Tak lama guru Biologi datang dan kami sudah duduk ditempat masing-masing. Hari ini, Ardi masuk kelas dan kali ini dia duduk di sebelahku, karena itu Tamara harus rela pindah tempat duduk.
"Hai.. " Sebelah matanya mengedip kepadaku, kubalas dengan cubitan di paha saat tangannya mulai nakal meraba rok pendekku.
****
Sepulang sekolah aku diantar oleh Ardi, sempat maksa sih katanya dia udah ada janji sama seseorang. Tapi, dia mana tega menolak jika aku sudah meminta. Aku memaksanya juga karena akhir-akhir ini Ardi sangat sibuk dan aku sering diabaikan olehnya. Meskipun punya genk sendiri tapi untuk mencurahkan segala sesuatu yang terjadi padakupadaku dan hari-hariku, aku lebih nyaman bersama Ardi. Dia mengetahui segala apapun yang ada pada diriku jadi, aku sudah tidak perlu sungkan lagi padanya. Berbeda dengan genk yang kubuat, itu hanya untuk sekedar bersenang-senang saja. Mereka cukup asyik kalau urusan itu.
Sekarang aku sudah mengapit lengan Ardi dan menyita ponselnya. Aku tersenyum sambil berjalan menuju parkiran. Kulihat Ardi sedikit gelisah namun tidak aku hiraukan. Besok juga bisa kalau untuk teman-temannya.
"Ardi anterin gue ke mall yaa, gue mau beli baju." Mulai ku.
"Nggak ah, males. Cewek kalo udah nyampe mall itu suka lama." Balasnya dengan nada malas-malasan.
"Ihh ardii, pokoknya temenin. Gue gak mau tau." Ku eratkan pelukanku pada lengannya, biarin aja, biar semua orang tahu kalau Sahira tidak mau dibantah.
"CK, kenapa nggak sama genk Lo aja sih. Gue tuh lagi sibuk tau gak. Percuma dong gue pilihin temen genk buat Lo." Ujar Ardi dengan tatapan pasrah menatapku.
"Jadi Lo udah gak mau sahabatan sama gue lagi?" Kulepaskan tanganku dan menatap kedua Bota mata dengan iris hitam pekat itu dengan tajam.
Ardi menggaruk belakang kepalanya, mulutnya seakan mau berkata namun dia mengantupkan lagi mulutnya. Terlihat dia sangat bingung menjelaskan sesuatu. Kemudian dia memegang tanganku, sembari menatap lekat pada mataku.
"CK, bukan gitu Ra. Maksud gue, temen gue kan bukan Lo doang dan kita pasti punya kesibukan masing-masing kan? Nah, untuk sekarang gue lagi sibuk banget. Tapi kita masih tetap sahabat kok." Ardi berbicara selembut dan se hati-hati mungkin.
Kupalingkan mukaku ke arah lain. Aku benci jika Ardi seperti ini. Aku benci jika tidak bisa menjadi bagian dari teman-temannya karena kak joni yang selalu melarang pergaulan ku dengan laki-laki.
"Tapi gue maunya sama Lo." Ku ucapkan kata itu dengan lirih.
"Yaudah ayo sekarang gue temenin." Jawabannya membuatku tersenyum dan kembali menatapnya. Akhirnya dia mau juga mengalah. Kuberi dia senyuman semanis mungkin.
"Nah gitu dong, lagian Lo kenapa sih akhir-akhir ini sibuk banget. Gak seru banget Lo." Kutonjok lengan Ardi pelan agar suasananya kembali mencair dan tidak kaku.
"Ada dehhh.." ucapnya menyebalkan.
Tuh kan, pasti berteman dengan banyak cowok menyenangkan. Huh. Beda kalo cewe kalo gak bahas fashion ya bahas cowok. Tapi masalah nya, pengalamanku dengan seorang cowok gak begitu banyak, tiap Tamara maupun Salsa dan Karin membicarakan soal ini, aku sama sekali tidak mengerti baru-baru ini aku mengerti sih itupun karena Ardi mau membantuku mempelajarinya.
"Apa sih, kasih tau gak Lo?!"
"Nggak. Wee..." Sial. Ardi malah lari dari hadapanku aku. Kita berlarian di parkiran sekolah hingga aku menangkapnya. Murid yang lain mulai memperhatikan kami berdua tapi itu sudah biasa sih.
"Kena, kasih tau gak?" Kutahan lengan Ardi agar dia tidak kabur lagi.
"Hahaa udah ah, capek tau." Ucapnya dengan napas ngos-ngosan.
"Yaudah kasih tau kalo gitu." Aku terus memaksanya.
Kubawa Ardi ke depan mobilnya dan memegang tangannya erat-erat. Oke fix, aku sangat kepo dengan urusan para lelaki ini.
"Iya, iya ntar di mobil aja. Panas tau." Bagus, dia menyerah lagi.
Kubuka pintu mobil samping kemudi. Lalu masuk, dengan cepat Ardi menyalakan AC mobil dan sedikit membuka kancing kemejanya.
Aku pun melakukan hal yang sama, tenang tidak bakalan ada yang melihat karena kaca mobil Ardi gelap.
Ku ikat rambutku setinggi mungkin agar leherku kena udara dari AC. Cuaca saat ini sangat terik sekali, untuk itu aku mengajaknya refreshing di mall. Itung-itung ngadem aja. Haha.
Kulirik Ardi yang berada disampingku ternyata dari tadi dia sedang memperhatikanku.
Tangannya perlahan terjulur menyentuh pahaku yang terekspose karena rok ku yang sangat pendek.
Rasa geli menjalar ke seluruh tubuhku kala tangannya mengusap-usap pahaku.
Tak sadar aku menggeliat, Ardi mendekatkan wajahnya ke arahku. Hidung kami saling bersentuhan kemudian Ardi menyentuh bibirku dengan bibirnya lalu terjadilah ciuman panas ditengah teriknya siang hari.
Lama kami berciuman dan terlarut dalam sentuhan Ardi yang memabukkan, hingga tak disangka parkiran sekolah sudah agak sepi.
Ardi tersenyum.
"Kita lanjutin di apartemen gue ya." Ucapnya penuh harap.
"Tapi kan kita mau ke mall dulu."
"Oh iya, yaudah deh." Ardi menepuk jidatnya pelan kemudian aku tertawa. Kulihat benjolan di tengah kakinya yang besar lalu kusentuh. Kenapa aku baru mengetahui soal beginian sih, kenapa juga selama ini aku sangat buta terhadap hal seperti ini.
"Ahhh... Ra, jangan main-main gue lagi nyetir ini." Ardi tak menyingkirkan tanganku, berarti dia menikmati walaupun mulutnya melarang. Aku tersenyum kecil dan terus mengusap benjolan besarnya. Ini sungguh menakjubkan sesuatu yang belum pernah aku ketahui sebelumnya ternyata mempunyai kenikmatan yang sangat luar biasa.
"Hihihi... Enak ya Ardi." Aku tersenyum menggodanya.
"Udah Ra, kalo gue kebablasan gimana."
"Hehee mau dong dibablasin."
"Dasar gila." Ardi menoyor jidatku, aku berpura-pura cemberut tapi tetap dengan kejahilan tanganku. Haha.
****
30 menit kami sampai di mall terbesar di kota kembang ini. Kususuri semua toko baju disini dengan riang gembira.
Ardi tampak menurut saat aku menyuruhnya menilai baju apa yang cocok aku pakai ke acara pesta nanti malam.
"Di yang ini gimana? Bagus gak?"
Sambil bergaya di depan cermin sesekali aku bertanya pada Ardi, meskipun jawaban yang kudapat hanya sebuah anggukan atau gelengan kepalanya. Tapi itu semua sudah membuatku senang.
"Ini seksi banget gak sih?"
Kuperlihatkan tubuhku saat berganti pakaian berwarna merah maroon. Potongan dadanya sangat bawah dan sangat membentuk lekuk tubuhku. Kerlap-kerlipnya menambah kesan glamor pada baju ini.
Aku berpose dihadapan Ardi layaknya model profesional.
Fokus Ardi dari ponselnya berpindah kepadak. Lalu Ardi tersenyum lebar kemudian mengangguk, dengan otomatis senyumnya menular kepadaku.
"Jadi yang ini aja?" Sekali lagi aku bertanya.
"Iya, itu sangat cocok ditubuh Lo."
"Btw. Lo gak beli baju buat ntar malam?"
"Gue mah gampang." Jawabnya dengan mengibaskan tangannya perlahan.
"Oke deh gue bayar dulu yaa.."
"Iyaa.."
Setelah selesai belanja kita menuju resto favorit untuk makan siang yang terlewat.
Hidangan sudah tersaji di meja dengan lengkap. Ardi mulai melahap pesanannya begitupun denganku.
"Di, nanti Lo berangkat bareng gue yaa. Gue kan gak ada pasangan."
"Mmm.. gimana yaa.." Ardi terlihat berpikir.
"Ayolah di, emang Lo mau berangkat sama siapa? Lo kan gak punya pacar."
"Gimana nanti deh."
"Gamau! Lo harus bareng gue pokoknya! Titik." Ucapku tegas.
Terlihat Ardi menghela napas pasrah kemudian mengangguk.
"Nah gitu dong" senyumku berkembang kembali.
Setelah itu kami makan dengan lahap lalu selepas itu pulang.
Kita tidak jadi ke apartemen Ardi karena hari sudah sore, dan harus segera bersiap ke pesta nanti malam."
****
Pov Author
Di sebuah rumah tak kalah mewah terlihat wanita muda yang sedang memaki-maki ponselnya. Dia menyumpah serapahi seseorang ketika panggilan dari ponselnya ditutup. Raut marah dan kesal tampak jelas diwajahnya yang merah padam.
Semua barang yang berada di meja rias dibuatnya berantakan.
"Aarghhh.. awas aja Lo b*****t. Gue akan buat perhitungan sama Lo."
Dia menjerit kesal lalu mengacak rambutnya sendiri seperti orang gila.
"Gue akan membuat lo hancur hari ini."
****
Pukul 7 malam Ardi sudah menjemput Sahira yang telah terlihat cantik sekaligus seksi. Rambut panjang nya yang berwarna kecoklatan dibuat ikal dibagian bawah nya. Riasan sederhana menambah ayu wajah nya yang memang sudah cantik tanpa harus bersolek terlebih dahulu pun.
Mamanya bahkan sampai kagum dengan kecantikan anak angkatnya ini. Mungkin orang tua kandungnya blasteran hingga mempunyai anak yang secantik ini.
"Ardi, jaga Sahira baik-baik yaa." Ucapnya dengan senyum bangga.
"Siap Mama, tenang aja." Ardi membalas dengan gerakan tangan menghormat layaknya sedang upacara.
Tak lama Ardi dan Sahira berpamitan dengan keluarganya. Lalu berangkat ke pesta dengan hati riang.
Dengan make up naturalnya Sahira terlihat cantik sekaligus dewasa. Apalagi ditunjang dengan postur tubuhnya yang aduhai. Ardi sampai terkagum-kagum melihatnya. Buah dadanya yang terekspose separuh memberikan kesan seksi dan membuat penasaran yang melihatnya.
"Ra, Lo cantik banget. Sumpah." Ardi menggenggam jemari Sahira dan meremasnya perlahan.
Senyum terkembang dari wajah ayu nya mendengar pujian dari Ardi. Nampak Ardi pun begitu gagah dengan tuxedonya. Padahal mereka hanya seorang murid kelas sebelas tapi penampilannya sungguh siapapun tidak akan menyangka jika mereka masih anak sekolahan.
"Makasih di. Lo juga ganteng kok." Balasnya tulus.
"Oya Ra. Nanti disana, Lo jangan minum alkohol yaa."
"Emang kenapa? "
"Jangan. Nanti Lo mabuk, bahaya."
"Tapi-"
"Ssttt... Udah nurut aja kenapa si."
Sahira cemberut tidak terima mendengar larangan Ardi. Padahal dia sangat yakin kalau dia pasti tidak akan semabuk yang dipikirkan oleh Ardi kalau hanya meminum sedikit alkohol saja. Sebenarnya dia juga sudah pernah meminum alkohol waktu bersama teman-temannya. Sekarang lagi-lagi dia harus di kekang dengan larangan, baik kakaknya maupun Ardi, semua sangat menyebalkan kalau urusan begini. Huh, padahal Sahira sangat ingin sedikit gila malam ini. Begitu batinnya berkata.
"Udah sampe, ayo turun ngapain bengong."
Sahira langsung tersadar dari lamunannya kala tangan Ardi menarik tangannya perlahan dari pintu samping yang sudah dibuka oleh Ardi.
"Ehh iya, ngagetin aja Lo."
"Lagian Lo ngapain ngelamun."
"Hehe enggak kok."
"Inget, disana Lo jangan minum alkohol, soalnya gue kan gak setiap detik ada disamping Lo."
"Iya iyaa, bawel banget sih Lo. Tenang aja gue bakal tetap waras bersama teman-teman gue yang lain, oke? Puas!"
"Ck, bukan gitu Ra,"
"Iya iya gue tahu, ayo cepetan."
Kemudian mereka menuju ke arah pintu utama tempat diadakannya pesta. Semua orang sudah berkumpul di ruang tengah mengelilingi sang empunya yang punya pesta.
Sahira dipanggil oleh teman-temannya untuk bergabung bersama, sedangkan Ardi telah berkumpul dengan temannya yang lain.
Acara inti dimulai semua menyanyikan lagu happy birthday untuk Reyhan dilanjut dengan potong kue dan suapan pertama. Semua bersorak ketika dia memberikan suapan pertamanya kepada Cindy, pacarnya. Oh ya, dalam pesta ini tidak dihadiri oleh orang tua Reyhan, karena kedua orang tuanya sangat sibuk mereka menyerahkan semuanya kepada sekertaris dan Reyhan sendiri.
Acara semakin semarak ketika DJ undangan sudah memainkan musiknya. Semua berdansa dan bergoyang. Sahira bingung dia harus berdansa dengan siapa. Akhirnya dia memilih duduk dan menikmati minuman yang sudah disiapkan. Sedangkan ke empat temannya sudah berdansa dengan pasangan bawaan mereka masing-masing.
Dia melihat Ardi sedang berdansa dengan Nadira. Keduanya sangat intim sekali, melihat itu semua entah kenapa membuat hatinya panas. Hatinya seperti di remas oleh tangan tak kasat mata, membuat perasaanku sangat sakit sekali.
Apa aku sudah jatuh cinta terhadap sahabat ku sendiri? Batinnya sendu.
Dia meneguk minuman berkali-kali dan melupakan perkataan Ardi untuk tidak meminum alkohol.
"Cihh persetan dengan alkohol." Sahira mengumpat.
Sahira terus melihat kearah Ardi dan Nadira yang semakin lengket bahkan sekarang mereka sedang b******u begitupun dengan teman-temannya yang lain.
Sungguh menyebalkan. Batinnya.
Seorang lelaki datang menghampiri Sahira yang mulai sedikit mabuk.
Dia menawarkan minuman bawaannya.
"Nih buat Lo." Katanya sambil menyodorkan gelas kaca yang berisi cairan warna merah.
Tanpa basa-basi Sahira meneguk gelas itu dengan sekali tegukan.
"Makasih boy."
"Btw, kenapa Lo sendiri? Mana pasangan Lo?"
Sahira berdecak.
"Udah deh jangan ngeledek. Gue tau, Lo kesini mau menertawakan gue kan. Huh."
"Engga, siapa bilang. Gue kesini mau nemenin Lo. Meskipun udah jadi mantan. Haha."
Sahira sedikit tertawa mendengar perkataan Boy.
"Okey makasih Boy, btw mana pasangan Lo?" Sahira sedikit membenarkan duduknya.
"Mmm.. gue datang sendiri."
"Emmhh..." Sahira menggeliat tak nyaman.
"Ra, Lo kenapa?"
Boy memegang bahunya, dan hal itu menyebabkan Sahira bereaksi lebih. Dia mendekatkan wajahnya dan langsung menempelkan bibir nya pada boy yang ada dihadapannya. Boy tersenyum miring, umpan sudah termakan. Dan, dia menerima dengan senang hati.
Cumbuan panas pun terjadi diantara keduanya. Sahira mengalungkan tangannya ke leher boy dan semakin memperdalam cumbuannya. Dia sudah tak sadar apalagi ingat kalau Boy bisa saja membalas dendam karena dia sudah diputuskan dengan semena-mena olehnya.
****
Jangan pelit komen dan love nya yaa;)