* * * * * * * * * Part 38 * * * * * * * * *
“Ayok!” Lala menyahut dengan bersemangat, lalu ikut bangkit dari duduknya d a n menggandeng sohibnya itu untuk turut ikut ke kantin, d a n mewujudkan fantasinya y a n g akan memesan soto ayam dengan es jeruk y a n g segar banget. Duh kerongkongan Lala rasanya sudah ada adem ademnya saat membayangkan es jeruk tersebut. Enak banget deh pasti, perpaduan l u a r b i a s a y a n g akan ia santap saat lapar pula. Memang gak sia sia selama jam pelajaran tadi Lala sudah menanti nantika jam istirahat untuk segera tiba, sehingga dirinya bisa menuntaskan keperluan perutnya y a n g meronta untuk minta di isi makanan makanan enak y a n g ada di kantin. d a n kini ia akan menuntaskannya, tanpa ada halangan lagi. Lala akan memastikan hal tersebut. Kali ini jam makan siangnya harus berlangsung dengan damai, semoga Vale d a n Bhisma gak akan ada keributan lagi, sehingga Lala t i d a k perlu terlibat d a n turut emosi. k a r e n a jika iya, Lala juga akan melemparkan es jeruk y a n g dingin itu ke kepala Bhisma biar otaknya ikutan dingin barang sejenak selagi mereka menikmati makan siangnya. Agar t i d a k mengganggu nya sebentar saja.
Tiga siswi itu berjalan beriringan sambil bergandengan tangan, tampak berseri seri d a n bersemangat untuk menuju ke kantin y a n g berada di lantai dasar. Sambil berjalan, mereka tampak mengobrol d a n bercanda tawa, melupakan ketegangan y a n g tadi sempat tercipta gara gara Bhisma y a n g berusaha memecah belah mereka. Akhirnya mereka bisa menikmati jam istirahatnya juga setelah kesalah pahaman tadi terjadi d a n membuatnya harus memakan waktu sepuluh menit untu meluruskan hal tersebut. d a n sekarang, ini waktunya makan siang! Soto ayam, es jeruk, mie ayam, nasi goreng, es the manis, d a n menu menu lainnya y a n g menggugah selera. We’re coming! Tunggu ya, kita akan menyantap dengan lahap!
* * * * * * * * * * * * * * * * * * Past , Present , and Future * * * * * * * * * * * * * * * * * *
Non, Nyonya sama Tuan berantem lagi di rumah. Nyonya di pukulin sampai berdarah Non.
Untuk kesekian kalinya Vale mengabaikan sms itu. k a r e n a kesal, cewek ini kemudian mematikan handphone nya d a n memasukkannya ke dalam tas hitamnya dengan asal. Di biarkannya benda itu terus bergetar, menandakan ada pesan masuk beruntun dengan isi pesan y a n g sama sejak tadi. Bahkan tak jarang juga ada telepon masuk y a n g mengiringi, dengan getar y a n g lebih panjang di banding sebelumnya. Tapi Vale tetap t i d a k menanggapinya seolah t i d a k terjadi apa apa. Cewek itu tetap bergeming di tempatnya, jika masih mengganggu ia akan mematikan ponsel tersebut agar t i d a k bisa menerima panggilan atau pun pesan masuk. Ia se d a n g t i d a k mau di ganggu untu saat ini, se t i d a k nya biarkan terlebih dahulu sampai ia pulang sekolah nanti, bisa gak sih? Vale mau menjadi anak sekolah – remaja – padaha umumnya y a n g bersuka cita di sekolah bersama teman temannya.
Hhh, Vale manarik napas dengan kasar. Mungkin memang t i d a k bisa, bahkan meski Vale menghindarinya, otaknya tetap terisi penuh oleh rentetan kejadian y a n g menariknya untuk mengingat setiap moment keluarganya y a n g berantakan. Setiap moment y a n g membuat nya sesak d a n berdarah darah. Meski sekuat apa pun Vale berlari, ia selalu di benturkan oleh kenyataan paling pahit, bahwa kondisi keluarganya t i d a k baik baik saja. Bahwa kondisi keluarganya itu mengenaskan d a n tragis, meski Vale t i d a k ingin mengakuinya pun, hal tersebut adalah sebuah fakta y a n g tak mampu di bantah. Mungkin ia harus mencari berjuta kebahagiaan lainnya untuk menutup rasa sesak y a n g saat ini mendominasi perasaannya, Vale ingin melupakan segalanya atau mungkin t i d a k mengingatnya sama sekali.
Menopangkan kedua tangannya di atas meja, cewek ini cemberut sambil terus meman d a n g lurus kedepan dengan tatapan kosong. Pelajaran y a n g awalnya menarik jadi bikin boring c u m a k a r e n a pesan tadi. Bukan pesan nya sih, melainkan apa y a n g diomongin di isinya y a n g bikin bete.
Oke, t i d a k perlu di bahas. Vale gak mau mengingatnya, hal tersebut terasa menyedihkan hingga bisa membuat Vale nangis saat ini juga di kelas, kan gak mungkin, nanti malah jadi bakal aneh. Vale gak boleh terpengaruh h a n y a k a r e n a satu pesan itu, ia harus fokus dengan pelajaran saat ini agar t i d a k di lempar penghapus papan tulis apa bila ketahuan t i d a k memperhatikan. Ia akan bersungguh sungguh dulu sekarang, mungkin satu satunya jalan y a n g bisa mengalihkan pikirannya saat ini h a n y a lah pelajaran y a n g se d a n g berlangsung, sebab ia juga tak bisa apa apa selain memperhatikan pelajaran, k a r e n a posisinya saat ini masih di dalam kelas juga kan.
"Siapa?" tanya Lala y a n g ada disampingnya. Cewek y a n g tingkat kepinterannya seDikit di atas Vale d a n Vio ini masih tetap fokus pada pelajaran di depan. Walaupun sesekali ekor matanya memicing menatap Vale bingung. Bahkan Lala sampai menyadari saat tadi Vale sempat membuka ponselnya untuk memeriksa pesan masuk y a n g datang ke nomornya, padahal Lala kelihatan fokus sekali menyimak pelajaran, rupanya kepekaan Lala memang l u a r b i a s a sampai menyadari hal tersebut. y a n g sayangnya gak di butuhkan Vale, ia gak mau di perhatikan untuk saat ini, k a r e n a hal ini j e l a s j e l a s gak penting. Ia t i d a k mau orang lain mengetahui fakta fakta menyedihkan ini, y a n g rasanya ingin ia kubur dalam dalam saja agar t i d a k ada siapa pun y a n g mengetahuinya. Biarkan Vale memendamnya sendirian saja, lalu akan lenyap tak bersisa.
"Nomor nyasar." jawab Vale asal. Ia berusaha berkelit, mengatakan hal demikian agar Lala t i d a k bertanya lagi, k a r e n a Vale enggan menanggapinya. Menjawab nomor nyasar adalah hal paling aman y a n g bisa ia jawab untuk saat ini. Wajar kan ya nomor nyasar di era sekarang, kan sering banget berdatangan, orang orang random y a n g mengkombinasikan nomor dengan asal lalu di gunakan untuk mengirim pesan terus menerus. Jadi Vale gak terdengar aneh deh.
"Kok banyak banget nomor nyasar nya?" suara Lala terdengar lagi dengan suara pelan, agar t i d a k terdengar oleh guru y a n g se d a n g mengajar bahwa mereka se d a n g mengobrol. Cewek itu tampak t i d a k puas dengan jawaban Lala sebelumnya y a n g mengatakan bahwa pesannya berasal dari nomor nyasar, y a n g di anggap aneh oleh Lala k a r e n a Vale sering sekali mendapatkan nomor nyasar. d a n ini j e l a s bukan pertama kalinya k a r e n a Lala bisa menghitungnya saking sering.
Vale memutar otaknya mencari alasan y a n g pas untuk Lala. Tau sendiri kan, Lala itu emang rada pinter. Bukan c u m a pinter pelajaran, tapi juga pinter liat situasi, apalagi kalo udah berhubungan sama sahabat-sahabatnya. Dia paling jago deh nebak-nebak gituan. Daya analisis Lala itu tinggi, selain menjadi pengatur strategi Lala juga pintar menganalisis. Lala t i d a k akan percaya pada omongan orang lain seratus persen, sebelum ia menyimpulkan dengan sendirinya lalu mendapatkan jawaban y a n g masuk akal versinya sendiri. Lala emang kurang kerjaan, kayak gitu kan bikin pikiran buat diri sendiri aja. Padahal kan ya gampang, mending tinggal langsung percaya aja biar gak capek capek mikir. Tapi Lala gak bisa begitu k a r e n a ia gak gampang percayaan anaknya. Beda perkara sama kejadian si perpustakaan itu, ia memang se d a n g kecolongan. Lala sepertinya akan lebih senang untuk t i d a k membahas hal tersebut lagi k a r e n a rasa kesalnya y a n g masih terasa, akibat merasa g****k banget k a r e n a tertipu oleh seorang Ricky. Mana tipuannya juga gak elegan, C u m a di suruh ketemu Pak Jontor d a n Lala percaya.
Masalah kecerdasan analisis tadi. Ya, habis, siapa lagi y a n g punya pikiran kayak gitu diantara mereka bertiga? Vio? Hhh, loading nya aja lama apalagi disuruh baca pikiran orang, eh. Itu juga gak berarti kalo Lala bisa baca pikiran orang ya. Jangan di pikir Lala seperti pesulap y a n g seliweran di tv itu, y a n g kerjaannya menghipnotis pakai korek api lalu tidur, lalu di tanyakan segala macam untuk di korek korek informasinya . ya j e l a s enggak dong, aneh banget masa kalo Lala jadi tukang hipnotis, nanti Lala bukan ngorek informasi orang, malah mengorek informasi soal dari para guru biar nilainya di jamin bagus, mengingat anak itu cukup ambis dalam pelajaran. Repot banget kan. Intinya yaa Lala tuh gak ngurus gituan kok.
Lala sama kok kayak y a n g lainnya, murid-murid SMA biasa y a n g kebetulan, punya otak lebih encer daripada kedua sahabatnya ini hehe. Ya itu juga k a r e n a didikan orang tuanya sh y a n g mengajak Lala untuk terbiasa memecahkan masalah, sehingga Lala terbiasa menjadi seperti ini. Terus Lala juga emang suka belajar d a n main tebak tebakan begini, jadi bakat terpendam di dukung dengan keinginan y a n g kuat, jadi lah sosok Lala seperti saat ini y a n g sangat berguna bagi nusa d a n bangsa, y a n g merupakan teman Vale y a n g paling keren. Bangga banget pokonya Vale punya temen kayak Lala ini, k a r e n a mengangkat derajatnya juga dong.
* * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * T o B e C o n t i n u e d * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * *