Empat

1813 Kata
Ara berlari menuju kedai ia terlambat bangun dan Neneknya ternyata keluar rumah sejak subuh bersama dengan temannya. Meskipun sang Nenek sudah menyiapkannya sarapan namun Ara tetap terlambat sampai kedai bahkan sudah selesai mereka bersiap. "Telat kamu Ra?" ucap Stefan yang bertemu Ara sehabis membuang sampah ke depan "Bentar mau napas" ujar Ara putus-putus "Loh Ara kamu baru dateng?!!" ucap Pak Bos yang akan mengantar anaknya "Mbak Ara telat bangun!!" Ara hanya bisa meringis dengan masih terlihat mengambil napas sehabis lari sejak dari rumah. Franz datang dengan segelas air putih dalam gelas. "Minum" Ara yang melihatnya langsung menyambar gelas tersebut dan meminum isinya hingga habis. "Masuk sana" ucap Franz Ara menganggukkan kepalanya dan segera masuk ke kedai. Bergabti baju dan bersiap membersihkan meja juga mengisi air di teko . . . "Luke" Pagi ini Ibunya mengajaknya makan pagi bersama. Katanya ingin membhasa sesuatu dengannya. Luke hanya menurut saja. "Kemarin Raja membahas apa denganmu?" tanya Gina pada Luke "Pertanyaan biasa Ibu" "Biasa bagaimana?" "Menanyakan latihanku dan lainnya" jawab Luke sambil menyendokkan sup kental yang dihidangkan "Lalu?" "Tidak ada Ibu. Maksud ibu apa?" tanya Luke "Tidak ada, kau makanlah roti gandum itu. Ibu yang menyuruh mereka membuatnya sesikit garing" ucap Gina lagi Luke mengangguk dan mengambil sepotong roti tersebut. Mereka akhirnya makan pagi dengan dentingan sendok beradu dengan piring juga sobekan roti yang sesekali terdengar. Luke memang kurang alrab dengan ibunya. Sejak kecil ia di asuh ibu s**u dan bertemu ibunya terkadang tiga hari sekali. Di masa itu Ayahnya baru saja diangkat menjadi Raja Gina menatap putranya. Wajah suaminya menurun padanya. Robert muda terlihat jelas di wajah putranya. Selain itu ia juga yakin seharuanya anaknya ini yang meyakini bahwa pewaris takhta harusnya putranya. Dulu ia sempat berbicara pada Robert mengenai pewaris takhta namun, Robert hanya bergeming "Ibu, Luke ada janji dengan guru hukum kerajaan" ucap Luke sambil membersihkan sekitar mulut dengan serbet dan mulai beranjak berdiri "Baiklah, belajarlah nak" ucap Gina tersenyum Luke mengangguk dan berjalan pergi. Gina menatap putranya yang pergi, sebenarnya ia tidak ingin sedingin dan seolah menjaga jarak namun, ada alasan mengapa ia begitu. Menyudahi sarapannya, Gina memanggil pelayan yang bersiap di sekitar untuk membersihkan meja Sedangkan itu Luke berjalan keluar hendak ke area belajarnya, di tengah jalan ia bertemu Henry yang baru saja seelsai sarapan sepertinya akan menjemputnya "Yang Mulia, selamat pagi" sapa Henry "Pagi" "Hari ini Anda ada belajar hukum kerajaan lanjutan" ucap Henry sambil berjalan bersama Luke "Iya, ini aku sedang ke sana" "Baik, akan saya antarkan teh dan pendampungnya ke ruang belajar Anda" ujar Henry begitu mempersilakan Luke masuk "Baiklah" Luke masuk dan tak lama seorang guru yang memang sudah tua masuk dengan membawa sebuah tas berukuran sedang "Selamat pagi Yang Mulia Pangeran" "Pagi" jawab Luke "Baiklah, kita langsung saja. Apa Anda sudah membuka bukunya?" Luke mengangguk dan menunjukkan buku tebal tua yang ia ambil dari rak sebelum duduk tadi "Baik, seperti yang Anda ketahui hukum kerajaan ini terbagi dua. Hukum lisan Raja dan hukum tertulis yng sudah ditetapkan sejak kerajaan ini didirikan" terang sang guru Luke dengan khidmat mendengarkan semua penjelsan. Ia perlu menambah pengetahuannya juga memecahkan pikiran yang terlinta di otaknya kala mendengar rencana Raja dan Ratu kemarin. Mulanya ia memang tidak menyukai laku Ibunya yang seolah mendesaknya untuk naik takhta namun ada alasan dibaliknya seharusnya "Bagaimana Yang Mulia apakah Anda sejauh ini sudah paham?" tanya guru pada Luke "Sudah," Ketukan di pintu membuat sang guru menghentikan penjelasannya. Ternyata Henry masuk dengan troli teh dan beberapa makanan ringan "Saya membawakan teh dan makanan ringan Yang Mulia dan Tuan guru" ucap Henry "Terimakasih Henry" ucap sang guru, "Duduklah ikut sekalian belajar, bagaimana Yang Mulia?" "Boleh, duduk Henry" "Baik terimakasih Yang Mulia" Akhirnya mereka Henry juga Luke belajar bersama. Jiga sesekali mereka bertanya. Luke juga ingin sahabatnya ini tahu untuk rencana ia nantinya. Sebelumnya juga ia harus menentukan arah dirinya di kerajaan ini. Meskipun kemarin pamannya alias Raja menawarinya sebuag posisi. Luke masih diam dan mengucapkan akan memikirkannya Luke harus memikirkan cara yang tepat. Sepertinya penjelasan sang guru memberinya ide. "Baiklah, penjelasan saya sampai di sini dan aoan kita lanjutkan di lain hari. Saya pamit Pangeran dan Tuan Henry" ucap sang guru "Baik, terimakasih guru" ucap Luke "Mari saya antar Anda ke depan" ujar Henry mempersilakan "Terimakasih" Setelahnya sang guru keluar dari ruang baca tersebut. Luke masih membuka beberapa buku yang tadi ia gunakan. Melihat kembali hukum-hukum yang ada "Yang Mulia" ucap Henry yang ternyata sudah kembali "Sudah kau antar sampai mobil tadi?" tanya Luke "Sudah Yang Mulia. Dan beliau memberikan ini pada Yang Mulia" ujar Henry sambil memberikan sebuah jalinan tali dengan permata di tengahnya Luke tersenyum dan mengantonginya. "Oh ya Henry duduklah ada yang mau ku diskusikan denganmu" ucap Luke menunjuk kurso di depannya "Baik Yang Mulia" . . . Ara dengan cepat dan hati-hati mengabtarkan pesanan pelanggan dan langsung mencatat pesanan yang lainnya dari orang yang baru datang dan duduk "Baik di tunggu ya untuk pesanannya" ucap Ara dengan tersenyum Ia kembali lagi ke meja pesanan dan memberikan catatan berupa pesanan makanan. "Ara ini antarkan ke meja sepuluh" ucap Stefan yang memberikan beberala piring Dengan gesit Ara mengeluarkan nampannya juga menata piring tersebut ke atas nampan. Sedangkan itu Franz yang baru datang dengan belanjaannya memasukkannya lewat pintu samping Hari ini seperti biasa banyak pelanggan kedai yang datang. Entah sekedar makan atau minum kadang juga hanya menunggu janjian dengan seseorang Ara bolak balik mengantarkan makanan ke meja pelanggan yang sudah memesan dan menunggu makanan mereka "Bell tambah minumnya di sini" ucap salah satu pelanggan "Baik, saya segera ke sana" Ara menjawab sambil mengambil teko berisi air di dekat pak bos Menjelang siang memang banyak orang yang datang dengan beberapa teman mereka. Kadang juga mereka ada yang sudah memesan tempat terlebih dahulu. Juga letak kedai ini yang dekat pelabuhan dan menjadi pusat dari informasi yang menyebar "Bell, duduk aini biar Franz yang gantikan" ucap Mr. Andy di balik kasir sambil menerima uang dari pelanggan "Franz sibuk angkat-angkat pak bos. Di aini juga semakin ramai. Aku bisa menanganinya" jawab Ara samb membawa catatannya menuju meja yang sudah memanggilnya "Ya sudah pak bos, Bell sudah di panggil lagi" Ara sudah berjalan pergi sedangkan pak bosnya hanya menghela napasnya. Sejak ia menerima Ara kerja di aini setelah lulus sekolah dulu sempat ia meragukannya namun sekarang gadis itu begitu cekatan. Juga banyak orang yang datang kemari untuk makan. Jalur pelabuhan juga makin ramai membuat kedianya tidak pernah sepi. Bahkan ada beberapa yang yang menyarankan buka hingga malam tapi sang istri langsung menolaknya "Tidak. Ini temlat makan siang hingga sore" jawab Luisa kala itu Hampir Andy berdebat dengan Luisa namun akhirnya ia mengalah setelah melihat alasan Luisa tidak membuka kedai hingga malam. Putra mereka butuh kehadiran orang tua saat malam hari menemani belajar atau bercengkrama setelah lelah dengan kegoatan sekolah Dan memang itu yang membuat kedianya makin ramai karena masakan yang dihidangkab beda dengan yang lain juga hanya buka saat siang hingga sore. "Bell, tambah sup ya" teriak salah satu orang yang tadi sudah memesan "Baik, di tunggu yaa" Dan hari-hari sibuk lainnya sebentar lagi akan berakhir. Jam sudah hampir menunjukkan pukul satu lewat. Meskilun begitu masih banyak antrian di luar. "Andy, kau lihat di depan dan tanyakan mereka mau memesan apa aku akan mengecek persedian yang datang untuk melihat apakah masih bisa" "Oke, aku ke depan sebentar" ucap Andy mengunci kasir dan meminta Franz menjaga sebentar sambil menerima kertas pesanan "Loh Pak bos kemana?" tanya Ara begitu ia melatakkan kertas pesanan "Ke depan melihat antrian itu" "Sini pesanannya" Ara menyerahkan kertas pesanan setelah menyobeknya tadi "Ini dan ada yang di bungkus juga" ucap Ara kemudian "Oke, kau tunggu di sini aku akan ke dalam memberikannya pada Mrs. Luisa" ujar Franz dan di balas anggukan dari Ara Tak lama Mr. Andy datang kembali "Franz kembali ke dapur Bell?" tanya Pak Bos yang kembali ke balik kasir "Benar Pak Bos. Gimana Pak Bos di depan?" tanya Ara "Mereka banyak memesan, ini" jawab pak bos memperlihatkan pesanan mereka "Oh ya Ara itu segeera ke sana catat pesanan mereka yang baru dapat meja itu. Suruh tunggu sebentar dan berikan minum air dulu" ucap pak bos lagi "Baik bos" Ara sudah berjalan menuju meja yang baru terisi kembali. Memberishkan sisa makanan juga menarik piring yang ada. Kemudian menyediakan air putih ke gelas baru "Silakan sambil menunggu pesanan Anda" ucap Ara dengan tersenyum "Baik. Tadi kami sudah memesan di depan tadi" ujar salah satu dari mereka "Benar, mohon di tunggu" Ara kembali berjalan dengan tumpukkan piring kotor dan membawanya ke belakang. "Sini Bel" ucal Stefan yang ternyata sedang mencuci piring "Wah seru nih!!" ucap Ara sambil meletakkan nampannya di sebelah Stefan "Sini kalau mau ikutan seru!!" "Oh terimakasih, di depan masih sibuk" setelahnya Ara langsung kabur Jam terus berputar. Sekarang tinggal beberapa orang saja sebelum kedai mereka tutup dan bahan makanan mereka juga hampir habis lagi. "Saya mau pesan untuk di bawa pulang" ucap seorang oelanggan yang akan membayar "Baik, Anda akan pesan apa?" tanya Mr. Andy "Baik di tunggu sebentar" ucap Andy setelah si pelanggan menyebutkan pesanannya "Silakan duduk di sini" ucap Ara yang baru kembali dari menuangkan air ke teko beberapa orang yang masih duduk "Terimakasih" Ara kembali menyibukkan diri dan membersihkan beberapa meja yang kosong. Karena beberapa orang sudah keluar dan mereka sudah membayar. Hanya tersisa beberapa meja yang masih terisi. Juga tidak ada antrian yang tadi mengukar Mrs. Luisa bahkan sudah duduk beristorahat di balik meja kasir ia membiarkan Stefan yang memasakkan pesanan yang akhir. Sedangkan Mr. Andy memijat bahu istrinya "Hari ini juga ramai Lui" ucap Andy kemudian Lalu tak lama Franz yang membersihkan area depan kedai dan membantu Ara menaikkan bangku ke atas kembali dengan lap dan pel di tangannya "Kalian duduk dulu saja, sisanya nanti biar Andy saja" ujar Mrs. Luisa "Tinggal sedikit lagi ini Bu bos, gak masalah kok" jawab Ara yang datang dengan lap di tangannya "Terserah kalian saja, oh ya nanti kalian bawa makanan di belakang itu. Stefan bawa kemari" ucap Mrs. Luisa Tak lama Stefan keluar dari dapur membawa kotak bungkusan makanan dan meletakkannya di meja dekat mesin kasir "Ambil satu-satu dan bawa pulang ya" ucap Mrs. Luisa "Wah terimakasih Bu Bos" jawab Ara dan Franz bersamaan . . . Ara memikirkan cerita dari sang Nenek bahkan ia belum tau bagaimana akhrinya dan neneknya juga belum mau melanjutkannya padahal ia sudah sering meminta sang nenek. Setiap malam malahan Sambil berjalan pulang Ara juga melihat keadaan sekitarnya yang asri dan indah pemandangannya. Hijau juga tenang Bersenandung dan menikmati hembusan angin yang menerbangkan anak rambutnya yang lepas dari ikatan cepolan. Dari jauh terdengar suara kicauan burung yang terbang kesana kemari menjelang sore seperti ini. Menatap langit yang mulai berubah warna juga kabut yang mulai turun membuat Ara mempercepat langkah kakinya Sedangkan itu Luke di kamarnya sengaja membuka jendela kamarnya lebar-lebar ia ingin merasakan hembusan angin di sore hari, entah kenapa begitu kencang dan dingin ia rasakan "Apa akan hujan malam ini?" gumam Luke sambil menatap langit yang mulai menggelap
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN