Bab 4

2085 Kata
Callia Setelah otak di beberapa jam yang lalu. Aku memilih pergi ke kantin kali ini bersama Yasta, Tata dan Kim. Kami sedang makan. Sungguh aku merindukan masakan indonesia saat ini. Entah kapan saja aku mau makan itu.  Bukannya di London gak ada, cuma ya begitu susah nyariin dan harganya mahal. Dengan lahapnya aku makan siomay di sekolah ini. Bumbu kacang di padukan dengan kecap sangat lezat di lidahku. Wah sangat enak. Dan aku ingin lagi dan lagi. "Lo doyan apa laper Call." ucap Kim dengan gelengan kepala. Aku terkekeh geli dan tidak menjawab ucapan Kim. Aku memilih melanjutkan makan dari pada mengomel dengan Kim. Apa dia tidak tau kalau aku merindukan ibu kota, termasuk masakannya juga. Bagiku tidak adak ada yang bisa menyainggi masakan Indonesia. Saya mencecap jus jeruk dengan santai tapi tidak bisa di pungkiri jika mataku menatap Yasta, seperti sedang mengaktifkan sesuatu. "Mikirin apa sih" Tanyaku dan menyenggol tangan yasta agar menoleh. "Yang tadi pagi, kayak pernah ketemu tapi lupa." Jawabnya dengan bibir yang mengerucut  "Gila, ganteng banget." teriak Tata heboh dan membuatku kaget. Ck, ini anak tidak bisa berbuat sopan sedikit jika berteriak selalu membuat heboh.apa lagi semua orang langsung natap semua. "Kenapa sih." tanya Kim dan merebut hp Tata. Tak lama Kim pun ikut menangis dan membuat satu kantin menatapnya, sungguh memalukan. "Yang punya toa aja gak teriak lo yang gak punya kenapa teriak" Omel Yasta kesal. Aku hanya mendengus kesal karena aku tau itu pasti aku yang di maksut. Ya dari dulu aku suka sekali berteriak sembarangan. Berputar entah itu berasal atau apa pun yang penting maa teriak aja dulu di hilang toa atau engak masa bodo udah bawaan dari lahir juga. "Liat nih." Ucap Kim dan menyodorkan ponsel Tata pada Yasta. Yasta menerimanya dan menatap ponsel itu dengan mata mendelik. Karena aku heran dan penasaran akhirnya aku bisa merebut ponsel ini dan melihat cowok tampan di sini. Astaga aku tidak pernah liat siapa di antara satu cowok ini tapi di mana saja aku lupanya. "Panggil itu yang pakek tshirt biru yang tadi pagi gue tabrakkm kan? Gue masih inget betul muka songgongnya tadi." Ucap Yasta heboh "Haa serius Yas" Teriak Tata dan Kim bersama. "Iya gue serius." Ucap Yasta lagi. Aku diem karena aku mendukung salah satu di mendukung. Kayak pernah kenal dan lihat tapi dimana? Wajahnyangak asing sama sekali. Batinku. "Tunggu dulu Yas, yang pakek tshirt item ini keknya gue pernah ketemu deh tapi gak tau dimananya gue lupa" Ucapku menatap fhoto itu. Aku mau mengingat tapi aku tidak ingat. Wajahnya akrab, seperti pernah bertemu dan bercakap tapi di mana. Aku lupa total di sini. Udah kayak amnesia sesaat aja ini aku. Aku mencoba terus mengingat orang itu, tetapi entah ingatanku yang gak baik atau mungkin aku lupa. Hingga kudenger suara bel membuatku langsung menatap semua orang. "Udah bel yok kelas" Ajakku dan ngembalikan ponsel Tata. Sampainya di kelas ternyata sudah ramai dan guru pun baru masuk. Aku duduk di bangku dekat Yasta sambil Kim dan Tata kita beda kelas. Selama pelajaran di mulai entah kenapa aku memikirkan cowok yang di foto tadi. Seperti pernah kenal tapi siapa. Aku mengingat siap dia hingga sebuah spidol melayang ke arahku dan mengenai mejaku dan membuatku tersentak kaget. Aku menatap guru di depan ku dengan santai sedangkan guru itu menatapku dengan tajam. Aku ingin tertawa dia pikir aku kaan takut? Ayoalh apa perlu aku menceritakan masalaluku biar dia tidak menatapku tajam. Aku biasa saja dan aku tidak mau mengambil spidol yang jatuh di bawah kaki ku. Kalau mau maa biar di ambil sendiri. Guru memang lunya wewenang, tapi murid lebih penting. Bayangin aja murid gak bayar spp guru makan apa? Batu? Rumput? Atau apa?. "Kerjakan soal di depan." suruhnya. Dia pikir bos??  Pikirku kesal. Dengan terpaksa aku mengambil spidol itu dan menatap soal di papan tulis itu dengan sedikit senyuman. Setelah itu aku menuliskan rumus simpel  tanpa mau bertele-tele dan membuat guru itu menganga dengan kerjaan ku. "Kamu... Bagaimana bisa, bahkan saya belum menjelaskan sama sekali." Ucapnya kaget. Aku tersenyum jelas saja aku bisa aku hanya perlu mengulang di sini bahkan materinya saja aku sudah mempelajarinya di sana. Bagian kalau guru itu teliti dan pintar, dia pasti udah ngecek buku tulisku yang kosong melompomg. "Itu cukup mudah untukku." Ucapku sombong dan duduk di bangku ku. Aku sunguh kesal dengan dia seperti meremehkan saja. Tidak tau apa aku ini siapa? Lagian kapasitas otak setiap orang beda-beda tapi entahlah, orang paling suka meremehkan orang lain tanpa melihat dirinya sendiri. Aku merasakan ponselku berdering ah tidak, lebih tepatnya tablet ku. Aku mengeluarkan dan menatap email yang baru saja di kirim oleh Christine. Job!! Pemotretan butik Evils hari ini di jakarta jam 3 sore Ya semua kegiatanku memang Christine yang menanganinya, kalau sendiri jujur saja aku gak sanggup, terlalu banyak beban yang aku pikul. Aku seorang model dan pengusaha muda, sedikit rumit sih jika di jelaskan. Intinya hidupku tidak sesuai yang di bayangin. Banyak yang lihat enak, mungkin aku akan mengajak dia tukar posisi denganku. Aku tidak membalas email itu dan memasukan ke dalam taskku lagi. Aku memperhatikan penjelasan guru itu kembali menatapku tajam. Ada apa? Ah mungkin dia akan meremehkan ku lagi, jika iya maka aku akan memberikan dia soal yang sangat rumit di pecahkan di london. Guru itu menatapku lagi aku tidak peduli aku membuang wajahku ke arah jendela. Tapi tatapan ku terkunci dengan cowok berkemeja hitam yang menatapku. Dia seperti cowok yang tadi ku lihat di ponsel Tata. Ah sial. Sepertinya memang aku mengenalnya tapi di mana?? Atau tidak aku lupa. Aku tidak memikirkan itu aku berjalan ke depan dan izin ke toilet. Bukan karena apa mungkin lebih baik aku mengonfirm ke Christine dulu tentang pemotretan itu. Aku harus tahu berapa dollar Nyonya Evils membayarku. Setelah sudah aku kembali ke kelas ku lagi. Tapi kali ini sudah di ganti oleh kepala sekolah . "Anak-anak kalian sebentar lagi akan ujian bapak harap kalian mempersiapkan diri untuk menghadapi ujian dan lulus dengan nilai terbaik " Semua anak berseru iya dan aku hanya diam.  Tanpa mau menjawab ucapan itu, tentu saja aku akan mempersiapkan semuanya tanpa belajar. Karena aku tau semua materi di sini sudah hafal di otakku . **** Jam masih menunjukkan jam 2 siang,  itu tanda masih ada satu jam lagi. Aku mengendarai taxi kali ini dan menyuruh yasta untuk pulang lebih dulu. Tidak mungkin kan kalau aku mengajak Yasta yang ada dia bakalan bosen apa lagi pemotretan itu gak cepet, tapi lama. Aku aja kalau gak ke paksa jadi model juga engak mau. Tapi mau gimana lagi kehidupan yang memaksa aku harus seperti ini.  Hidup seperti di perkosa siap engak siap ya harus siap, Itulah quotes yang selalu kuterapkan dihidupku. Kalau boleh ngeluh, jujur, aku capek aku ingin istirahat tenang seperti Cio. Hidup tanpa pikiran dan jiga beban. Aku menunjukkan alamat yang kutuju pada sopir taxi dan ia menganguk paham. Aku terlalu muda pergi ke London dan lupa jalannya ibu kota yang dulu sering ku lewati. Apa lagi jalannya juga banyak berubah banyak. Seperti biasa aku memainkan tablet dan menatap deretan hijau atau sekedar file yang harus ku tanda tangani. Proyek hotel akan di adakan 3 bulan lagi, mungkin saja bersama dengan kelulusan. Jadi bisa lah sekalian jalan-jalan nantinya setelah ujian. Tak terasa aku sampai di butik Evils.  Aku berjalan dengan santai dan masuk ke dalam mencari pemilik butik ini. Semua orang menatapku dan ada juga beberapa yang mencuri fhotoku. Astaga apa aku seterkenal ini di sini? Padahal seingatku aku hanya sekali saja menjadi model di indonesia mengingat bayaran ku tidaklah murah. "Permisi, bisa bertemu dengan Bu Evils Karena saya ada janji dengan beliau." Ucapku "Maaf dengan siapa?" Ucap wanita itu. "Callia Jasmine " "Mari miss Callie saya antar." Ucapnya. Ternyata namaku cukup terkenal di indonesia. Aku tersenyum saat wanita itu mengiringku ke lantai atas. Hingga langkah ini terhenti di sebuah pintu coklat yang terbuat dari kayu. Sedikit mengetuk hingga intruksi itu terdengar di telinga . "Miss Evils saya mengantar miss Callia " Ucapnya dan aku tersenyum. Wanita itu tersenyum dan langsung memelukku dan mencium pipi kiri dan pipi kanan. "Haii Callia, senang bisa bertemu dengan mu, dan kamu Dilla bisa kembali ke pekerjaanmu." Ucapnya padaku dan juga Dilla seketarisnya mungkin. "Baik miss" Ucap Dila dan pergi. Aku duduk di sofa ruangan ini dan bertanya job yang ia berikan padaku. Penawaran yang cukup menarik, beliau berani mengontrakku mahal hanya untuk satu gaun. Biasanya banyak yang menawar dengan ku karena harga yang ku beri cukup mahal. Ayolah di London itu cukup murah. Aku tersenyum dan menganguk. Ternyata sesi pemotretan di mulai hari ini. Aku menganti baju seragamku dengan gaun biru navy yang menjulang panjang di tambah pernak pernik yang berkilau jika terkena dengan sinar. Apa lagi rambutku yang di sangul indah dan make up natural. Aku jatuh cinta dengan gaun ini. Butik ini memang terkenal dengan rancangan yang mewah dan elegant, dan ternyata benar gaun ini cukup nyaman saat di pakai. "Wow make up mu sungguh indah miss Evils." Sanjungku. "Kau ini biasa saja Callie, kau juga cantik jika begini" Aku terkekeh geli mendengar penuturan itu setelah itu aku pun di giring ke arah kamera. Di sana sudah ada cowok bertubuh tegap berkaos hitam sedang mencoba kameranya. Itu bukannya cowok tadi? Pikirku Aku mendengar Miss Evils berdehem dan membuat lelaki itu menoleh. Aku sempat terkejut saat tau lelaki itu. Itu lelaki yang sama dengan waktu di sekolah tadi. Oh ternyata seorang fhotografer. Batinku mangut-mangut. "Ini modelnya." Ucapnya dan menatapku dari atas sampai bawah, seakan dia sedang menilaiku. Aku tersenyum dan dia pun tersenyum. Ia mengarahkan ku untuk bersiap di sana.  Di properti hang udah di siapkan. Aku berjalan dengan hati-hati karena gaun ini terlalu ribet dan panjang. Astaga ini sangat lah berat apa lagi bagian belakang sekaan di tarik dan di timpa banyak batu. "Coba dari arah belakang dulu ya " Ucapnya. Aku menganguk sedikit menolehkan kepalaku ke arah kanan dan melipat tanganku di d**a. Aku merasakan gaun ini di sentuh saat aku lihat ternyata ia membuat gaun ini mengembang dan cukup indah. "Oke, bagus" puji nya. Tentu aja bagus. Tanpa ekspresi pun aku terlihat bagus. Aku memutar tubuhku menyamping dan menatap kamera tanpa ada ekspresi. Ia mengambil beberapa gambar ku dengan mudah. Setelah itu aku duduk di kursi kebesaran yang tersedia sebagai properti. Aku duduk dengan kedua tangan ku taruh di samping kursi, dan dia mulai mengambil fhotoku. Semoga saja fhotoku bagus  kali ini dan tidak ada yang jelek, jadi tidak perlu mengulang lagi. Karena aku tidak suka mengulang. Apa lagi masa lalu. Selesai pemotretan gaun pertama selesai Miss Evils mengajakku makan bersama dengan fhotografer itu. Astaga aku saja belum tahu dia ini fhotografer atau tidak, dan dengan gampangnya aku bilang jika dia adalah fhotografer. Tapi kalau bukan fhotografer kenapa dia bawa kamera? "Kent nanti kamu yang jadi pasangan Callia ya sebagai pengantin cowoknya." Ucap Miss Evils . Aku sempat terkejut tapi dengan cepat aku merubah mimik wajahku yang kaget dengan biasa saja. karena aku tidak mau terlihat gugup. Ini sudah biasa bukan? Setiap pemotretan pasti ada juga yang seperti ini, berpasangan dengan pria dan melakukan photo seperti prewedding. Asal tidak fhoto majalam dewasa saja yang terlalu terbuka dengan menonjolkan beberapa bagian tubuh yang harus di perlihatkan. "Boleh." Ucapnya seadanya. Namanya Kent Nice. Batinku berkecambuk. Setelah makan aku pun di poles make up lagi dengan Miss Evils. Kali ini aku mengunakan gaun putih tanpa lengan panjang yang menjuntai dan ini saat indah apa lagi ini pas di tubuhku. Rasanya aku tidak ingin melepas gaun ini, astaga aku jatuh cinta dengan gaun putih ini. Suatu saat nanti kalau aku menikah aku ingin gaun seperti ini.  Aku keluar ruangan dengan pelan karena takut tersandung dengan gaun yang ku pakai. Aku menatap Kent yang sudah berdiri di sana dengan gagahnya. Ia memakai tuxedo putih dengan dasi kupu-kupu silver di lehernya Sangat tampan. Eh ... Apaan sih. Pikiran lo lie. Batinku. Aku tersenyum saat ia juga tersenyum ke arahku. Aku berdiri di sampingnya, fhotografer itu tersenyum saat aku belum juga mengambil pose yang bagus kali ini. Entah kenapa ini membuatku canggung. Padahal aku tidak mengenalnya tapi sering melihatnya, mungkin. Entah lah aku lupa yang kelas selama aku di ibu kota aku sering melihatnya. "Callia taruh tangan mu di d**a kent, dan tangan satu melingkar di leher kent, begitu juga kent menaruh tangannya di pungang callie." Intruksi Miss Evils. Aku pun menurut saja menaruh tangan ku seperti yang di ucapkan Miss Evils. Tapi saat tangan Kent menyentuh pingangku aku merasa dia menarikku sangat kuat. Aku memekik dan dia tersenyum miring, apa lagi tubuh kita menempel sempurna. "Apa kau melupakan ku??" ucapnya seraya berbisik. Aku seperti pernah mendengar suara bas itu. Atau Mungkin dia---- Gak mungkin. "Apa kita pernah bertemu sebelumnya?" tanya ku karena aku benar-benar lupa. Dan dia hanya  tersenyum. akenapa bikin penasaran seperti ini? Astaga senyumnya itu loh. Bikin teringat sesuatu tapi apa? Emang ya otakku payah dalam hal mengingat. Aku merasa blizt kamera mengkilap di mataku aku segera merubah posisi ku dengan membelakangi Kent. Yang saat ini mencium pundakku. Beberapa pose telah ku lalui bersanya tanpa ada ucapan aku menganti gaun itu dengan seragamku. "Miss Evils kalau begitu terima kasih atas kerja sama nya." ucapku sopan dan menjabat tangan Miss Evils. "Panggil tante saja, sama-sama Callia saya juga berterima kasih. Setelah ini saya akan konfirmasi kapan kamu pemotretan lagi" "Membiarkan, Jika Aku Telah Kembali" "Hati-hati Callia" Aku tersenyum dan keluar butik ini dan menaiki taksi yang sudah di pesankan oleh Kent untukku TBC 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN