Setelah mencari info ke sana ke mari tentang penggugatan cerai, hari ini kubulatkan tekad untuk mendaftar ke pengadilan agama. Semua bukti telah terkumpul, berbagai argumen juga sudah kusiapkan untuk menjelaskan duduk persoalan. Sekuat tenaga aku menahan diri untuk tak menghubungi Lian, tapi akhirnya nomor telepon lelaki itu kutekan juga. Panggilan terhubung. Aku langsung pada inti pembicaraan. “Tolong jaga Adiva dan Raina. Kamu nggak keberatan, kan?” Aku menggigit bibir. Sebenarnya ini hanya alasan saja. Kedua anakku bukannya tak bisa kuantarkan ke penitipan. Namun, entah rasanya aku benar-benar rindu Lian. “Bisa, Mbak. Aku juga sedang tidak ada pekerjaan. Sekarang aku ke kontrakan.” Sambungan telepon kumatikan. Betapa berbunganya hatiku. Kutatap berkas-berkas yang akan kubawa ke

