Rivaille mendorong kedua pundak wanita yang tiba-tiba saja memeluknya sampai hampir terdorong ke belakang. Ia memang sudah merasakan aura yang kuat juga getaran dari tanah ketika serangan mantra terkuat menggetarkan tanah kerajaan Heddywn.
Dan ketika ia melihat sosok terkuat itu, jantungnya terpacu karena ia berhasil menemukan vampire yang cocok untuk mengisi tabung penyerapnya dan mengambil semua inti kehidupan demi membuatnya menjadi vampire terkuat di muka bumi.
Rivaille pikir ia akan bertemu dengan sosok vampire pria berbadan besar dan memiliki tampang yang menyeramkan. Tapi pikiran buruk itu semuanya meleset. Siapa wanita yang menatapnya dengan tatapan berbinar ini?
Ia tidak ingat punya fans wanita yang fanatik seperti ini. Rivaille melirik anggota keluarganya satu per satu, terutama ayahnya yang sudah seperti hampir kehilangan rohnya. Ibunya sudah lama pingsan dan kedua adiknya belum sadar dari keterkejutannya.
“Sebenarnya apa yang sedang terjadi disini?” Tanya Rivaille menatap sekeliling dan mendapati tiga tetua yang tergeletak di atas karpet merah yang ia injak. Ia tersenyum licik dalam hati karena tetua b******k yang suka sekali memerintah itu akhirnya terlihat tidak berdaya.
Iefan orang yang pertama kali menyadari bahwa ada sesuatu yang tidak beres dengan putra sulungnya hari ini. Datang ke ruang keluarga dengan pakaian lengkap dan jubah kerajaan. Jika Rivaille bukan anaknya, sudah sejak tadi ia melemparkan sandal kayu yang dipakai para tetua ke kepala Rivaille.
“Jadi kau selama ini hanya berpura-pura bodoh? Katakan padaku dan mengakulah Rivaille.” Griffin memijat keningnya yang mendadak sakit sekali.
“Tunggu dulu, tunggu dulu bocah nakal. Jadi kau hanya bersandiwara disini?” Tanyanya dengan nada sakit hati.
Hey! Demi apa dia terbangun dari hibernasi karena setruman tegangan tinggi 80.000 KV? Dan ternyata Rivaille, bocah tengik yang beberapa tahun lalu ia pergoki sedang menonton film dewasa itu. Hanya berpura-pura?
Rivaille tersenyum miring sambil melebarkan kedua tangannya. Wajahnya seperti mengundang sekali untuk dihajar oleh Griffin segera. Sambil tersenyum ia melangkah perlahan mendekati para anggota keluarganya.
“Selamat, kalian berhasil menebaknya.” Ucap Rivaille santai. Sedangkan Griffin sudah memicingkan matanya marah sekali.
“Dasar bocah tengik! Pegangi bocah sialan ini!” Maki Griffin kesal.
Vian yang masih setia berdiri di samping tahta tersenyum senang. Sambil mendudukkan diri di punggung kursi tahta berlapis emas, ia menikmati pertunjukan baku hantam dengan sangat tertarik. Sambil mendambakan adegan baku hantam yang konyol, Vian merasa keluarga bangsawan disini sudah gila karena terlalu lama berada di lembah.
“Griffin! Berhenti!” Teriak Iefan kalap. Ia berdiri tiba-tiba dan lupa jika kepala Melvern di atas pangkuannya yang tentu saja dengan otomatis kepala itu membentur lantai dengan keras. Melvern langsung tersadar kemudian.
Griffin sudah berlari sekilas mata ke arah Rivaille yang tampak sudah mempersiapkan diri dengan serangan kuat dari pamannya. Pamannya ini sudah berada pada level dua ratus sedangkan Rivaille sendiri masih berada pada level seratus lima puluh.
Ia sangat yakin serangan dari pamannya ini akan membuatnya hibernasi dengan cepat. Tapi satu detik sebelum mantra Griffin menyentuh kulitnya, ia terpental setelah sebuah shield berwarna emas melindungi tubuh Rivaille.
BLLEZZ!
BRAKK!
“Ugh!”
Griffin terlempar dan kepalanya hampir saja kejatuhan patung batu yang pecah akibat benturan tubuhnya. Elunial berdiri dan menyaksikan pamannya yang tidak berdaya, hampir saja ia tertawa keras. Sayang ia melihat ibunya sudah sadar dari pingsannya.
“Arrgh! Ayolah! Kenapa kau membantunya?!” Pekik Vian kesal.
Iefan kali ini memperhatikan Vian kembali, seperti ia hampir lupa dengan sosok itu karena pengaruh Tiffa dan juga putranya yang berhasil memperbudaknya sekian puluh tahun. Dan sekarang putranya ini sangat tidak terkalahkan.
“Jauhkan tangan kotormu darinya.” Tiffa menyentak kasar.
Sebuah shiled utuh berbentuk balok memanjang ke atas menghalangi serangan Griffin pada Rivaille. Mantra pelindung paling kuat dan terhebat dari semua mantra telah menjadi bagian dari Rivaille saat ini. Ia hanya berdiri di dalam sebuah balok dan tidak melakukan apa-apa.
Padahal ia sudah siap untuk terpental ke belakang tadi. Rivaille menoleh dan mendapati wanita yang ia anggap sebagai fansnya itu sambil mengangguk. Jadi seperti apa situasi saat ini? Ia langsung punya sekutu sekarang?
Vian mendengus kesal dan turun dari tahta sambil menjentikkan jarinya, sekejap mata Iefan sudah berpindah tempat tepat di hadapan Vian. Ia tersenyum jahil sambil sesekali melirik ke arah Rivaille. Ia sudah mencium sesuatu yang menarik disini.
“King Iefan, kakakku akan menetap di kerajaan anda. Tolong hormati dan layani dia dengan istimewa, okay? Karena sekali pun kau mengusirnya seperti pelayan rendahan di dalam sineteron tidak akan berguna. Kakakku akan menempeli putra anda dan selalu berada di jarak maksimal satu inci dari putramu.” Vian menjelaskan dengan sangat rinci.
Iefan mendadak dungu dan hampir kehilangan kewarasan otaknya. Apa katanya tadi? Wanita ini vampire atau lintah? Yang benar saja! Satu inci? Apakah ia akan mempelototi Rivaille ketika mandi? Iefan hampir gila.
“Okay aku tidak begitu paham dengan pembicaraan yang aneh ini. Tapi tentu kami akan melayani para tamu kami dengan baik.” Iefan mengangguk sambil berbalik untuk menatap putranya yang masih di dalam shield.
“Jadi kapan kau akan keluar dari sana? Kau mau jadi barang museum?” Rivaille memutar matanya kesal. Memangnya siapa yang memasukkannya ke dalam sini? Hantu gentayangan? Ia lalu melirik Tiffa dan wanita itu langsung melepaskan mantranya.
‘Santai sekali dia.’ Batin Rivaille sedikit kesal.
Griffin yang masih tidak terima dengan perlakuan Rivaille padanya selama ini masih gencar ingin memukulnya sekali lagi. Melvern tentu saja menahan pamannya yang kesetanan dan menggeram marah di depan Rivaille.
“Griffin! Hentikan! Kendalikan dirimu! Rivaille hanya anak-anak!” Melvern membela.
“Cuih! Anak-anak? Hey! Aku tidak peduli seperti apa wujudmu bocah b******k! Lihat! Delapan puluh ribu volt! Lukaku belum sembuh dan sekarang kau menabur garam di atasnya b******k!” Maki Griffin membahana.
Iefan mengusap wajahnya dengan tangan kanannya malu sekali melihat tingkah pamannya yang sangat tidak berperikevampiran. Ia menoleh pada Vian sejenak dan menatap adik dari Tiffa tertawa terbahak-bahak mendengar penjelasan dari omelan Griffin yang disengat listrik 80.000 volt.
“Mari, kita ke ruang sebelah dan berbicara santai disana.” Iefan mengajak Tiffa dan juga Vian untuk ke ruang sebelah. Diikuti oleh Rivaille juga yang sudah menggunakan mantra untuk menyaring teriakan pamannya agar tidak menyakiti panca indranya.
-Ruang santai-
Iefan kini sudah menjamu para tamunya dengan baik walaupun ia sendiri awalnya kesal dengan tingkah Vian ketika mereka pertama kali bertemu. Dan katanya ia seorang raja? Vian akhirnya percaya dengan kata-kata Iefan kemarin.
“Jadi? Nona Tiffa bersedia membantu kami untuk mengajari putra mahkota kami?” Iefan melirik Rivaille dengan tatapan tajam sekilas dan kemudian matanya bertemu dengan iris biru yang cerah dan bibir yang merah terpoleskan lipstick mate berwarna lembut.
Sayangnya Tiffa tidak sedang tersenyum sekarang, jika ia tersenyum mungkin saja Iefan bisa melihat deretan giginya yang rapi dan bersih seperti tadi. Dari bibirnya saja Iefan mampu melupakan kecantikan Melvern beberapa detik.
“Tapi tampaknya putra mahkota yang anda maksud terlihat tidak membutuhkan guru sama sekali.” Ujar Tiffa menoleh pada Rivaille. Rivaille bersumpah tatapannya itu seperti menelanjangi pakaiannya lantaran dalamnya Tiffa menatap dirinya.
Iefan menggaruk kepalanya bingung ingin mengatakan apa. Vian yang duduk di sebelah kakaknya melihat jari kakaknya yang sudah mengeluarkan mantra. Dan demi apa pun juga Vian berusaha mati-matian agar tawanya tidak meledak lagi.
‘Sialan! Perutku sakit!’ Batin Vian yang geli sekali melihat kakaknya yang menggunakan mantra fulgar. Itu mantra untuk mengotopsi mayat dengan meneliti seluruh inci tubuh dari mayat secara menyeluruh walaupun sang mayat masih berpakaian lengkap.
Ia kini menatap sosok Rivaille yang masih tetap diam di tempat. Ia salut vampire itu masih bisa menahan aura-aura mistis dari mantra Tiffa yang menggerayangi tubuhnya. Jika itu Vian, ia sudah akan berteriak dan berlari sejauh yang ia bisa.
“Aku tidak tahu jika selama ini dia mempermainakn tipu muslihat pada keluarganya sendiri. Maafkan aku atas kekacauan tadi.” Ucap Iefan sopan dan penuh tata krama.
Istrinya sibuk mengurus perihal pamannya dan juga kedua anaknya yang lain sibuk mengantar tiga tetua yang masih pingsan di aula utama. Iefan terpaksa menjamu kedua tamu spesialnya berdua dengan Rivaille yang masih saja tidak mau membuka mulutnya.
“Ekhem! Tidak masalah, kami memakluminya karena usia putra mahkota yang masih terbilang muda.” Vian berceletuk tiba-tiba menyambar percakapan. Sudah sejak tadi ia perhatikan bibir kakaknya sejak tadi membuka dan menutup misterius.
Bagaimana jika ia sedikit berbicara dengan Rivaille sendiri? Vian sudah lama tidak menjahili orang dan itu termasuk kakaknya yang masih khusyuk dengan mantranya. Entah apa yang sedang dijamah olehnya Vian tidak ingin tahu.
“Jadi? Kau pengguna mantra ilusi? Kau cukup hebat menyembunyikan level kekuatanmu sampai seluruh anggota keluargamu tidak tahu.” Tanya Vian tampak tidak peduli dengan Rivaille yang sudah banjir keringat.
Rivaille mendadak gugup dan hampir kehilangan kewarasannya ketika ia merasakan sebuah sentuhan di kulitnya. Pada area perutnya dan sialnya itu perlahan semakin turun dan turun, Rivaille gila sekali rasanya.
Ia masih beradu tatap dengan Tiffa dan kesal sekali karena fansnya itu ternyata berusaha memantrainya atau mengguna-guna dirinya. Lagi pula mantra apa yang ia gunakan? Kenapa ini seperti mantra perasangsang?
‘Sialan!’ Batin Rivaille memaki Tiffa.
Ia vampire muda yang sehat okay? Alat reproduksinya masih perjaka dan belum pernah ia jamah walaupun ia sempat melihat video tentang manusia yang sedang bereproduksi. Tapi sekarang wanita yang entah dari mana asalnya sudah berani menyentuh tubuhnya.
“Ya. Aku pengguna mantra ilusi.” Iefan tidak lagi terkejut. Ia memilih untuk meraih cangkir darahnya, tapi kaki Rivaille yang menghentak-hentakkan lantai begitu gelisah, Iefan sudah sempat berpikir putranya gugup karena berhadapan dengan Tiffa.
“Bisakah Nona Tiffa tidak menatap putraku dengan intens? Dia gugup.” Iefan menegur Tiffa.
Rivaille melirik ayahnya dan ia sedikit tertolong dengan pernyataan bodoh itu. Siapa yang gugup? Entah apa yang sedang menggerayangi perut bawahnya hampir gila ia merasakan celananya menyempit. Dan tatapan sialan itu ternyata tidak berhenti menatapnya.
“Aku rasa tidak. Bukan begitu? Rivaille?” Rivaille tidak sanggup menjawab. Siapa pun tolong segera alihkan perhatian wanita m***m ini. Ia tidak mungkin berdiri tiba-tiba dan memperlihatkan alat reproduksinya yang sedang dalam kondisi berbahaya.
Rivaille kali ini akan berusaha sendiri. Berusaha keras ia meraih secangkir darah segar di atas meja kudapan. Tapi sayangnya tangannya ternyata ikut gemetar dan parahnya ia tidak bisa meraih pegangan cangkir beberapa kali.
“Sepertinya putra mahkota sedang tidak dalam kondisi yang sehat. Sebaiknya segera istirahat saja.” Ucap Vian yang langsung menjentikkan jari. Rivaille langsung bernafas lega dan pura-pura memperbaiki posisi duduknya.
Iefan sudah tidak peduli lagi hal ganjal apa yang ia lihat dari sikap dan perilaku Tiffa dan Rivaille. Satu hal yang pasti, ia tidak bisa mencegah apa pun yang akan Tiffa lakukan karena Iefan tidak akan mungkin menang melawan wanita itu.
Tiffa menunduk sekali dan mulai mengedarkan pandangannya pada aula santai dengan tatapan tidak minat. Jujur saja setelah Vian mengusik mantranya, ia jadi malas untuk melakukan hal lain. Diliriknya secangkir darah di atas meja, Tiffa tidak berselera sekali rasanya.
“Sudah berapa lama kerajaan ini berdiri?” Tiffa mulai berbasa-basi. Iefan sebenarnya bosan jika terus menerus menceritakan bagaimana kerajaan Heddwyn berjaya dan segala macam bentuk cerita dongeng dibacakan Melvern ketika anak-anaknya masih bocah dulu.
“Lima ribu tahun.” Ucapnya singkat tidak bermiat.
Rivaille sudah menarik diri untuk semakin waspada ketika Tiffa tiba-tiba berdiri dan berjalan santai ke arah jendela. Ia bukannya takut dengan wanita itu, tapi jika sudah menyangkut dengan hal-hal m***m seperti tadi Rivaille akan kerepotan sendiri nantinya.
“Aku ingin istirahat. Dimana ruanganku?” Vian ikut berdiri dan memperhatikan kakaknya lagi. Ini akibat membuka jati diri hingga kakaknya harus kembali beristirahat sekarang. Lagi pula ia banyak menggunakan kekuatan hari ini.
Iefan tentu saja langsung mengantarkan kedua tamu untuk beristirahat. Ia juga akan berdiskusi dengan anggota keluarganya mengenai Rivaille.
Setelah Tiffa dan Vian diantar ke kamar, Vian langsung mengecek kondisi tubuh Tiffa. Takut inti kehidupannya semakin menipis dan berakhir menjadi abu. Tiffa sekejap dalam kondisi mengerikan sekali.
“Sebaiknya kau segera hibernasi. Jika seperti ini dalam waktu lama kau bisa mati.” Ucap Vian khawatir sekali.
Ia sudah menggunakan mantra penyembuh pada kakaknya tapi tidak berpengaruh apa pun. Demi apa pun juga Vian berharap Tiffa bisa sedikit memikirkan keadaannya saat ini. Tiffa pun berbaring di atas ranjang besar dan perlahan memejamkan mata.
“Aku akan hibernasi beberapa hari. Jangan ada yang menggangguku selama aku hibernasi.” Vian tersenyum.
Diletakkan tangan kakaknya perlahan di samping tubuhnya dan kemudian Vian membuat sebuah shield besar untuk melindungi kakaknya agar bisa tenang hibernasi. Setidaknya beberapa hari saja sudah perkembangan.
Mengingat susahnya Vian menyuruh Tiffa untuk beristirahat. Setelah ia memastikan Tiffa tertidur, Vian lalu menutup semua jendela dan juga pintu hingga ia akan pastikan semut pun tak akan bisa masuk ke dalam ruangan.
“Haahh… seandainya ia bisa hibernasi beberapa tahun saja. Mungkin ia tidak akan tersiksa seperti ini.” Gumam Vian meraba-raba masa lalu mereka.