Bab 1. Ranjang Balas Dendam
Hana terkejut bukan main saat membuka lemari Sandy di kamar suaminya itu. Matanya membelalak melihat foto dirinya bersama dengan ayahnya di dalam bingkai kaca, disilang dengan tinta merah secara kasar. Jantungnya berdegup kencang saat menyentuh foto itu.
Tiba-tiba, Sandy memasuki kamar dan langsung menatap Hana. Ia juga melihat foto yang kini ada di tangan Hana. Membuat jantung Hana yang tadinya bergema amat keras, seolah langsung berubah berhenti berdetak.
"Apa yang kamu lakukan di kamarku?!" tanya Sandy dengan wajah dinginnya.
Hana mulai ketakutan dengan nada bicara Sandy yang kasar. Tidak seperti Sandy sebelumnya. Malam ini adalah malam pertama pernikahan mereka. Hana tidak menyangka jika ia akan mendapati kenyataan sepahit ini di malam pertama.
"A ... apa maksudnya ini?" tanya Hana ragu-ragu menunjukkan foto dirinya dengan ayahnya yang disilang itu.
Sandy tidak segera menjawab. Ia tersenyum menyeringai dan maju perlahan mendekati Hana. Membuat Hana semakin ketakutan. Ia memundurkan langkah menghindari Sandy.
Langkah mundur Hana terhenti karena tubuhnya menatap dinding. Sandy kini sudah berada tepat di hadapannya dengan jarak sangat dekat. Sandy lalu memegangi dagu Hana dan memaksa Hana untuk mendongak ke arahnya dengan kasar.
"Aku tidak menyangka, akan ketahuan secepat ini," lirih Sandy yang nafas panasnya mengenai wajah Hana.
"Apa salahku?" tanya Hana dengan suara gemetar.
"Salahmu? Karena kamu adalah keturunan pembunuh itu. Apa kamu tahu asal usul ayahmu yang sekarang sedang terbaring di rumah sakit? Dia mengalami kecelakaan dalam rencananya membunuh kakekku!" kawab Sandy.
Hana terhenyak sampai melebarkan kedua mata. Sandy tersenyum miring melihat ekspresi Hana. Pasti itu juga menyakitkan untuk Hana.
"Bo ... bohong! Ayahku tidak—"
"Diam!" bentak Sandy yang membuat Hana kembali terdiam. "Sekarang kamu sudah tahu alasanku menikahimu. Kamu harus mengganti semuanya!"
Sandy tiba-tiba memojokkan Hana di dinding dan mengungkung kedua tangan Hana. Lalu ia menggeluti leher Hana dengan ciuman penuh gairah. Hana kaget dan memberontak sekuat tenaga, tapi tetap saja tenaganya kalah oleh tenaga Sandy.
"Lepaskan aku! Aku—"
Belum sempat Hana berbicara, Sandy langsung menutup mulut Hana dengan ciumannya. Melumat bibir gadis polos itu, sehingga Hana tidak bisa mengeluarkan kata-kata. Ia hanya memejamkan kedua mata erat.
Awal ia mau menikah dengan Sandy karena Sandy bilang akan membiayai pengobatan ayahnya yang koma di rumah sakit. Hana pikir Sandy adalah orang baik, sehingga ia mau saja menikah dengannya.
Lagi pula, Hana sendiri tidak tahu harus bagaimana mencari biaya pengobatan ayahnya. Hana tidak pernah menyangka kalau ternyata ia bukan dijadikan istri sebenarnya, melainkan hanya sebagai alat pelampiasan dendam Sandy.
Sandy mulai menarik baju bagian bahu Hana dengan cepat. Membuat Hana terkejut dan kedua matanya terbuka lebar. Hana pun berusaha menutup baju di bahunya kembali.
"Apa yang kamu lakukan?! Lepaskan aku!" teriak Hana yang enggan disentuh oleh suami kejamnya itu.
"Menurutlah dan diam!" bentak Sandy.
Sandy kembali mengunci kedua tangan Hana dan menyambar bibir Hana dengan ciumannya yang penuh gairah. Sebenarnya bukan hanya gelora gairah yang muncul dari dalam tubuh Sandy, tapi juga rasa benci yang amat besar. Hasrat itu bercampur dengan amarah yang membuncah saat ini.
Satu tahun lalu, ayah Hana adalah rekan bisnis kakek Sandy. Mereka telah membuat perjanjian bisnis untuk kontrak kerja bersama. Namun, sayangnya perjanjian bisnis tersebut gagal karena kelalaian kakek Sandy.
Waktu ayah Hana mendengarnya, ia merasa tidak terkontrol karena hanya itulah satu-satunya harapan untuk perusahaannya yang hampir bangkrut. Pada sebuah kecelakaan, isu mengatakan bahwa ayah Hana telah sengaja bunuh diri serta turut membunuh kakek Sandy. Mereka berdua mengalami kecelakaan.
Sayangnya dalam kecelakaan itu, ayah Hana masih selamat meski harus terbaring koma di rumah sakit. Justru kebalikannya, nyawa kakek Sandy tidak tertolong. Sedangkan Sandy hanya memiliki kakeknya sebagai satu-satunya anggota keluarga.
Sandy pun juga merasakan duka yang amat dalam karena kehilangan kakeknya. Di dunia ini, hanya kakek yang menyayanginya. Hanya kakek yang peduli padanya. Mendengar kabar bahwa kakeknya meninggal, Sandy merasa seolah dunianya runtuh.
Sampai kapan pun, Sandy tidak akan pernah bisa menerima kenyataan itu. Rasa terpukul kehilangan kakeknya membuat kesedihan Sandy berubah menjadi amarah yang begitu besar. Karena itu, ia menikahi Hana untuk membalaskan dendamnya.
"Lepaskan aku ...!" rintihan Hana kembali terdengar ketika Sandi berhasil melucuti pakaiannya.
Namun, Sandy justru kembali mengunci kedua tangan Hana. Ia terus melayangkan bibirnya menjelajahi leher dan tulang selangka Hana. Tanda merah di leher Hana sudah tidak terhitung jumlahnya.
Hana terus berusaha memberontak mendorong tubuh Sandy. Tapi semakin Hana memberontak, Sandy semakin erat menahannya. Akhirnya Hana hanya bisa memejamkan kedua mata dan pasrah.
"Sekarang kamu tahu, bukan? Aku menikah denganmu hanya karena satu alasan. Aku sangat membencimu!" ujar Sandy penuh penekanan.
Dalam permainan panas dan menyakitkan itu, Hana tidak menyangka jika Sandy sebenci itu padanya. Bahkan, ia tidak pernah menyangka kalau Sandy akan merenggut kesuciannya secara paksa seperti ini.
Tidak lama Sandy melempar tubuh Hana di atas ranjang dan langsung menindihnya. Hana berusaha lepas, tapi justru semakin sulit. Sandy kembali mengitari leher Hana dan memberi gigitan-gigitan nakal yang akan menjadi bekas berwarna merah.
Karena kungkungan Sandy, Hana tidak lagi bisa bergerak. Ia hanya mengalihkan pandangan dan terus memejamkan mata. Sandy lalu melepas resleting celana dan segera melakukan penyatuan pada Hana yang membuat Hana mengerang kesakitan.
Reaksi Hana, membuat Sandy justru termakan gelora dan melakukannya lebih cepat. Teramat pedih kepiluan yang Hana rasakan, sehingga ia sampai menangis mengungkapkan dukanya.
Melihat air mata Hana, Sandy tidak mau berhenti. Justru mempercepat gerakannya. Hana yang tidak berdaya, hanya terus bisa menangis. Sandy ingin Hana semakin tersiksa batinnya.
"Kamu menangis sekarang? Kesedihanmu itu tidak bisa dibandingkan denganku! Paling tidak, ayahmu yang menyebabkan kecelakaan itu masih bernyawa dan bisa kamu lihat setiap hari. Tapi bagaimana dengan kakekku?! Kakekku harus meninggalkan dunia ini karena ulah ayahmu!"
Sandy semakin mempercepat gerakannya bersamaan dengan deru nafas yang kencang. Hana pun hanya bisa terus merintih dalam tangis. Merasakan kepiluan terdalam yang harus ia telan secara paksa.
Beberapa detik berlalu, Sandy mencapai klimaks dan akhirnya ia terhenti. Dengan engahan nafas yang tersisa, ia masih mengunci kedua tangan Hana. Hana benar-benar pasrah dan terus menangis mengalihkan pandangan dari Sandy.
Sandy lalu beranjak dari Hana. Begitu Sandy sudah menjauh, Hana segera meraih selimut untuk menutupi tubuhnya yang polos. Bercak merah di atas kasur sudah menjelaskan semuanya.
Sandy mengambil pakaiannya yang berserakan di lantai dan memakainya. Hana terduduk dan masih menutup rapat tubuhnya dengan selimut. Setelah Sandy selesai memakai bajunya, ia menoleh ke arah Hana dan berjalan mendekat.
Hana masih menggigil dan menunduk dengan perasaan campur aduk. Sandy tersenyum menyeringai licik dibuatnya. Ia kemudian mengangkat dagu Hana sehingga Hana harus menatapnya.
Hana masih ketakutan dan hanya terdiam. Sandy lalu mengusap bawah bibir Hana yang berwarna merah muda itu dari ujung ke ujung.
"Ternyata kamu boleh juga, ya?" lirih Sandy mengintimidasi.
"Kenapa kamu lakukan ini padaku?" tanya Hana dengan suara gemetar bercampur isak. Sandy pun menautkan kedua alis mendengar pertanyaannya.
"Karena kamu harus membayar apa yang telah ayahmu lakukan padaku! Ingat! Kamu hanyalah seorang tawanan yang harus menuruti semua kemauanku! Kalau kamu tidak mau, maka nyawa ayahmu sebagai gantinya!"
Setelah berkata begitu, Sandy berjalan menjauh dan keluar kamar sembari membanting pintu dengan suara kencang. Hana pun hanya bisa meringkuk memeluk lutut dan tangisannya semakin kencang.
Hana tidak menyangka jika Sandy benar-benar sangat kejam padanya. Hana merasa seperti terjatuh ke dalam lubang yang dalam dan gelap. Namun, ia tidak bisa lari karena ayahnya sebagai jaminan. Apa yang harus ia lakukan saat terjebak dalam pernikahan yang seperti neraka itu?!