Setelah mengantar Olivia sampai depan gerbang rumahnya, aku langsung kembali ke rumah.
"Sampai nanti Sayang!" Olivia melambaikan tangan padaku. Tersenyum hangat.
"Sampai nanti. Selamat malam Sayang, jangan lupa mimpiin aku ya!"
"Hahaha. Tentu." Olivia tertawa kecil mendengar gurauanku. "Hati-hati di jalan ya."
Aku mengangguk, langsung memutar setir, balik ke rumah.
Setelah sampai di rumah, aku langsung ke kamar, mengambil wudhu dan shalat Isya.
Aku menatap jam dinding di kamar yang sudah menunjukkan pukul 08.45 waktu malam, sepertinya abi dan umi masih di masjid mengikuti penyajian malam.
Sajadah kulipat, kuletakkan ke atas meja, langsung meraih ponselku yang juga terletak di atas meja dan menghempaskan tubuh ke kasur.
"Bagaimana cara menghubungi Harumi besok untuk jam pertemuan kita ya?"
Aku terdiam sejenak. Memikirkan solusinya. "Apa aku minta nomor perempuan itu dari abi atau umi saja? Ah sebaiknya tidak." Aku menghela nafas, menutup mata sejenak.
Notifikasi i********: yang masuk ke ponselku segera memberi solusi untuk masalahku ini. Aku langsung mengetikkan nama Harumi Jannah As-Syifa di kolom pencarian.
Ketemu!
Akun privat, jumlah pengikut seribu lebih, yang diikuti delapan ratus lebih, bio tidak ada, postingan juga tidak ada. Aku jadi tidak yakin ini benar akun Harumi yang sedang aku cari.
Di kolom pencarian, hanya akun ini yang memiliki nama yang sama dengan Harumi. Tanpa ragu aku langsung mengklik tombol ikuti. Menutup ponsel, keluar kamar, melangkah ke ruang tamu karena abi dan umi sudah balik dari masjid.
Aku menyalimi tangan abi dan umi, menyapa mereka.
"Ayo Nak makan malam dulu," ajak umi.
Aku menggeleng pelan. "Tadi Yusuf udah makan malam bareng teman, Umi. Jadi Umi sama Abi aja, Yusuf balik ke kamar lagi ya, masih ada kerjaan."
"Apa semua dokumen persyaratan untuk ke kantor urusan agama sudah kamu siapkan?" tanya umi sebelum aku sempat berbalik.
Aku baru tersadar akan persyaratan untuk mengurus buku nikah. Aku sampai melupakan hal sepenting ini.
"Dari raut wajahmu sepertinya belum Nak."
"Aduh Yusuf, bagaimana bisa kamu melupakan hal sepenting ini!? Sana urus semua dokumen yang diperlukan." Abi menepuk jidatnya atas kecerobohanku. Menghela nafas.
"Baik Abi, Umi." Aku langsung balik ke kamar segera, membuka semua dokumen-dokumen yang ada, mencari surat-surat yang diperlukan untuk mengurus buku nikah.
oOo
Aku menghela nafas lelah. Akhirnya semua yang dibutuhkan untuk dibawa ke kantor urusan agama sudah tersiapkan. Butuh satu jam lebih untuk mencari dokumen dan surat-surat ini. Padahal, saat aku tidak butuh, mereka selalu menongol di sela laci meja, saat dibutuhkan malah tercecer ke surat lain.
Mataku langsung terfokus pada ponsel. Aku penasaran apa Harumi sudah mengkonfirmasi akun i********: ku, agar aku bisa langsung mengabarinya tentang jam pertemuan besok, itu pun jika benar akun yang aku ikuti adalah akun-nya.
Aku meraih ponsel, membukanya.
Sudah masuk notifikasi bahwa akun dengan nama Harumi Jannah As-Syifa sudah mengkonfirmasi akunku, akun ini juga mengikutiku balik, langsung aku konfirmasi.
Aku meng-klik menu mengirimkan pesan, akun dengan nama Harumi ini sudah lebih dulu mengirimi pesan padaku.
Harumi : "Mas Yusuf?"
Tanpa pikir panjang aku langsung membalas "iya" ini benar akun Harumi yang sedang aku pikirkan saat ini, calon istriku.
Harumi : "Duh, untunglah. Tadi saya bingung bagaimana cara menghubungi Anda untuk menentukan jam pertemuan besok, karena saya tidak memiliki nomor Anda."
Yusuf : "Haha. Ternyata kita satu pikiran."
Harumi sudah membaca pesanku, tapi dia tidak lagi membalas, bahkan tidak ada tanda-tanda bahwa dia sedang mengetik.
Perempuan ini masih saja formal saat bercakap berdua denganku. Aku tidak tau apa dia memang benci padaku, atau sekedar menjaga jarak. Karena dari awal, kita memanglah dua insan yang dipertemukan oleh dua keluarga besar, namun saling asing.
Yusuf : "Harumi, apa kamu ada jam tertentu yang tidak dibolehkan izin untuk besok?"
Harumi : "In syaa Allah tidak ada, semua pekerjaanku hari ini telah selesai, mungkin izin 2 sampai 4 jam masih bisa untuk besok. Jadi, jam berapa kita ke kantor urusan agama? Anda bisa mengatur waktunya."
Yusuf : "Baiklah. Setelah Zhuhur saya akan menjemputmu di perusahaan."
Harumi :"Ah, tidak perlu, saya bisa naik motor sendiri. Setelah dari kantor urusan agama mungkin saya diperbolehkan pulang sebab izin habis Zhuhur."
Yusuf : "Baiklah kalau begitu maumu."
Harumi : "Iya. Sampai besok. Assalamu'alaikum."
Yusuf : "Wa'alaikumsalam Harumi."
Aku masih aktif di i********: sampai 2 menit, mana tau ada pesan lagi dari Harumi, ternyata tidak ada. Lebih baik aku meminta kontak Harumi, agar lebih mudah menghubunginya untuk memberi kabar.
Aku langsung mematikan ponsel, men-chargenya. Aku membuka laci meja, mengambil Al-Qur'an, membacanya sebelum tidur.
oOo
Adzan subuh sudah berkumandang, membuat perasaan jadi tenang setiap mendengar lantunannya. Aku baru saja selesai mandi, mengambil peci yang tergantung di balik pintu kamar. Menunggu abi bersiap.
"Ayo Nak." Abi sudah rapi dengan baju kokoh, kain sarung dan peci putihnya, didampingi umi keluar kamar barusan.
"Yusuf sama abi pergi dulu, Umi."
Umiku mengangguk, tersenyum tipis. "Hati-hati di jalan, jangan lupa berdoa dulu sebelum menginjakkan kaki keluar dari rumah." Aku mengangguk, mengiyakan peringatan umi.
Sampai di masjid, aku menyegerakan shalat sunah tahiyatul masjid, setelah selesai shalat sunah, salah satu jamaah langsung Iqamah, kami mulai shalat subuh berjamaah.
oOo
Aku harus cepat datang ke perusahaan hari ini, mengurus izin dan mengerjakan tugas dari setelah istirahat nanti lebih awal, sebab siang nanti aku harus ke kantor urusan agama bersama Harumi.
"Kenapa sarapannya buru-buru begitu Nak?" tanya umi heran.
"Yusuf harus cepat ke perusahaan, Umi. Soalnya Yusuf harus mengerjakan tugas setelah jam istirahat nanti lebih cepat, karena Yusuf harus ke kantor urusan agam siang nanti."
"Oh begitu. Tapi makannya jangan terburu-buru begitu Nak, nanti kamu tersedak," ujar umi mengingatkan. "Bagaimana dengan semua persyaratannya? Apa sudah kami siapkan?"
Aku mengangguk, mengiyakan pertanyaan umi, langsung menyeruput air putih dengan cepat.
"Yusuf berangkat duluan Umi, Abi. Assalamu'alaikum." Aku mencium kedua punggung tangan orangtuaku, langsung ke bagasi.
"Wa'alaikumsalam," sahut umi dan abi bersamaan.
Perasaanku kacau saat ini, aku langsung membuka pintu mobil, masuk, menghidupkan mesin.
Aku masih berpacaran dengan Olivia, namun hari ini aku harus mengurus buku nikah bersama perempuan lain. Aku benar-benar laki-laki b******k! Aku tau itu, aku tidak akan menyanggahnya.
Harapanku hari ini hanya satu, perihal apa yang akan dibahas oleh Harumi saat kita bertemu nanti.
'Lusa, kita akan mengurus semua dokumen ke kantor urusan agama, ada sesuatu yang ingin saya bicarakan dengan Anda. Dan satu lagi... saya sama sekali tidak menyukai perjodohan ini, saya juga tau Anda tidak menginginkannya, Yusuf'
Kata-katanya ini masih terngiang-ngiang di kepalaku. Aku hanya bisa bermimpi, bahwa yang akan dibicarakan oleh Harumi nanti adalah janji perceraian. Karena dia tidak menyukai perjodohan ini, aku pun juga tidak menginginkannya.