Charming

1894 Kata
" Iya...Iya... Saya bantuin. Jadi cowok kok nggak bisa ngangkat motor sendiri sih!" misuh Lily. Reiga yang mendengarnya lalu berhenti dan membuat Lily menabrak punggungnya. Ia lalu memamerkan telapak tangannya yang juga sedikit terluka. " Iya...Iya... Maaf...Emosian banget!" Reiga yang mendengarnya hanya menggelengkan kepala dengan kelakuan gadis yang kini berjalan mendahuluinya. Reiga lalu menaring setang motornya agar bisa kembali pada posisi normalnya dengan Lily yang memegangi bagian belakang motor tersebut. Reiga lalu mencoba menyalakan mesin kendaraannya yang ternyata tidak berfungsi dengan baik. " Bagus!!!" Reiga lalu merogoh saku jaket kulitnya dan nampak mencari-cari benda yang ia yakini telah ia masukkan tadi. Reiga lalu berjalan mengelilingi sekitarnya dan membuat Lily nampak heran sendiri. " Nyari apaan?" " Kamu punya hape? " " Punya." " Sini" " Apanya?" tanya Lily heran. " Hape kamu!" " Udah saya hancurin tadi." Reiga memejamkan mata dan nampak kesal. " Kamu pikir kalau saya punya hape saya akan ada disini?" Lily lalu melihat sekitarnya dan melihat benda pipih yang sepertinya milik pria angkuh di hadapannya. Ia lalu berjalan dan mengambil benda tersebut. " Punya kamu? Kayaknya udah nggak bisa kepake deh" Reiga lalu mendekati Lily dan mencoba menyalakannya kembali dan hasilnya sama seperti dugaan Lily. " Trus gimana?" tanya Lily enteng. " Kamu ganti rugi motor dan ponsel saya" Lily terkejut dan langsung membela diri dan melipat kedua tangannya di depan d**a. " Nggak bisa dong! Ini kan bukan salah aku" " Lalu salah siapa? Saya? Yang buang sampah sembarangan dan mencelakai orang lain siapa? Kamu tahu hukuman atas kelalaian kamu?" Lily nampak berpikir. " Baik. Kita selesaikan secara hukum. Kamu bisa berhubungan dengan pengacara saya" " Nggak mau. Saya sudah dua tahun buang-buang waktu sama pengacara. Saya nggak ada urusan sama pengacara lagi" jawab Lily asal. " Terserah kamu. Kita lihat saja nanti" ucap Reiga dan langsung berjalan meninggalkan Lily. Lily lalu tersadar jika pria tersebut tidak main-main dna segera mengejar Reiga dan menarik lengannya. " Eh tunggu... Oke..Oke... Saya akan ganti rugi. Tapi kita bisa secepatnya pergi dari sini kan?" Reiga menatap wajah Lily yang nampak sangat berharap sementara ia masih belum melepaskan lengannya. " Kamu kabur ya?" Lily lalu melepaskan lengan Reiga dan berjalan menuju motor pria tersebut. " Ayoooo.... Dingin tau!...." Reiga lalu berjalan dan melihat Lily yang berusaha merobek juntaian bagian bawah gaun pengantinnya. " Tau gini, mending ganti baju dulu. Lagian kenapa juga gue milih gaun ini sih? Pilihan gue emang selalu payah " ucap Lily pada dirinya sendiri dan itu terdengar oleh Reiga. ** Sudah 10 menit mereka berdua mendorong motor sport milik Reiga hingga akhirnya menemukan sebuah bengkel kecil yang akhirnya bisa membantu mereka. Reiga mengambil sebotol air mineral dari lemari pendingin dan meneguknya sementara Lily nampak sibuk mengikat rambutnya dengan karet gelang yang ia temukan di bengkel tersebut. Reiga hampir tersedak dengan tingkah Lily yang nampak santai dengan apa yang ia lalukan sementara gerakannya yang mengangkat kedua tangan untuk mengikat rambut panjangnya dan memamerkan kulit putih mulus miliknya sungguh sangat menyita perhatian kedua lelaki yang terpaksa harus menyembunyikan kekaguman mereka. Lily lalu dengan santainya berjalan mendekati Reiga sambil memperbaiki anak rambut yang berada di keningnya. " Masih lama nggak?" Reiga berusaha nampak acuh meski ia adalah lelaki normal yang tentu tahu betul jika Lily adalah seorang gadis yang sangat cantik. " Nggak lama katanya" " Syukur deh kalau gitu, udah mau malam juga. Kamu bisa bayangin kalau kita sampai kemalaman di jalan? Mana baju aku...uhuk...uhuk..." ucap Lily yang tiba-tiba terbatuk lalu dengan santainya mengambil botol air dari tangan Reiga dan meneguknya hingga hampir habis. Reiga menatapnya dengan tidak percaya. Kemudian menatap Lily dari ujung kaki hingga ujung rambut seolah memperjelas jika ia mengamati sosok Lily. " Kenapa sih? Daritadi gitu banget liatinnya!" " Dasar aneh" ucap Reiga lalu berjalan melewati Lily menuju sang pemilik bengkel. " Gimana pak?" " Ini udah bisa nyala pak. Saya nggak bisa terlalu ngutak atik. Takut rusak. Ini motor mahal soalnya. Tapi ini nggak bisa dipakai jauh ya pak." " Nggak apa-apa pak. Asal bisa nyampe hotel terdekat aja. Ini pak buat ongkosnya" ucap Reiga lalu memberikan sejumlah uang untuk sang pemilik bengkel. " Waduh, ini banyak banget pak" ujar si bapak karena jumlah uang yang Reiga berikan sangat banyak dari apa yang akan ia sebutkan. " Nggak apa-apa pak. Bukan saya yang bayar. Tapi bisa buatkan nota nya?" " Bisa pak. Bisa. Tunggu sebentar" Si pemilik bengkel pun mencari buku nota agar ia bisa menuliskan jumlah tagihannya pada Reiga. " Ini pak. Makasih banyak. Semoga selalu langgeng sama pacarnya ya pak. Serasi banget. Satunya ganteng, satunya cantik banget. Semoga lancar ya sampe acara nikahannya" ucapnya tulus. Reiga menatap Lily dan ia pun tersenyum dalam hati lalu mengucapkan terima kasih pada pemilik bengkel dan berjalan mendekati Lily. " Bapaknya ngomong apa? Kok dia ngeliatin aku tadi?" tanya Lily heran. Reiga mengacuhkannya dan memberikan nota tadi ke tangan Lily. " Ini tambahannya" ucapnya singkat dan kembali memakai helm miliknya. Lily lalu mengikutinya dengan langkah cepat. " Eh bentar, nama kamu siapa?" Reiga membuka kaca helm di wajahnya. " Apa penting?" " Ya iyalah penting. Aku kan bakalan ikut sama kamu. Naik motor kamu. Kalau aku ada apa-apa gimana? Kalau kamu jahatin aku gimana? Cara keluarga aku nyariin aku gimana?" " Memangnya sejak kapan saya nyuruh kamu ikut naik motor? Saya nggak ngajak kamu. Saya bisa pergi sendirian. Lagian kalau kamu ada apa-apa, nggak akan ada yang nyari. Nggak ada yang tahu kamu sama saya kan? Sudahlah... Waktu saya udah banyak terbuang karena kamu. Terserah kalau...." " Oke..Oke... Aku ikut kamu" potong Lily. Reiga menggelengkan kepala karena Lily kini memegang pundaknya dan duduk di belakangnya. Reiga lalu membuka jaket yang ia pakai dan mengulurkannya pada Lily tanpa menoleh pada Lily sedikitpun. Bagaimanapun, Reiga sedikit merasa iba melihat Lily yang sejak tadi memeluk tubuhnya sendiri karena angin pegunungan langsung menyapa kulit mulusnya. " Baik banget. Tapi ini pasti di masukin nota juga kan?" terka Lily yang langsung memakai jaket kulit hitam milik Reiga. " Itu limited edition. Pastiin kamu nyuci yang benar" " Iya, tuan besar" ejek Lily yang langsung membuat Reiga menoleh padanya. " Pegangan yang kuat! Di depan udah jalan menurun. Motornya nggak bisa pelan." perintah Reiga. " Nggak mau! Kamu pasti cuma mau nyari kesempatan" bantah Lily. " Terserah!" ucap Reiga santai dan langsung melajukan kendaraannya dan membuat Lily terhentak kaget. " Jangan sampai jatuh. Saya nggak mau berurusan sama polisi atau dokter" seru Reiga. Lily dengan sigap langsung melingkarkan kedua lengannya di pinggang Reiga dengan kuat. Ia bahkan menutup matanya dan menyandarkan kepalanya di punggung lebar pria yang telah menolongnya. Pada awalnya ia merasa ketakutan, namun menit selanjutnya Lily kini merasa nyaman dan menikmati perjalanan mereka. Entah Reiga bisa merasakannya atau tidak, namun kini jantung gadis bergaun pengantin yang tengah diboncenginya tersebut berdebar dengan cepat. Reiga pun tersenyum dalam hati melihat pantulan kaca spion di hadapannya yang memperlihatkan wajah tersenyum gadis cantik tersebut. Sekitar 30 menit lamanya akhirnya mereka menemukan sebuah hotel dan Reiga kemudian memutuskan untuk beristirahat karena lutut dan lengannya terasa begitu nyeri akibat terjatuh tadi. " Permisi, apa masih ada kamar yang kosong?" tanya Reiga pada sang recepsionist sementara Lily menunggu di sebuah sofa di lobby. " Untuk malam ini kami masih ada tersisa 1 kamar pak" " Satu kamar saja? Apa tidak ada yang lain lagi?" " Maaf sekali pak. Kami hany tersisa satu. Kebetulan kami sedang ada event jadi kamar kami sudah full booked sampai besok." " Apa masih ada hotel terdekat?" " Setahu saya masih sekitar 1 jam lagi pak" " Kamarnya 2 single bed?" tanya Reiga lagi. " Maaf pak, hanya satu king bed" jelas si recepsionist. Reiga nampak berpikir. " Baik. Saya ambil itu" " Baik pak. Bisa saya pinjam tanda pengenalnya?" Reiga lalu menyerahkan tanda pengenalnya dan melengkapi prosedur check in dan mendatangi Lily yang nampak lelah. " Ada kamarnya?" tanya Lily. " Ayo." Lily lalu berjalan dengan lunglai dan tidak memperhatikan jika beberapa pasang mata menatap aneh kepada dirinya. *** Begitu berada di dalam kamar, Lily langsung merebahkan dirinya dan tersadar ketika Reiga menutup pintu hingga membuatnya langsung terududuk kembali. " Lho kok kamu disini?" tanya Lily. Reiga menyimpan kunci motor miliknya di atas meja dan dengan santai masuk kedalam kamar mandi. " Eh bentar... Kenapa masuk kesini sih?" tanya Lily lagi sambil menghadang langkah Reiga. " Yang bayar hotelnya saya. Tentu ini kamar punya saya. Saya yang harus tanya, kamu kenapa disini?" " Ya kan aku pinjam uang kamu dulu. Aku akan telepon teman aku untuk jemput" Reiga mengacuhkan Lily dan menerobos masuk ke dalam kamar mandi meninggalkan Lily yang kesal sendiri. Lily lalu mencari telepon agar ia bisa menelepon Alin, sahabatnya. Satu-satunya orang yang peduli padanya selain mendiang ayahnya tentu saja. " Halo..." jawab suara serak diseberang sana. " Halo, Lin... Ini gue Li..." " Ya ampun, Li... Loe kemana aja? Gue sejak tadi hubungin loe. Gue telepon Devan katanya loe lagi ngambek. Loe kabur. Gimana ceritanya sih?" " Hah? Gue ngambek? Gue kabur? Bener-bener.." ucap Lily geram. " Iya. Ada apa sih? Foto prewednya udah selesai?" " Nggak ada wedding gimana gue mau prewed?" " Apa??? Maksud loe?" " Lin, dia udah bohongin gue. Dia selama ini selingkuh." " Apa??? Devan? Selingkuh dari loe? Loe yakin?" tanya Alin memastikan. " Iya Aliiiiinn.... Udahlah nggak usah di bahas dulu. Buruan jemput gue disini" " Loe dimana? Gue jemputnya dimana? Tapi besok bisa nggak? Mobil gue masih di bengkel. Besok gue nyariin mobil buat jemput loe gimana?" " Nggak bisa sekarang ya Lin?" " Emang kenapa?" " Gue nggak enak sama orang yang udah bantuin gue" bisik Lily. " Udah terlanjur Li... Besok aja nggak enaknya. Loe baik-baik ya. Jangan ngerepotin orang. Hahahahah" canda Alin. " Sialan. Loe kok bisa sih ketawa-ketawa gitu. Gue lagi batal nikah tauk!!!" " Idih... Seolah loe cinta mati ama Devan aja. Ya kalau loe sedih tinggal suruh Devan jemput elu dan baikan. Gampang kan?" " Enak aja." " Nah, makanya... Ngapain loe sedih-sedih untuk orang kayak gitu." " Tapi... " " Udahlah Li...Jangan dipikirin. Gue lagi ngumpulin tenaga untuk hajarin si Devan buat loe. Enak aja..." " Lin, gue kangen loe.... Gue kira..." " Besok ya Li... Yang sabar ya..." " Salah gue apa sih Lin sama dia? Dia selingkuh hanya karena gue nggak bisa penuhin kebutuhan biologis dia. Katanya dia bakalan tetap nerima gue meski dia bukan yang pertama. Gue..." " What????? Gila ya si Devan. Bisanya dia ngomong kayak gitu. Itu bukan salah loe Li. Dia nya aja yang gatel. Dia aja yang m***m. Lah kalau dia sayang sama loe, dia bakalan nunggu lah. Dan nggak bisa juga dia nuduh kayak gitu. Even jika itu bener pun, itu bukan hak dia hakimin loe." " Gue berasa murahan banget Lin. Gue ngerasa harga diri gue..." isak Lily. " Nggak. Stop nangis Li. Dia nggak berhak ngomong kayak gitu sama loe atau sama siapapun. Bagus ketahuan sekarang. Nggak nyangka ya orang semanis dan sebaik Devan selama ini bisa ngelakuin kayak gitu." " Makanya gue juga masih nggak percaya" lirih Lily. " Nggak bisa Li. Loe harus percaya kalau dia emang kayak gitu. Nggak ada pembelaan. Dan gue yakin, loe akan dapetin cowok yang akan sangat tulus sayang dan cinta sama loe karena apa yang ada di diri loe, bukan karena warisan atau ngejar apapun." Disaat yang sama tepat pula Reiga keluar dari kamar mandi dengan mengenakan bathrobe dengan handuk yang ia usap di kepalanya untuk mengeringkan rambut basahnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN