bc

MissionSHIT

book_age18+
1
IKUTI
1K
BACA
HE
kickass heroine
police
sweet
bxg
city
cheating
friends with benefits
surrender
selfish
like
intro-logo
Uraian

Awalnya misi Fadi hanyalah menangkap pelaku ketua gembong narkoba yang meresahkan masyarakat sebagai targetnya. Kelicikan dan terlalu licin si pelaku membuat Fadi harus mendekati Gistha selaku kekasih si pelaku untuk bekerjasama menangkap ketua gembong tersebut.

Namun, misi Fadi berubah arah menjadi visi ketika sahabatnya menantangnya untuk membawa Gistha ke ranjangnya sebagai taruhan. Dalam permainan penuh tipu daya dan hasrat ini, Fadi harus memilih antara profesionalisme dan keinginan pribadinya, sementara Gistha berjuang menjaga identitasnya tetap tersembunyi dan misinya tetap berjalan.

Ketegangan meningkat saat mereka terperangkap dalam jaring kebohongan dan godaan. Apakah Fadi akan mampu memenangkan taruhannya tanpa mengorbankan misinya, atau akankah Gistha tetap menjadi teka-teki yang tak terpecahkan?

chap-preview
Pratinjau gratis
Betting
Marina Bay Sands, Singapore, 2022. “Oh my god.” Anton terkejut kala mendapati sahabatnya yang terlihat menangis, sementara Gistha buru-buru menghapus air matanya. “Yet, nangis?” tanya Anton. Gistha mendengus, lalu memejamkan matanya sesaat mendengar cuitan sahabatnya. “Yet, carita ke eike,” kata Anton, bahkan pria bertubuh gempal itu berpindah tempat duduk untuk lebih dekat lagi. “What happen, aya naon kamu teh sampai berlinangan air mata? Kalau sedih kieu mah, pastina keur kangen ka si kasepnya, Yet?” tebak Anton. “Ssst… pelankan suaramu, Ton. Aku takut Bella denger suara lo yang keras kayak toa masjid,” ujar Gistha, dagunya menunjukkan keberadaan Bella yang tak jauh dari posisi duduk mereka. Anton ikut menoleh lalu memandangi sejenak pada wanita berambut pirang yang tengah asik bermain di kolam renang bersama kekasihnya. “Tenang wae, Yet. Si bule kampung itu mah kalau udah sama si mas bule,” Anton menatap pria bernama Samuel bule asli asal Amerika, kekasih Bella, “Sok rada bonge tea dingan cepilna,” ujar Anton dengan mimik wajah yang genit diring senyuman-senyuman menjijikan. “Kalau lagi jatuh cinta mah nya ya, Yet. Dunia teh serasa milik berdua, yang lain mah terasa na mengontrak di bumi teh,” sambung Anton. Gistha ikut tertawa mendengar Anton yang kental berbicara dengan logat sunda, bahkan pria kemayu itu menunjukan mimik wajah yang mengundang tawa. “Sok carita ka eike, Iyeth teh kunaon? Kalau teu kangen ka si kasep pasti na keur pasea nya sareng si akang lengkoas.” “Lucas, Ton. Bukan lengkoas,” ralat Gistha. “Tah, eta maksudna sok carita neng geulis,”bujuk Anton. Gistha mulai bercerita sementara telinga Anton mendengar, matanya beredar sepenjuru kolam renang yang luas. Setelah Gistha selesai bercerita wanita itu kembali pada novel yang dibawanya setelah memasangkan kaca mata hitamnya. Gistha tak ingin matanya yang bengkak diketahui oleh si rambut pirang di kolam renang itu sementara Anton masih sibuk dengan memandangi orang-orang yang ada di sekitar kolam renang tersebut. “Oh, Gie. Perhatiin deh.” Gistha mengangkat pandanganya dari novel yang baru saja dibaca dan kembali menatap wajah Anton yang kali ini terlihat serius. “Kok firasat gue amat yakin banget, ya.” Gistha mendongak. “Dari tadi gue perhatiin sejak dengerin cerita lo sampai rebahan lagi sama novel lo itu.” Jika Anton sudah mode serius, logatnya berbeda. Tidak ada panggilan ‘Iyet, Eike’ lagi, tandanya pria itu berbicara serius. “Tuh lima cogan di sayap kiri lo kayak lagi ngomongin lo, deh,” Anton bahkan menunjukkan dengan dagunya kearah dimana kelima pria itu berada. “Arah jam tiga, Gie,” sambungnya. Gistha menurunkan kaca mata hitamnya sampai ke hidung mancungnya lalu memandang ke arah dimana pria yang Anton maksud itu. “Seyakin itu lo tahu, kalau mereka lagi ngomongin gue? Tau dari mana, sih, hah?” “Feeling aja. Soalnya, gue dari tadi memperhatikan mereka.” “Tapi nggak usah kepedean juga deh,” katanya, “Mungkin aja mereka lagi memperhatikan wanita cantik dan seksi di kolam ini yang pantas dilirik dan di goda. Gue sama sekali tidak menarik perhatian siapapun.” “Kata siapa?” Anton tidak setuju dengan jawaban Gistha, meski temannya itu salah kostum—memakai pakaian pantai yang sopan dan tertutup di kolam renang namun, wajah cantik seorang Lalisa Milier selalu dilirik banyak pasang mata pria. “Gue sejak tadi memantau mereka.” Anton memberikan ponselnya, “Gue yakin salah satu dari mereka pastinya akan mendekati lo.” Kening wanita itu berkerut seiring menatap satu persatu kelima cogan di foto ponsel Anton, satu dari kelima pria itu Gistha mengenalinya. “Untuk apa salah satu dari mereka deketin gue?” Cuaca pagi di negeri singa begitu cantik sama cantiknya seperti wanita yang sejak lima belas menit lalu Fadi pandangi. Si cantik berambut merah burgundy tengah menikmati infinity pool di teras atas bangunan unik berbentuk menyerupai kapal pesiar yang terdampar di atas gedung pencakar langit, gedung yang menjadi destinasi paling ikonik di negeri singa. Sayangnya kedatangan Fadi ke negeri ini bukan untuk berlibur apalagi berbulan madu seperti dugaan para sahabatnya. Dia seorang jomblo abadi, dan kedatanganya di negeri ini tentunya karena sebuah misi penting. Dan, wanita cantik itu sebuah petunjuk yang akan mengantarkannya pada misi pentingnya itu. “Dalem amat lo lihat tuh wanita cantik itu,” Rendy bahkan ikut memandangi wanita cantik yang dipandang sahabatnya tanpa berkedip, “Awas Fad, dari misi malah nanti jadi visi,” ujar Rendy yang disambut tawa oleh ketiga sahabat Fadi yang lain. “Siapa sih, wanita itu?” Rendy masih penasaran pada wanita cantik itu. Sejak datang, dua sahabatnya nampak sibuk memperhatikan wanita tersebut. “Namanya Lalisa Milier. Dia sosialita ternama ibu kota,” jawab Rion, sahabat sekaligus partner Fadi dalam misi besar ini. Sebelumnya Rion sendiri sudah mencari tahu tentang wanita cantik itu sebagai targetnya. Tapi disini, Raja merasa ganjil dengan Lalisa Milier yang diceritakan oleh sahabatnya itu. Entah Rion kurang teliti mencari tentang wanita itu atau si target sahabatnya itu terlalu pintar. “Aku pikir, dari namanya ‘Milier’ dia dari Amerika atau dari negeri ini misalnya,” bibir Rendy tertarik membentuk senyuman mengejek, “Ternyata sama dari Konoha juga,” sambungnya diiringi tawa. “Sepertinya lo tertarik sama wanita itu, Fad?” Raja pun ikut berkomentar, mengutarakan apa yang dilihat sementara Fadi langsung mengalihkan pandangannya dan menatap lekat sahabatnya itu. “Dari cara lo menatapnya, berbeda,” sambung Raja. Fadi tertawa hambar. Bagaimana bisa sahabatnya bisa mendeskripsikan seperti itu. “Kenapa lo bisa seyakin itu, Ja?” “Just feeling!” Dada Raja meluruh seiring menarik nafasnya, dia melipat kedua tangan didada. Sebelum Raja melanjutkan pembicaraannya, dia menatap sesaat satu sahabatnya. Damar terlihat duduk santai seiring menyesap bir di pagi hari tanpa repot ikut berkomentar. Namun, diamnya pria itu Raja tahu apa yang ada di otak sahabatnya itu. Raja kembali menatap serius pada sahabatnya yang seorang anggota polisi. “Nggak mudah lo mendekati wanita itu, Fad.” Perkataan Raja terdengar penuh hati-hati. “Dia bukan orang yang mudah lo deketin apalagi hanya untuk mengorek sebuah informasi dari target lo itu,” ujar Raja. Raja sudah tahu jika Fadi sedang mengejar—mencari informasi sebagai barang bukti kejahatan Lucas Wardana salah satu keponakan crazy rich Asia. Lucas sendiri banyak di kaitkan sebagai bandar narkoba terbesar di Indonesia dan wanita cantik bernama Lalisa Milier itu tak lain kekasih dari Lucas Wardana. Satu alis Fadi terangkat, masih mempertahankan tatapannya pada Raja. “Lo kenal wanita itu, Ja?” “Nggak terlalu. Hanya mendengar sedikit saja dari seseorang,” ujarnya, “Katanya, para pria kesulitan untuk mendapatkan hatinya apalagi menyentuhnya.” “Tapi gue nggak akan menyerah begitu saja untuk mendekati wanita itu. Gue yakin, gue biasa menaklukan hati wanita itu,” sela Fadi cepat. Ya, Fadi tidak akan menyerah begitu saja, wanita itu kunci dari kejahatan Lucas Wardana. “Sekalipun lo sudah tahu jika wanita itu kekasih dari target lo?” “Ya,” jawab Fadi singkat. “Kalau begitu semoga lo beruntung,” ucap Raja. Mata Fadi menyipit kala menatap Raja. “Kedengarannya menurut lo gue membutuhkan itu?” “Ya, seperti yang gue katakan tadi. Mendekati wanita itu tidak semudah yang lo bayangkan dan lo membutuhkan sebuah keberuntungan.” Raja melirik wanita itu, “Lo nggak bisa menyentuhnya sekalipun lo punya pelet untuk menaklukan hati wanita itu, Fad.” “Gue nggak akan menyentuhnya apalagi dengan pelet seperti yang lo katakan, Ja. Tapi, gue akan menidurinya!” Rendy dan Rion berhenti tertawa, keduanya melongo mendengarkan perkataan Fadi. Sebelumnya, Fadi tak pernah berbicara selancang itu. Fadillah Isnandi yang mereka kenal selama enam belas tahun ini sosok pria dingin, irit bicara dan tegas tak pernah sedikitpun pria berusia tiga puluh tiga tahun itu membuat lelucon konyol seperti ini. Namun, perkataannya tadi terdengar serius. “Ah, ya. Gue tahu bagaimana sepak terjang seorang Fadilah Isnandi mendekati seorang wanita,” Raja tersenyum miring. Mungkin dulu Raja mengenal baik bagaimana pria itu mendekati wanita sebelum hatinya membeku seperti sekarang. “Si perwira tampan yang membuat banyak wanita penasaran dan juga patah hati. Tapi, itu berlaku bagi wanita lain di luaran sana, tidak dengan dia.” Kernyitan di dahi Fadi semakin dalam seiring menatap Raja, sahabatnya itu sepertinya mengetahui banyak hal tentang Lalisa Milier. “Jika dia sudah melabuhkan hatinya untuk satu pria, maka dia tidak membutuhkan pria lain. Dia tidak akan tertarik sama sekali pada pria asing walau, ya, hanya sekedar basa-basi,” sambung Raja. Namun, perkataan Raja menyerupai informasi yang menciutkan nyalinya untuk mendekati Lalisa Millier. Tapi, pendirian Fadi tetap teguh seiring Raja memberikan beberapa clue dan mendengar tentang Lalisa Miller. Fadi jadi semakin penasaran sekaligus ingin membuktikan kebenaran yang dikatakan oleh sahabatnya itu. “Yang satu ini beda, Fad. Lo nggak akan bisa menjinakan yang satu itu.” Mata Fadi menyipit seraya terus mengawasi Lalisa Milier. “Lo meragukan kemampuan gue, Ja?” Seringain culas itu tersungging pelan. “Lo mau taruhan?”

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Her Triplet Alphas

read
7.0M
bc

The Heartless Alpha

read
1.5M
bc

My Professor Is My Alpha Mate

read
476.1K
bc

The Guardian Wolf and her Alpha Mate

read
523.8K
bc

The Perfect Luna

read
4.1M
bc

The Billionaire CEO's Runaway Wife

read
615.1K
bc

Their Bullied and Broken Mate

read
474.0K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook