juga mulai terpengaruh dengan adegan panas itu. Ia diam saat Vino mendekatinya dan menggesekan lengannya. Ia melirik bagian resleting celana Vino yang makin mencuat. "Dilihat-lihat ini cowok ganteng juga, mana daritadi gesekin lengannya mulu ke aku. Apa coba aku godain dikit ya." Batin Zarina. Zarina pun berpura-pura tertidur, dalam posisi masih mepet dengan Vino. Tangannya yang memegangi bagian dadanya sudah berpindah. Jadi sekarang belahan dadanya terpampang jelas dari atas. Vino pun semakin belingsatan melihatnya. "Ya ampun, gede banget itu t*ket. Pengen gue remesin sama dijilatin." Imajinasi Vino semakin liar tetapi ia masih belum berani bertindak. Zarina yang melihat Vino diam saja, malah semakin ingin menggodanya. Ia berpura-pura mencari guling dan menarik tangan Vino. Jadi sekarang tangan Vino menempel dengan p******a Zarina yang sebagian terbuka. Merasakan lengannya digandeng benda empuk seperti itu, Vino sudah tidak bisa menahan lagi. "Udah gak bisa mikir lagi gue. Urusan belakang lah, yang penting gue bisa dapetin nih cewek." Pikirnya. Ia pun mulai mendekati wajah Zarina. Dengan pelan-pelan ia menempelkan bibirnya ke bibir yang menggoda itu. "Mmmmhhh." Zarina mendesah saat merasakan Vino menciumnya. Ia belum pernah berciuman dengan siapapun. Vino yang amat bernafsu, mencoba menahan nafsunya dengan melakukan ciuman lembut tetapi panas Lama-lama ia merasakan lidah Vino masuk ke dalam mulutnya, mereka melakukan french kiss. Zarina mulai merasakan cairan kewanitaannya mulai keluar. Pertanda dia juga mulai h***y. Vino berpindah ke bean bag Zarina dan menindih tubuhnya dengan masih berciuman panas. "Mmmmhhh." Desah Zarina yang masih berpura-pura tertidur. Ia tidak berani bangun karena ia juga merasakan dirinya ingin lebih. Zarina merasakan benda keras di bawah perutnya. Vino melepaskan ciumannya, sekarang ia mencoba memegang dua benda bulat yang daritadi menggodanya. Ia melepas satu persatu kancing baju tidur Zarina. Zarina yang masih ragu menahan tangan Vino. "Jangan kak. Aku belum pernah." Katanya. Vino tidak memperdulikan perkataan Zarina. Ia tetap meneruskan sampai semua kancing terbuka dan mempertontonkan belahan dadanya yang montok walaupun masih terbalut bra warna hitam. Vino menelan ludah melihat pemandangan di depannya itu. Ciuman Vino mulai berpindah ke leher, dan semakin turun ke bawah. Sambil satu tangannya mulai meremas sebelah kanan gunung bulat itu dari luar bra. "Ahh, jangan kak. Mmmmhhh aahhh." Desah Zarina yang baru pertama kali merasakan miliknya diremas oleh cowok. Ia masih bimbang, ingin menikmati atau menolaknya. Walaupun sebetulnya ia pun menikmati dan penasaran dengan rasa nikmat yang menjalar di seluruh tubuhnya. Bagian bawahnya terasa semakin becek. Vino meneruskan aksinya, ciumannya sudah berpindah ke sebelah kiri belahan p******a Zarina. Ia tidak tahan lagi, tangannya melepaskan kaitan bra di punggung Zarina. Zarina pun mengangkat tubuh bagian atasnya supaya kaitannya mudah terlepas. Setelah itu Vino menarik lepas bra hitam tersebut dan melemparkannya ke lantai. Dan terpampanglah dua gunung sensitif Zarina, yang mempunyai ujung pink kecoklatan. Vino memandangi d**a Zarina tanpa berkedip, ia baru kali ini melihat p******a sesempurna ini. Bulatan yang sangat proporsional, didukung oleh kulit Zarina yang kuning langsat, dan dengan ujung yang sudah menegang seiring dengan rasa dingin yang terasa saat branya terlepas. " Ahhh jangan kak, aku malu." Katanya sambi menutupi payudaranya yang terpampang dengan kedua tangannya. Walaupun tangannya yang mungil hanya bisa menutupi p****l dan sebagian gundukan dadanya. Vino yang melihat itu malah semakin bernafsu lagi, ia pun menciumi bagian atas belahan d**a Zarina. "Mmmuaah. Seksi sekali kamu. Udah dilepas aja tangannya ya. Tubuhmu sangat sempurna" Katanya sambil merayu. "Ahh ssshh aahh." Zarina mendesah, ciuman itu membuat tangannya semakin melemah. Satu tangan Vino menelusup di sebelah kiri payudaranya yang masih tertutup tangan. Ia meremas dengan lembut d**a montok itu. "Gila nih cewek, dadanya bener-bener bahenol. Rejeki nomplok nih." Batinnya. "Sshhh aahh, aahh.. jangan kaak." Zarina yang merasakan remasan tangan Vino masih berusaha menolak walaupun tidak segigih tadi. "Ahhh gila, remasannya lembut banget. Aku suka tapi malu."Katanya dalam hati. Ciuman di d**a Zarina semakin mengganas. Vino menghisap bagian atas d**a Zarina. "Mmmh,, mmuaach." Sampai muncul beberapa tanda kemerahan di p******a Zarina yang putih. Bagian bawah tubuh Zarina semakin bereaksi dan banjir dengan perlakuan Vino. Tangannya yang menutupi payudaranya pun melemah. Seiring dengan hawa nafsunya yang semakin merasuki dirinya. Melihat itu, Vino langsung menyingkirkan tangan Zarina dan mengulum ujung d**a kanan Zarina dengan ganas. Lidahnya memainkan ujungnya dengan cepat sampai berbunyi. Tangan yang satunya meremas p******a Zarina dengan semakin cepat dan keras. "Ahhh ahhh ssshh aahhh,, enak kak." Kata Zarina keceplosan. Ia merasakan belum pernah seenak ini saat bermain sendiri. Vino yang merasa sudah menang semakin leluasa memainkan tubuh bagian atas Zarina. "Gila banget, baru nyusu aja gue udah sange kayak gini." Katanya dalam hati. Lalu tiba-tiba, ...............................................................................................................................................
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN