Saling menjaga sesama makhluk hidup. Vian dan Tiffa sebenarnya tidak peduli dengan organisasi itu. 10 ribu tahun sejak dibentuknya organisasi itu, Tiffa dan Vian tidak pernah mengira mereka ternyata sangat serius dengan organisasi menggelikan itu.
Tiffa menatap vampir itu satu per satu. Tiga vampir saja yang datang ke kastil Heddwyn, tapi kerusakan kastil hampir seperempat bagian. Sedangkan Vian lupa berapa jumlah pasti mereka di markas itu.
“Tidak ada penyerangan, atau bocah ini yang akan menanggung perlawananmu pada kami.” UCap vampir itu.
Dia sudah merasakan Tiffa bermaksud untuk menyerang ketika tangannya terangkat. Tapi mata Rivaille membelalak lebar saat sebilah pedang terarah ke belakang kepala Elunial yang tengah bersimpuh.
“El!”
“Tenangkan dirimu bocah.” Vian langsung menghalangi Eredith yang hendak menyelamatkan adiknya.
Ketiga vampir itu menghentikan gerakan tangannya ketika ternyata Tiffa menggunakan mantra untuk mengambil gulungan kertas yang dibacakan salah seorang vampir tadi.
“Aku tidak merasa telah melanggar hukum mutlak tingkat berat.”
Tiffa membaca surat panggilan itu dengan teliti. Rivaille lantas mengambil kertas itu dan membacanya juga. Karena semua isinya hanya omong kosong, Rivaille pun membakar surat itu dengan santainya.
“Omong kosong. Kau hanya ingin mencari gara-gara dengan Heddwyn.” Rivaille mencela kasar.
Gulungan surat putih bersih yang telah dibubuhi tanda tangan dan cap organisasi. Jika Tiffa tidak salah ingat, ketua The Condescendent tidak bertingkah senaif ini. Apa untungnya mereka menangkap garis keturunan Yovanka?
Mereka pun tidak akan mungkin bisa menang jika Tiffa tidak ingin pergi.
“Melakukan pembunuhaN kepada vampir yang terdaftar dalam list privilege. Tingkat pelanggaran masuk dalam kategori tingkat sedang. Melakukan kerusakan alam yang mustahil untuk dihilangkan buktinya. Masuk dalam pelanggaran tingkat sedang. Jika digabungkan keduanya, tingkatan naik menjadi level berat.”
Vian mendengus sambil menggosok telinganya beberapa kali. Ocehan pria berambut merah itu membuat pendengarannya sakit saja. Memangnya kenapa jika ia dan kakaknya melanggar? Mereka juga tidak dirugikan atas serangan tadi.
“Aku menolak untuk ditahan.”
Eredith yang paling ngeri dengan keadaan adiknya itu lantas menarik lengan kakaknya. Ia bisa membaca dengan jelas bahwa keadaan akan semakin buruk jika Tiffa bersikeras untuk melawan.
Dua vampir rendahan yang masih sadar itu menyaksikan Elunial tidak berdaya di tangan vampir itu.
“Kau tidak akan bisa melawan.”
“TUNGGU!”
Rivaille berteriak keras ketika vampir yang memegang sebilah pedang itu mulai mengangkat pedangnya. Detik waktu terasa lambat dan Eredith berlari langsung untuk menyelamatkan adiknya.
Sebagai seorang kakak, Rivaille tidak bisa bertindak gegabah. Walaupun ia tahu sekali Eredith sangat ketakutan saat mereka akan memenggal kepala Elunial.
NGIIINNGG!
Bruk!
Tapi belum sampai pedang itu mengiris leher Elunial. Ketiga vampir itu seketika berlutut di atas tanah sambil menutupi telinga mereka.
“AARRRGGHH!”
Teriakan mereka terdengar kuat sekali. Tepat saat Elunial terlepas dari tangan mereka, Rivaille bergerak cepat untuk menarik Eredith dan Vian membawa Elunial menjauh dari mereka.
lantai yang mereka pijak tiba-tiba berguncang pelan. Langit malam dengan cahaya bulan di atas mereka tiba-tiba menggelap seakan badai mulai datang.
"Kalian bertindak keterlaluan."
Vian tidak banyak berkomentar ketika ia berusaha menyadarkan Elunial. Segera ia memeriksa keadaannya sebelum terlambat. Beruntung iia belajar banyak tentang mantra penyembuh.
“Serangan tadi melukai titik jiwanya. Apa Heddwyn punya vampir yang ahli mantra penyembuh?” Eredith menggeleng lemah.
“Bibi kami, Veronica punya kekuatan itu, tapi sudah tujuh puluh tahun yang lalu Bibi hibernasi. Tapi jangan khawatir, aku akan membangunkannya sekarang.” Eredith sudah akan pergi, tapi Rivaille menahannya.
“Kau tidak akan bisa. Biar aku saja.” Kata Rivaille segera bergegas pergi. Tapi kali ini Tiffa yang menahannya dan menggeleng pelan.
“Percuma, itu membuang-buang waktu.” Vian setuju dengan perkataan kakaknya.
Eredith bisa mati jika membangunkan vampir yang telah lama hibernasi. Vampir yang telah lama hibernasi biasanya akan menggila ketika bangun.
Tapi jika Rivaille yang berangkat ada kemungkinan bisa teratasi. Sayangnya tindakan itu malah akan menambah jumlah korban saja.
“Bawa adikmu pergi dari sini dan minta bantuan vampir yang kau kenal. Jangan kembali sampai aku menjemputmu.” Kata Tiffa langsung memberi pesan pada Eredith.
Ia tahu Eredith punya banyak rekan yang bisa diandalkan. Eredith mengangguk mengerti. Vian menyempatkan untuk sedikit memberi mantra pada Elunial.
“Mantra ini tidak akan bertahan sampai sehari. Sebaiknya kau punya betis yang kuat untuk berlari sepanjang malam.”
Rivaille tiba-tiba berjongkok di hadapan Eredith dan mencengkram kedua pundaknya. Ia tidak tahu diluar sana ada berapa banyak vampir yang dibawa oleh organisasi itu.
Ia ingin pergi menyembuhkan adiknya juga, tapi tidak mungkin ia yang sebagai raja pergi meninggalkan kastil dan membiarkan Tiffa dan Vian yang menjaga kastil.
“Aku titipkan Elunial padamu. Kau juga seorang kakak, lindungi adikmu sekuat yang kau bisa. Aku akan segera menyusulmu jika urusan disini sudah selesai.”
Eredith hampir menangis dan dadanya bergetar hebat karena pesan kakaknya. Sekian lama mereka bersama, tidak pernah sekalipun kakaknya menunjukkan sifat seperti ini.
"I will."
Vian berdiri dan melirik Tiffa sejenak. Dari tatapan dan ekspresinya Tiffa bisa menangkap bagaimana situasinya. Ia lantas bertatap muka dengan Rivaille untuk mengambil keputusan.
"Untuk informasi saja, aku dan Tiffa tidak bisa merasakan apa yang ada di belakang bukit. Kedua adikmu menetap disini adalah pilihan yang buruk. Kedua adikmu pergi tanpa kita juga pilihan yang buruk. Kecuali jika kau ikut bersamanya." Eredith pun sedikit bimbang.
"Aku bisa mengatasi ini sendiri Kak. Jika kita semua pergi, tidak ada yang menjaga Heddwyn!"
Yang dikhawatirkan nanti, Heddwyn akan diserang jika Tiffa dan Vian pergi ke markas mereka. Sedangkan saat ini pasukan vampir hampir tersisa setengah.
Semua kembali terdiam. Tapi semua perhatian mereka langsung tertuju pada Tiffa yang tiba-tiba menghilangkan mantra di tubuhnya. Rivaille terheran sendiri melihatnya.
Sudah dipastikan pakaian serba emas di tubuh Tiffa adalah pakaian perangnya. Lantai yang dipijak Tiffa juga langsung retak karena berat dari zirah itu yang tampaknya tidak main-main.
“Well, kalau kau memakai baju zirah Tiffa, kau akan selamat dari serangan apapun. Tapi sayangnya kau tidak akan sanggup membawa sarung tangannya saja.” Vian melipat kedua tangannya di depan d**a dengan pose berpikirnya.
Tidak ia sangka kakaknya masih mengenakan pakaian perangnya. Rivaille jadi bertanya-tanya sekarang. Apakah Tiffa setiap saat memakainya? Karena penggunaan mantra, ia berganti-ganti baju seperti tukang sulap bagi Rivaille.
Bahkan untuk ukuran berat saja tidak masuk akal. Apa dia memakainya ketika tidur? Rivaille jadi berpikir bahwa sebenarnya Tiffa juga takut mati seperti kebanyakan vampir.