bBab 6

2048 Kata
One day. Ini adalah hari terkahir mereka ujian. Ujian UNTUK maksutnya dua bulan lagi mereka akan ujian nasional. Otak rasanya kayak di peras kayak baju. Tapi hari ini Callie di bikin kesal oleh Cheistine. Gimana gak menyelaraskan, jika Christine menyuruh Callie untuk terbang ke London saat ini dan lebih kesalnya ia harus sampai di London sakit hari. Apa ini gila? Callie tidak selesai berpikir dengan Christine kali ini, di pikir ibu kota itu seperti tetangga yang bisa sampai di sana. Sampai naik pesawat aja harus nunggu berjam-jam dulu baru sampai. "Kenapa sih lo, gak fokus gitu dari tadi ujian." ucap Yasta. Gimana mau fokus Kalau dia harus pergi saat ini juga. Dia berpikir untuk kembali ke Indonesia dan mungkin kembali. Tapi nyatanya saat ini dia di balik balik karena bisnis. "Christine gila tau gak," dengus Callie. "Kenapa dia? Bikin ulah? Perusahaan lo rugi karena dia?" ucap Yasta menatap Callie Callie mengeleng jika masalah rusuh atau apa kek, Callie gak peduli. Tinggal masukin penjara semua beres. "Mikir gak sih, Lonfon ibu kota jumlah jam? Dan sakit ini vue harus sampek London. Dia pikir naik pesawat biasa pake transit apa" omel Callie dan membuat Yasta mengangguk. Kalau gak salah ibu kota ke London 18 jam lebih. Belum juga dia sedang transit jika pesawat biasa. Ada juga yang dihubungi transit langsung ke London juga. Tapi jika Callie udah di pastiin dia naik pesawat pribadi dia bakalan naik pesawat umum dengan kelas ekonomi. "Lo kau ke London? Gue ngikut" rengek memasang mata anjing Yastax. Berharap jika Callie akan mengizinkan dia ikut.  "Besoklah pergi, sekarang gue lagi laki-laki." jawab Callie. Yasta beesorak gembira, dia harus menyiapkan apa saja yang harus dia bawa ke London. Mantel tebal atau apapun pokoknya Yasta harus siap-siap mulai sekarang. "Ya udah yok pulang, harus siap-suap buat besok." ucap Yasta semangat. Callie mendengus kesal, anak ini belum pernah di ajak keluar negeri saja. Matanya langsung hijau denger negara London. Mereka pun memutuskan pulang ke rumah. Lagian sekolah juga udah selesai. Kim dan juga Tata udah pulang lebih dulu di banding Callie dan juga Yasta. Tak terasa mereka pun sampai di rumah. Seperti biasa jika Callie teriak, maka Thania akan teriak di sini. "Callie jangan teriak Mommy gak budek, kamu itu nyamain rumah sama hutan utama teriak aja." omel Thania. Bukannya takut Callie malah nyenggir kuda dan berlari ke arah tangga. Sedangkan Yasta hanya melonggo mendapati kembarannya itu tidak ada perubahan sedikit pun dalam dirinya. Dari dulu suka sekali teriak. Yasta jadi mikir saat dapat atau marah atau apapun Callie bakalan teriak gak ga di kantorya? "Apa kamu liat-liat Mommy?" ketus Thania menatap Yasta jengkel. "Ehh?" reflek ayasta dan mengelengkan kepalanya. Setelah itu ia pun kabur dari hadapan Mommy dari pada kena amuk singa liar. Lagian Callie yang teriak, kenapa Yasta yang di marahin sih. Kan gak adil. Yasta pun langsung naik ke atas, dia pun menuju ke kamarnya dan di sana ternyata sudah ada Callie. Hari ini mereka memang mau pergi bersama. Lagian mereka juga sudah lama sekali gak pergi berdsma kayak gini. Sekali-kali pergi bareng biar di bilang akur bentaran. "Buruan ganti baju lo, kita hangout." ucap Yadta membuat Callie menoleh. "Kim sama Tata ngikut gak sih." ucap Callie. "Engak kayaknya, pacar mereka kayak anjing pelacak tau aja kalau lagi keluar." kekeh Yasta. Callie bangkit dari tidurny, dia pun menuju lemari Yasta dan mengambil tshirt putih JD Dan jeans hitam. Lagian dia malas kalau suruh pergi ke kamat diax mending memakai yang ada aja dulu. Pinjem gak papa yang penting gak ada hang tahu aja. Sedangkan Yasta ia memilih tshirt polos berkerah V dan celana jeans biru dongker. Biar bisa di bedain mana Yasta mana Callie. Merasa sudah pas mereka pun memilih keluar kamar dan menemui Thania. Meminta izin untuk pergi sebentar mencari angin segar. ***** Callysta Kali ini aku mengajak Callie di sebuah cafe. Ya cafe, bukan milikku karena aku tidak pernah membuka cafe, kalau saja resto dan hotel mungkin banyak di negara lain. Sekali-kali aku keluar dengan dia, biar di bolang akur aja. Lagian lama juga gak keluar sama dia, karena sibuk kerja jadi dia tidak memiliki banyak waktu untukku dan juga keluarga. Aku duduk di samping jendela dekat kolam ikan. Sore ini agak sedikit mendung mungkin sebentar lagi akan turun hujan. Dan bodohnya kali ini aku dan Callie tidak bawa mobil tapi motor Callie. Alamat saja nantik pasti kehujanan di jalan. Tapi semoga saja hujan turun saat mereka sudah sampai di rumah. Setelah pesanan datang aku pun langsung mencomot kentang goreng dan hot dog di depanku. "Gila lo, makan banyak bener." ucap Callie. Dia menatapku aneh dna aku tertawa. "Dari dulu kali gue banyak makan." jawabku sewot. "Setau gue, kalau lo banyak makan pas lagi ada masalah doang." jawabnya benar. Memang benar tapi kali ini memang bener tidak ada masalah hanya aja ingin makan banyak. Lagian gak lagi ada yang nyari masalah. Pacaran juga engak, deket juga engak. Jadiku pikir ini wajar, efek jomblo makannya banyak. "Gak usah banyak bacot." ledekku dan Callie pun terdiam. Aku melanjutkan sesi makanku dan melihat kembaranku yang sibuk dengan tabletnya. apa lagi kalau bukan masalah kerjaanya. Dia suadah seperti sedrotwamg yang tidak bisa hidup dengan tablet. Jadi apapun dia lakukan di tablet. Aku tak ambil pusing walau sejujurnya aku sendiri juga pusing dengan kerjaan ku. Tapi aku membawanya terlalu santai jika ada masalah kantor daddy akan membantuku bukan? Setelah makan kami pun memilih untuk pulang. Kali ini Callie yang mengemudi motornya. Dia cukup lihai. Aku pernah menatap satu vidio, dimana Callie sedang melakukan atraksi di area balap, entah apa namanya aku gak tau. Yang kelas Christine yang ngirim vidio itu. Aku sebagai penumpang memainkan ponselku dan membalas chat dari Andy anak ips itu. Gak ada yang spesial cuma pengen aja ngebales dan ngasih harapan palsu ke dia. Di tengah perjalanan, karena aku fokus dengan ponselku tiba-tiba Callie menepikan motornya di sebuah rumah tua yang tak berpenghuni. Bulu kudukku merinding menatap rumah tua mmini yang mirip sama rumah hantu. "Ck, ada apa sih?" tanyaku heran. "Liat, hujan mau nerobos." jawabnya sambil menunjuk jalanan dna membuatku menoleh. Aku mengelengkan kepalaku, bisa sakit aku kalau nerobos air hujan. Lebih naik menepi di sini. Tapi ini agak aneh rumah tua tak berpenghuni dan sedikit banyak pohon yang tumbuh liar dan tinggi-tinggi. "Njing ntar kalau ada hantu lo yang adepin ya." ucapku meneliti rumah tua ini Aku merasa jika Callie menjitak kepalaku, aku menoleh dan mencibirkan bibirku. Saat aku mau menjawab ada sebuah motor ninja hitam terparkir indah di samping motor Callie. "Gila hujannya deres banget." ucap salah satu di antaranya yang masih bisa ku dengar. Mereka melepas helm mereka. Dasarnya Callie itu cuek dan acuh dengan sekitar, bahkan ia tidak menoleh ke arah dua pria yang salah satu sedang menatapnya. "Callia." panggilnya dan kembaran ku menoleh "Kent" jawab Callie baru sadar dia. Oh jadi ini yang namanya Kent. Lelaki photografer yang ia ceritakan pikir ku. Eh tunggu dia bersama dengan temanya yang ... Loh itu bukannya orang yang di mall dan mengedipkan mata ke arahku ya?. Pikirku. Aku masih ingat dia bersama dengan wanita dan dia mengedipkan mata ke arahku. Dan dia teman Kent? Ya Tuhan kenapa dunia sempit sekali. Aku melirik Callie bercanda tawa bersama Ken. Dan di sini aku hanya diam seperti obat nyamuk bakar yang siap membunuh vampir-vampir  kecil yang hinggap di tubuhku. "Ehem." dehem seseorang di sampingku. Aku menoleh ke arah suara yang berdehem dan sejak kapan ia berdiri di sampingku . astaga. Tampan sih. "Kenapa?" tanyaku cuek. "Ketemu lagi."  ucapnya dan membuatku tersenyum. Emang kapan kita pernah ketemu? Kecuali lagi itu ku tabrak dia dan di mall. Seingatku itu, gak tau alinnya. "Elano." ucapnya. "Callysta." ucapku dan tersenyum. Dia menatapku bingung dan menatap kembaranlu. Aku tau kebingungannya saat ini. "Panggil Yasta aja." lanjutku dan dia tersenyum "Sekolah di mana?" "SMA Daniels kelas 3 " jawabku,"Mungkin lo lupa. Gue orang yang pagi itu nabrak lo" lanjutku dan membuat dia tertawa kecil. Aku baru tau jika di kuliah di salah satu universitas Daniels grub. Cukup membanggakan jika mengingat kekayaan Daniels grub siapa saja akan mau meminang anaknya itu. Ya Daniels grub memiliki anak laki-laki dan entah siapa namanya aku juga tidak tau. Bahkan aku juga gak mau tau akan hal itu. Yang jelas anaknya dua, satu cowok dan satu cewek. Hingga langit pun menjadi gelap tapi hujan tidak juga reda malah semakin deras. Aku mendesah kesal kalau aku terkena air hujan mungkin akan flu atau demam kalau Callie ?? Mengingat kembaranku ini memiliki alergi pada hujan. Jika terkena air hujan dia akan gatal-gatal dan tubuhnya berbintik merah. Seketika itu jiga, aku langsung menatapnya. Mungkin saat ini ia sedang menahan gatalnya dan ku pastikan tangannya ada bintik merahnya karena saat ini tangannya tersembunyi di saku jaket. "Lie, lo gak papa kan." teriakku panik. Ya aki panik saat ini, takut kalau alerginya kambuh dan berakhir di rumah sakit. "Gue--gak papa kok." ucapnya terbata. Aku tau dia panik dan menyembunyikan sesuatu, bahkan hidungnya saja sudah memerah kayak tomat. Aku berjalan mendekatinya dan meraih tangannya agar keluar dari saku jaketnya. "Lo bilang gak apa-apa ini apa? Alergi lo kambuh kena hujan bukan?" ucapku kesal dan dia hanya mendengus "Kamu punya alergi hujan? Kenapa gak bilang?" ucap Kent sepertinya dia panik. Dan aku tersenyum puas. "Gue gak papa, lagian ini udah mau sembuh kok." ucapnya sok. Aku tau dia berpura karena dia tidak mau terlihat lemah di depan semua orang. Ya kembaran ku satu itu selalu seperti itu, setelah kemarin Cio. Ah lupakan itu. "Nerobos aja ya gue takut lo berakhir di rumah sakit." ucapku panik. "Apa? Gimana kalau Yasta sama gue aja, dan lo sama Kent biar lo gak merah-merah. Lo  pakek sarung tanga Kent aja." ucap Elano dan aku pun mengangguk. Ya karena aku malas jika menyetir motor di hujan seperti ini apa lagi dingin terkena angin pula. Aku melirik Callie yang memikirkan sesuatu tapi setelah itu dia menganguk. aku tersenyum setidaknya aku tidak kehujanan dan kedinginan. Aku melihat bintik merah itu sudah memenuhi tangan Callie pasti itu rasanya gatel sekali. Aku membayangkan saja bergidik ngeri apa lagi merasakannya Gak gau gen dari mana dia bisa kayak gitu.  "Nantik tangan kamu masukin aja ke saku jaket aku, biar gak basah biar gak bintik merahnya tambah lagi." ucap Kent perhatian. Ah sweet banget Kentnya, dia yang bilang kenapa aku yang baper? Aku sedikit melirik ke arah Callie yang tidak menampakkan ekspresi atau apalah di wajahnya. Sangat datar dan cuma anggukan kepala yang ia perlihatkan. Dasar kepala batu udah di sweetin malah di diemin aja .  Omelku dalam hati. Kita pun menerjang hujan bersama. Aku tertawa saat Elano menarik tanganku dan melingkarkan di perutnya. Astaga...Hangat... Sedangkan Callie dia menunduk takut jika wajahnya juga terkena air hujan. Dan berkahir kita saling kebut-kebutan di tengah derasnya hujan ini . ***** "Mommy tau gak, Callie udah di sweetin sama cowok gak ngrespon Mom ya ampun." aduku saat aku dan Mommy berada di kamar Callie. Ya Callie parah hingga dokter Marsella datang. Dan memberi obat pada Callie dan sekarang sedikit berkurang bintik merahnya. "Gak usah cerita yang gak-gak deh lo" dengus Callie. Aku tertawa saat menceritakan ini semua pada mommy Bisa ku lihat wajah kesal Callie saat ini. "Terus Yas " ucap mommy aku jadi bersemangat . "Kent mom namanya. Dia ngepasangin sarung tangan ke tangan Callie, terus nuntun tangan Callie buat meluk dia dan nyembunyiin tangan Callie di saku Kent. ucapnya itu loh mom bikin aku baper. Eh dia nya malah tenang aja."   ucapku kesal dan Mommy tertawa Callie hanya mendengus  dan sesekali memukulku dengan bantal. "Jangan lupakan lo juga meluk dia juga." ucapnya dan membuatku diam. Aku mengaruk tekuk leherku yang tak gatal karena ucapan Callie barusan dan tatapan aneh dari Mommy yang hanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya. "Mom ini gatel " rengeknya dan aku pun tertawa . Sifat dan perilaku kita sangat berbeda. Mereka semua menganggapku playgirls tapi mereka tidak tau sebab dan akibat apa yang membuatku menjadi seperti ini. Aku menghela nafas saat tiba-tiba dadaku merasa sesak, bukan karena penyakit karena  aku tidak memiliki riwayat penyakit asma. Tapi karena Aldo. Ya Aldo Louisi, dia meninggalkan ku karena wanita lain yang baru saja datang di kehidupannya. Tidak sesedih Callie yang harus meninggal melainkan ini seakan memakan hatiku setiap hari. Walau kita jarang bertemu entah kenapa aku merasa semua cowok itu sama saja. Setelah semua yang ia dapatkan ia akan membuang seperti sampah. Seperti Aldo. Setelah membuatku jatuh cinta padanya dan saat itu juga aku memergokkinya berduaan dengan wanita lain bahkan mereka melakukan itu. Sakit hati. Itu pasti menyangkut mengapa Aldo meninggalkan saat karena aku tidak mau berhubungan intim. Dia memilih seseorang yang mau melepaskan dirimu di atas ranjang dan aku bukan tipe cewek seperti itu Dan aku meminta kelak entah siapa yang mampu mengisi hatiku dengan cinta semoga ia tidak akan seperti Aldo. Ya, berharap harapan terbesarku nanti. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN