* * * * * * * * * Part 37 * * * * * * * * *
Nah! Bener kan. Batin Vale saat mendengarkan ucapan Lala itu. Ia sudah menduganya memang k a r e n a alasan tersebut Vio juga lenyap dari perpustakaan tadi. Emang Ricky d a n Bhisma sudah mengantisipasi hal ini kayaknya, mungkin kalo hal ini gak berhasil mereka udah punya rencana ca d a n gan y a n g bisa saja di mainkan saat rencana awal itu gagal. Wah sungguh niat banget dalam bales dendam, untuk Vale tadi gak mau menuruti ajakan Bhisma y a n g terdengar sakit jiwa itu. Vale jadi merinding lagi kalo inget, dasar Bhisma gak punya otak. Apa coba maksudnya sok sok ngajak Vale pacaran. Ya Vale gak bakal mau lah!
"Vio nurut?" tanya Vale, kini menatap lagi ke arah Vio untuk memastikan hal tersebut. Ia j e l a s perlu mendapatkan jawaban dari Vio juga agar ucapan Lala menjadi valid. Sebab tujuan Vale memang ingin mengklarifikasi sampai semuanya tuntas d a n j e l a s . y a n g artinya emang di perlukan kesaksian semua pihak dong.
Vio h a n y a mengangguk menjawab pertanyaan Vale itu. y a n g artinya membenarkan ucapan Lala. Tumben cewek itu diem aja. Biasanya cewek itu nyerocos gak karuan, meski ucapannya suka terdengar gak masuk akal d a n nyerempet ke hal hal y a n g gak penting sih. Tapi kan seenggaknya ada hiburan gitu, Lala d a n Vale bisa ketawa sejenak mentertawakan kepolosan Vio y a n g sering banget salah paham tentang sesuatu.
"Ya, Vio kan emang selalu nurut." Vio akhirnya angkat suara, memberikan pembelaan paling aman kalo dia emang h a n y a mengikuti Lala. Gak lebih. Jadi Vale gak bisa nyalahin dia, k a r e n a status Vio di sini C u m a korban d a n gak melakukan kejahatan apa apa. Terdengar berlebihan memang, tapi Vio memang se d a n g merasa jadi tersangka saat Vale menginterogasnya sedemikian rupa itu, berasa di si d a n g d a n mereka berdua tengah duduk di bangku terdakwa, se d a n g memberikan kesaksian. Se d a n g Vale menjadi hakimnya y a n g bertanya tanya dengan nada seram d a n menakutkan, sampai membuat Lala d a n Vio menurut saja menjawabi pertanyaan Vale itu k a r e n a t i d a k memiliki pilihan lain.
Sekarang, setelah Lala pikir Vale menerima penghianatannya itu dengan baik, Lala akan mencoba ke topik y a n g baru. Ia berpikir bahwa masalah alasan dirinya d a n Vio y a n g lenyap dari sisi Vale tadi sudah selesai, maka Lala lebih penasaran dengan hal lainnya y a n g tadi mereka lihat saat t i d a k sengaja kembali ke perpustakaan untuk menjemput Lala k a r e n a sudah bel masuk kelas. Lala sempat melihat cewek itu berdiri berhadapan dengan seorang cowok y a n g t i d a k begitu Lala kenal, d a n belum pernah Lala lihat sebelumnya. Lala j e l a s penasaran dong siapa gerangan cowok tersebut, d a n gantian juga kan tadi Lala y a n g di interogasi dengan Vale. Sekarang giliran ia y a n g akan menanyai Vale terkait hal tersebut k a r e n a rasa penasarannya y a n g sudah menggebu gebu jika t i d a k terjawabkan.
"Betewe, jangan bilang kalo cowok y a n g tadi sama lo di depan kelas itu, sih, Gani? Cowok y a n g dari tadi lo omongin sama gue?" tanya Lala tanpa basa basi, mengingat bahwa Vale sejak tadi pagi membicarakan seorang cowok ganteng y a n g disinyalir seorang anak baru, y a n g katanya tadi pagi Vale anter ke kelas X-A di suruh sama Bu Dini, sampe membuat keduanya berkenalan satu sama lain y a n g membuat Vale girang bukan main k a r e n a kenalan dengan cowok ganteng. Mata Lala j e l a s masih sehat untuk dapat memastikan kalo tuh cowok sesuai sama ucapan Vale, alias ganteng banget. Pantas saja temannya itu sampai membicarakan terus meski nyaris berbusa menceritakan sosok Gani y a n g baru di temuinya tadi pagi. Emang ucapan Vale bener sih, Gani emang ganteng kok sesuai dengan ucapan Vale.
"Yep!" Vale menjawab dengan cepat, mengiyakan pertanyaan Lala tanpa banyak berkata kata lagi. Ia h a n y a mengangguk sambil berkata demikian sebab memang tak ada y a n g perlu di bicarakan lagi kan, biar ia simpan saja kejadian tadi untuk dirinya sendiri, kejadian y a n g lagi lagi mempertemukan Vale dengan Gani secara kebetulan. Apa gak takdir banget tuh. Seolah semesta berkonspirasi buat terus terusan agar Vale terlibat dengan Gani, y a n g bikin Vale makin dag dig dug buat menghadapinya. Tapi dag dig dug gini seru juga sih, Vale cukup menikmatinya k a r e n a desiran aneh y a n g berlangsung di da d a n ya. Oh begini kali ya rasanya naksir cowok di SMA.
d a n entah kenapa, Vale selalu merasa malu-malu saat nama Gani di sebut. Kayak pas Lala nyebut nama Ricky di depan Vio tadi. Ya ampun, Vale kenapa ini? Kayaknya Vale benar benar kena serangan atau virus y a n g membuat kupu kupu berterbangan di perutnya deh. Rasanya menggelitik gitu, alias geli bangt. Pipi Vale jadi memanas, lalu kemudian bersemu kemerahan. Padahal ia C u m a sekedar mengingat sosok Gani saja, d a n membicarakannya bersama Lala. t i d a k lebih dari itu, tapi Vale sudah seperti ini di buatnya. Seolah Gani ini memang magic banget rasanya sampai Vale bisa merasakan hal ini. Vale jadi malu sendiri membayangkannya, ia seperti anak SMP y a n g lagi naksir kakak kelas, bersemu semu gitu, duh padahal Gani C u m a anak baru tapi berhasil membuat Vale kewalahan begini.
Oke, ia t i d a k akan berlama lama membayangkan sosok Gani sebab waktunya sudah terbuang sekitar sepuluh menit. y a n g artinya tinggal tersisa dua puluh lima menit lagi sampai jam istirahatnya selesai. Vale buru buru berdiri terlebih dahulu buat mengawali kepergiannya bersama dua da y a n g dayangnya itu untuk segera pergi ke kantin, cewek itu tak lagi membahas perihal pengkhianatan y a n g dilakukan kedua nya tadi k a r e n a meninggalkan Vale di perpustakaan sampai terjebak bersama Bhisma. Vale sudah mendapatkan pen j e l a s an paling masuk akal y a n g tadi di utarakan oleh Lala, y a n g ternyata penyebabnya memang balik lagi pada Bhisma y a n g membuatnya jadi menderita begini, kasian juga Lala y a n g merasa di bohongi itu.
“Yaudah, ayok! Lets go kita caw ke kantin.” Kata Vale dengan penuh semangat mengajak teman temannya beranjak dari dalam kelas untuk pergi ke kantin sesegera mungkin, untuk mengisi cacing cacing di perutnya y a n g sudah berteriak kelaparan d a n meminta untuk di isi asupan apa pun agar bisa diam. Vale kini mulai bersemangat lagi demi menjemput makanan makanan berat y a n g enak d a n murah di kantin. Ia berharap semoga Bhisma t i d a k akan mengganggu makan siangnya kali ini, sebab jika iya, Vale gak akan segan segan menumpahkan kuah soto panas ke hadapan Bhisma k a r e n a berani beraninya mengganggu jam makan siang Vale y a n g sakral d a n krusial. Vale gak bisa di ganggung kalo lagi laper, d a n ia gak akan memaafkan siapa pun y a n g mengganggu makan siang nya y a n g harus berlangsung dengan tenang d a n penuh khidmat.
* * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * T o B e C o n t i n u e d * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * *