* * * * * * * * * Part 39 * * * * * * * * *
"Iya nih, pada mintain pulsa semua. Ada y a n g ngaku lagi dikantor polisi lah, apa lah. Kayaknya besok gue harus ganti nomor deh, biar gak diteror mulu kayak artis." Vale berusaha mencari alasan lagi untuk hal tadi, mengatakan hal hal y a n g memang se d a n g marak terjadi itu, peri hal nomor nomor nyasar y a n g mengaku segala macam h a n y a demi meminta di isikan pulsa, atau penipuan penipuan lainnya. Heran, masih ada aja oknum begitu, di kira Vale percaya kali ya. Orang jujur aja Vale gak percaya, kalo kejujurannya keluar dari mulut Bhisma contohnya, harus di kaji ratusan kali biar Vale percaya. Ini lagi ada y a n g j e l a s j e l a s penipu, ya gak mungkin lah Vale percaya. Tapi nyatanya, sekarang Vale y a n g lagi jadi penipu, alias pembohong, k a r e n a se d a n g membohongi Lala bahwa ia se d a n g di teror nomor penipu. Padahal gak ada.
Lala terkekeh menanggapi perkataan Vale y a n g asal. Tau kan maksudnya apa? Itu loh y a n g suka sms gaje minta isiin pulsa, y a n g ngaku-ngaku orang tua kita y a n g lagi ada di kantor polisi. Aduh, masih jaman gitu minta pulsa pake cara gituan? Lala sendiri juga gak habis pikir, sohibnya itu ya gak mungkin percaya lah, untung itu C u m a sms kan ya, bayangin kalo telepon masuk d a n Vale angkat. Duh bisa di maki maki tuh orang sama Vale, keba y a n g deh gimana ocehan Vale menghadapi orang orang aneh begini, gak akan biasa aja d a n akan mengoceh panjang lebar, y a n g ada malah bisa bikin si penipu itu kapok untuk menerornya lagi, d a n bisa bisa keesokan hari nya langsung toba d a n gak akan menipu lagi k a r e n a di ocehi sedemikian rupa oleh Vale.
"Pulang nya, gue mau ajak Vio ke toko buku dulu. Biasa, gue di amanatin Bokap gue buat beli buku-buku buat penelitian doi. Lo mau ikut gak?" Vale kembali menegakkan punggungnya, mencoba mengamati ruang kelas y a n g memang saat ini lagi sepi banget. Gak biasanya nih, pita suara nya lagi pada ilang kali ya.
Soalnya saat ini, guru y a n g tadi mengajar itu lagi keluar, entah pergi ke toilet atau se d a n g ada urusan lainnya. Biasanya kan kalo guru keluar kelas itu, siswa siswi di kelasnya langsung rame d a n riuh banget kayak pasar malem. Tapi saat ini malah diem diem aja, seolah gak berselera buat bicara, mungkin k a r e n a udah jam jam terakhir juga kali ya d a n mereka pada males untuk bicara k a r e n a energi nya udah abis d a n kesedot di jam jam awal tadi. Sekarang y a n g ada di pikiran mereka C u m a pengen cepet cepet bel pulang berbunyi aja, biar bisa langsung ke luar dari kelas d a n pulang ke rumah masih masing deh, terus tidur siang.
"Gak ah, gue ada urusan, mau pulang cepet." Lala menyahut, menolak ajakan Vale untuk pergi ke toko buku, y a n g mana akan membeli buku untuk Papa y a n g menitipkan pa d a n ya itu. Mereka bertiga kan kemana mana selalu bersama, jadi tentu aja Vale juga ngajak Lala untuk ikut ke toko buku tersebut biar mereka bisa bareng bareng pas pulang sekolah. d a n ada y a n g mengawasi Vio juga, masa Vale ngawasin Vio sendirian sih, repot nant y a n g ada. Ia juga perlu Lala y a n g bisa bersama sama menjaga Vio y a n g ka d a n g suka melakukan hal y a n g aneh aneh, Lala kan lebih sigap di banding kan dirinya.
"Loh, tumben?" Vale tampak bingung, saat Lala menolak. Sebab pasalnya Lala jarang menolak ajakannya jika memang cewek itu t i d a k ada kegiatan. Berarti Lala benar benar se d a n g ada kegiatan pulang sekolah nanti sampai t i d a k bisa ikut bersama Vale. Ia menatap sahabatnya itu dengan pan d a n gan bingung, apa penyebab y a n g membuat Lala t i d a k bisa menemani Vale, hingga harus membuat Vale menjaga Vio sendirian deh. Oke. Vale pasti bisa, Vio gak akan macem macem. C u m a menjaga Vio doang mah gampang kan, kalo Vio bertingkah, akan ia tinggalkan saja di toko buku k a r e n a gak mau memperpanjang beban hidup dengan menghadapi perilaku Vio y a n g suka bikin sakit kepala itu.
"Lala, Valena, apa y a n g kalian bicarakan di sana? Cepat catat ini atau kalian t i d a k akan saya izinkan pulang." Suara seorang guru wanita seketika memenuhi isi kelas, y a n g tadi padahal se d a n g keluar lalu tiba tiba sudah muncul aja tanpa ada peringatan. Lala d a n Vale sampai terkejut mendengarnya, k a r e n a t i d a k menyadari kehadiran guru tersebut y a n g sudah memasuki kelas ini. Mereka pikir guru ini belum balik ke kelas, k a r e n a beberapa saat lalu ia keluar kelas entah untuk keperluan apa, jadi lah Vale d a n Lala mengobrol dengan leluasa tanpa takut di omeli oleh guru y a n g se d a n g mengajar. Rupanya malah guru itu datang tiba tiba tanpa pemberitahuan d a n membuat mereka berdua seperti orang y a n g tertangkap basah untuk saat ini lantaran mengobrol di dalam kelas. Padahal kan, salah guru itu juga kenapa datang gak ketuk pintu dulu atau minimal bilang salam gitu, biar Vale atau pun Lala bisa mengetahui kapan kedatangan gur tersebut d a n t i d a k bisa menghentikan aksi mengobrol mereka itu, k a r e n a menghormati guru y a n g mengajar. Atau minimal mereka akan berusaha untuk memelankan suara, atau mengobrol pelan pelan agar t i d a k kentara. Intinya gak akan sampe di omelin d a n tertangkap basah gini deh. Mereka juga kan gak cari mati amat dengan mengobrol keras keras saat ada guru y a n g mengajar, kalo gitu sih namanya benar benar menantang d a n minta di omelin dong.
Vale d a n Lala y a n g sekarang lagi jadi pusat perhatian seluruh siswa di kelas k a r e n a namanya y a n g di sebutkan sedemikian rupa oleh guru tersebut, hingga membuat semua mata y a n g berada di kelas itu seketika menoleh pada bangku y a n g di tempati mereka berdua. Seolah mereka kini menjadi tersangka y a n g melakukan kejahatan berupa maling ayam. Ih kenapa maling ayam sih, gak berkelas banget. Tapi emang gak ada maling y a n g berkelas sih, bisa bisa nanti Vale gak elit lagi. Kata drama korea y a n g pernah di tontonnya, lebih berkelas menjadi penipu di bandingkan menjadi maling. Tapi Vale j e l a s gak mau jadi dua duanya, itu kan pekerjaan gak bener juga. Lagian Vale C u m a mengobrol di dalam kelas kok. Gak melakukan kejahatan serius, kenapa semua orang ini heboh banget d a n ngeliatin Vale d a n Lala sedemikian rupa seolah jadi penjahat negara y a n g menggelapkan uang triliyunan rupiah lalu membentuk komplotan untuk melakukan korupsi berjamaah. Ih, Vale udah gemetaran kali kali menilap uang sebanyak itu. Bayangan siksa kubur d a n api neraka seolah sudah membayangi k a r e n a kasus tersebut y a n g ia takuti akan di balas di akhirat nanti. Intinya Vale gak mungkin melakukan kejahatan berat semacam itu, mereka h a n y a mengobrol di kelas tapi malah di tatap dengan mengintimidasi gini. Kesel banget kan rasanya, kayak orang lain gak pernah ngobrol aja sih. Atau gak ada y a n g ngajak ngobrol kali ya. Hih dasar ansos.
Mereka berdua pun terkejut dengan pencatutan nama y a n g di lakukan guru tersebut, hingga akhirnya menggeliat dengan kaku, mereka kembali mencatat apa y a n g se d a n g dicatat oleh guru di depan. Tanpa menjawab atau pun melakukan pembelaan lagi k a r e n a memang merasa salah juga sih mengobrol di jam pelajaran , serta se d a n g enggan untuk cari ribut juga soalnya. Nanti y a n g ada malah makin panjang, mending ikutin aja kan perintah guru mereka untuk mencatat apa y a n g ada di papan tulis. Dari pada harus berdebat panjang y a n g t i d a k menghasilkan apa apa selain h a n y a membuang energi saja. Ia j e l a s t i d a k mau hal tersebut terjadi, sehingga lebih baik nurut aja deh sama guru y a n g mengajar kali ini, dari pada cari cari masalah kan ya. Gak dosa kok nurut sama guru, kalo gurunya emang masih wajar sih buat ngomel. d a n emang iya Vale d a n Lala bersalah juga masalahnya, jadi yauda lah gak papa.
Vale d a n Lala pun kini terdiam, d a n memilih untuk mengikut pelajaran terakhir ini dengan mencatat sampai pegal. Pelajaran terus berlanjut, dengan guru tersebut y a n g semakin memberikan catatan panjang banget seolah tiada akhir. Para siswa gak ada pilihan lain selain mengikuti saja, k a r e n a harus ngapain lagi selain nurut, toh emang materinya se d a n g mencatat begini. C u m a gak tau kenapa bisa sepanjang ini, kayaknya C u m a buang buang waktu aja buat menunggu sampai jam pulang sekolah berbunyi y a n g terasa lama banget. Padahal kalo di isi waktu pakai mengobrol, pasti gak akan terasa selama ini deh. C u m a ya gimana nanti di omelin deh sama guru, jadi mereka C u m a mengikuti peraturan y a n g ada aja d a n berperan menjadi murid baik baik. Sekitar dua puluh menit lagi bel pulang akan berbunyi, jadi Vale harus tahan selama dua puluh menit ini untuk terjebak sebentar lagi di dalam kelas y a n g hawanya sudah semakin panas k a r e n a gak tahan pengen cepet cepet pulang. Tapi Vale sabar banget, ia optimis bel pulang akan berbunyi sedikit lagi.
* * * * * * * * * * * * * * * * * * Past , Present , and Future * * * * * * * * * * * * * * * * * *
Bel y a n g ditunggu-tunggu pun dengan keras membahana diseluruh sekolah, semua siswa-siswi y a n g ada di sekolah itu bersorak dengan girang menanggapinya. Rangkaian pelajaran y a n g terasa panjang d a n tiada akhir itu akhirnya berakhir juga. Mata mata y a n g sudah lelah menatap ke papan tulis, serta punggung y a n g sudah menegak sejak pagi pagi buta, akhirnya bisa bergerak untuk pergi ke luar dari kelasnya d a n merasa terbebas dari hari y a n g panjang ini. Tak peduli ada guru y a n g di depan kelas masih mengajar, mereka tetap tak menyembunyikan rasa girangnya k a r e n a jam pelajaran y a n g berakhir, guru y a n g mengajar y a n g juga pernah menikmati masa sekolah, memakluminya k a r e n a mereka juga dulu seperti itu. Melihat wajah wajah bahagia para murid, maka sang guru pun harus mengakhir pelajarannya cukup sampai di sini, d a n akan di lanjut keesokan hari nya.
Tau sendiri kan anak sekolah jaman sekarang, selain dateng, ngejahilin temen, istirahat, makan, hal y a n g paling ditunggu-tunggu itu ya c u m a bel pulang sekolah. Bel y a n g menandakan kalau mereka itu bebas dari segala macam ajaran y a n g disuguhkan oleh para guru secara paksa kepada mereka. Gak secara paksa juga sih sebenernya haha.
Emang itu C u m a pernyataan hiperbolis dari siswa y a n g malas saja, y a n g maunya C u m a datang d a n pulang dari sekolah. Menikmati masa masa sekolah layaknya remaja, tapi gak rajin rajin amat buat belajar. Vale masuk ke dalam golongan tersebut, meski t i d a k males banget juga, tapi gak rajin banget juga. Vale ada di tengah tengah deh, di bilang pinter banget juga enggak. Tapi gak bodoh banget juga. Pokoknya prioritas utama Vale y a n g penting naik kelas, gak perlu ambis harus ranking paling atas, toh ia juga tahu diri k a r e n a malas belajar masa mau ranking tinggi tinggi, justru aneh dong. Nanti y a n g ada ia di curigai nyontek sama Lala.
Vale, cewek ini sekarang masih berkutat dengan buku catatannya di atas meja. Duduk sendirian di ruangan kelas membuatnya sedikit merinding. Dengan mendongakkan kepala, Vale meman d a n g seisi ruangan kelas. Sepi. Kata itu kayaknya cocok buat kelas ini.
Ya iyalah, semua orang udah pada pulang kerumah nya masing-masing. Duduk santai, baca novel, nonton tv, d a n ngadem. Sebuah keanehan besar bagi siswa seorang Vale bisa bertahan di ruang kelas sementara bel pulang sekolah udah dibunyiin sekitar sepuluh menit y a n g lalu.
Biasanya, dia bakalan jadi orang pertama y a n g keluar kelas, d a n keluar dari pagar sekolah. Entahlah, kayaknya dia lagi pengen sendiri. 5 menit kemudian, Vale bosen juga sendirian di sini. Kemudian dia merapikan buku-buku catatan y a n g tadi sempet dipinjam sama Lala ke dalam tasnya.